Singkat waktu, akhirnya mereka berdua pulang. Tentang nilai, Valencia tentu mendapatkan nilai besar, karena jika gadis itu sudah serius maka apapun yang tadinya susah akan mudah untuknya.
Tiba saatnya, malam dimana Aycila pertama kali masuk ke club. Mereka berdua masuk lewat pintu yang berada jauh dari pintu masuk pertama. Mereka berdua jalan melewati lorong yang cukup gelap hanya diterangi tambahan lampu kuning yang terpajang di setiap penjuru tembok itu.
Ada suatu ruangan, Valencia membuka pintu itu dan mengajak Aycila untuk masuk ke ruangan tersebut. Aycila sedikit mengintip dalam ruangan disana membuat bulu kuduk Aycila berdiri, merinding. Tetapi tangan Aycila ditarik Valencia, mau tak mau dia harus masuk ke dalam.
"Kita ganti baju dulu." ucap Valencia menyodorkan sebuah baju crop top dengan rok pendek jeans berwarna hitam diambil dari tas Valencia.
Aycila mengerutkan kening. "Ngapain ganti baju?" tanya Aycila mengambil baju tersebut memandang teliti barang itu.
"Lo mau ketahuan pihak sekolah? Pake baju seragam di club?" tanya Valencia balik.
Aycila berpikir sejenak. Ia mulai kembali meneliti pakaian dari Valencia. "Gila, bajunya pendek banget gue ga mau pake baju beginian." protes Aycila setelah melihat jelas pakaian tersebut.
Valencia berdecak. "Ga ada lagi baju, baju gua rata-rata kayak gitu semua. Udahlah pake aja, daripada pake seragam dan malah dapat masalah."
"Tapi gue gamau pake ini, Len." balas Aycila.
tok tok
"Valen, lu di dalem?"
Suara ketukan bersamaan dengan suara berat lelaki dari arah luar terdengar oleh kedua gadis di dalam ruangan tersebut. Membuat Valencia membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Ngapain?" tanya lelaki diambang pintu.
Valencia meraih tangan Aycila dibelakang, memperlihatkan dia pada lelaki didepannya itu. "Ini cewek yang gua ceritain ke lu tadi siang." beritahu Valencia diangguki lelaki itu.
"Dan, sekarang kita bingung cari baju ganti buat dia, karena dia ga suka baju kaya gini." lanjut Valencia menunjukkan baju yang ada di tangan Aycila.
Lelaki itu menatap Aycila dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Lu pake celana panjang?" tanya lelaki itu pada Aycila.
Aycila mengangguk mengisyaratkan bahwa ia menjawab iya. "Yaudah pake jaket gua, lepas rok lu." kata lelaki tersebut melempar pelan ke arah tangan dekapan Aycila lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua gadis itu.
"Maafin dia ya, emang kaya begitu. Kalo bukan temen gua sama ketua, udah gua penggal pala nya." gerutu Valencia.
Aycila terkekeh pelan. "Penggal aja, ga ada yang larang." jawab Aycila.
"Yang ada gua mati dipenggal duluan." balas Valencia lalu menutup pintu tersebut dan mengganti pakaiannya masing-masing. Hingga, Setelah mereka mengganti pakaiannya, mereka pun pergi dari ruangan itu dan meninggalkan barang mereka.
Valencia memandu jalan untuk masuk ke club tersebut. Aycila tak banyak bicara dia hanya mengikuti jalan Valencia. Mereka berdua melewati lorong yang semakin kesana semakin gelap.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka memasuki ruang tengah club. Di dalam sana penuh dengan suara musik yang menggema di seluruh ruangan.Banyak sekali wanita yang berpakaian terbuka disana dan berjoget santai didepan banyak pasang mata pria. Ada juga beberapa yang berdansa mengikuti alunan musik dj yang dimainkan
"Len…" panggil Aycila, namun karena suaranya yang cukup kecil, Valencia pun tak menengok ke arahnya. "Valen ..." panggilnya sekali lagi sembari Aycila yang menarik tangan Valencia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mechanic Love
Teen FictionMenceritakan dua gadis yang kehidupan sehari-hari nya begitu berbeda, dimana satu dari dua gadis itu bernama Aycila remaja cantik berambut lurus panjang itu jarang sekali bepergian jauh karena untuk keluar rumah saja sangat susah diberi izin oleh ke...