3.Ribut

33 8 0
                                    

Pada saat Aycila dengan Valencia mengobrol berdua didepan, Regan bertanya pada Navaro. "Awal liat dia dimana?" tanyanya. 

Navaro menunjuk ke arah tengah-tengah. "Disana, dia pingsan pas gua samperin." jawab Navaro. "Oh ya, sebelumnya dia ketemu sama cowo yang kata dia deket-deket ke dia, mungkin digoda, gue gatau itu." lanjut Navaro. 

"Lu ga tau di mana dan siapa cowo nya?" tanya lagi Regan. 

Navaro menggelengkan kepala tanda tidak tahu. "Coba tanyain ke yang ada disekitaran sana, atau cctv. Disini ada cctv kan?" balas Navaro.

Regan mengangguk lalu bergegas setelah mendengar hal tersebut, ia menuju tempat cctv. Kebetulan disana ada yang menjaga ruangan tersebut. "Pa, tolong putar yang ini sebelum jam tujuh." suruh Regan menunjuk layar computer itu sembari diangguki oleh pria penunggu ruangan itu. 

Dengan teliti Regan memperhatikan setiap pergerakan Aycila dari dia ditinggalkan Valencia sampai gadis itu lari ketakutan karena seorang pria. 

"Dia lagi!" sungut Regan. 

Regan kembali keluar setelah berterima kasih kepada penjaga nya. "Lu ikut gua?" tanya Regan pada Navaro yang sejak tadi diam menunggu diluar.

"Kemana?" tanya Navaro. 

Regan berdecak. "Ikut aja kalo mau, kalo ga, yaudah." jawab Regan lalu melangkah maju pergi meninggalkan Navaro. 

Navaro mengerutkan kening. "Ga jelas tuh cowo! ikut aja dah gua." Navaro berlari mengikuti arah langkah Regan. 

Regan berhenti tepat di depan lelaki yang terduduk setengah sadar. Tak hanya Regan, Navaro juga ikut berhenti tepat di samping Regan, sejenak ia melebarkan matanya ketika melihat lelaki di depannya. Dia mengenali lelaki itu jadi ia tersentak kaget.

Kembali pada Regan yang kini tak segan untuk menarik kerah baju lelaki itu dengan kasar. "Bangun!" titah Regan. 

Lelaki di depannya heran masih belum bisa melihat jelas siapa yang berani menarik kerah nya. Ia menghempaskan tangan Regan. "Siapa lo?" tanya lelaki itu menatap Regan sayu. 

"Kakak dari cewek yang kemarin lu sentuh dan kasarin dia!" tegas Regan beritahu membuat lelaki di depannya melebarkan mata hingga kini menatap lebih jelas perawakan dan wajah Regan. 

Lelaki itu tersenyum miring. "Bukannya urusan kita kemarin udah selesai. Mending lo pergi aja, gue lagi gamau ribut sama anak kesayangan mamah." 

"Lu udah janji buat ga kaya gini lagi bang, tapi sekarang mana janji lu kemarin?" tanya Regan. 

Lelaki itu berdecak beberapa kali. "Pergi lo dari sini!" usir lelaki itu pada Regan. 

"Ga, lu harus pulang. Biar gua anter." balas Regan mencoba meraih tangan lelaki di depannya tetapi dengan cepat elaki itu menghempaskan tangan Regan lebih dulu sebelum Regan menariknya pergi dari tempat ini.

"Gue gamau ketemu sama anak yang udah buat orang tua gue ga sayang lagi ke gue." tolak lelaki tersebut.

"Dia juga adik lu, bang Rendra." tegas Regan. 

Rendra meludah ke sembarang lantai. "Gue ga sudi dia jadi adik gue , dia cuman anak pungut!" balas Rendra tak terima. 

Kesal dengan ucapan lelaki di depannya, Regan melayangkan kepalan kuat tangannya lalu menghantam tepat pada pipi Rendra. "Ga seharusnya lu ngomong kaya gitu, sialan!" umpat Regan tak tertahan.

Tak membalas, Rendra malah terkekeh menyepelekan pukulan itu. "Kenapa, ga terima lo? Pacarin aja anak pungut itu, gue tau lo suka kan sama dia?" tanya Rendra dengan senyuman miringnya. 

Mechanic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang