5.Harley

20 6 0
                                    

"Gan, bangun!"

Valencia tak henti nya melontarkan kedua kata tersebut, tanpa bisa memikirkan hal lain, otak ia susah untuk mencerna apapun karena panik.

Tetapi tak lama ia memutuskan untuk mengambil handphone di saku celana nya. Mencari kontak nama beberapa orang di layar handphone. Menghubungi anak Pixioner, namun sial nya tak ada yang mengangkat sambungan tersebut. Dan, lebih sialnya lagi adalah batrai handphone Valencia habis, membuat benda pipih itu mati.

"Gua harus ngapain?" tanya Valencia bada dirinya sendiri. Gadis itu merasa sekarang tidak berguna sama sekali.

Valencia melirik ke kanan dan ke kiri, hingga matanya menemukan sebuah kursi di samping nya, sebuah kursi yang harus dia syukuri karena benda tersebut lah Valencia menyenderkan punggunya. "Sorry Gan, gua ga bisa bawa lu ke rumah sakit. Badan lu ga bisa gua angkat, gua ga kuat." kata Valencia menatap wajah Regan.

"Kalo gua pulang, motor sama lu gimana?" pertanyaan itu ia lontarkan pada angin. "Kalo gua buka hp lu, gua takut Gan, dan lagi pula gua gatau kata sandi nya. Ga guna banget emang gua tuh, ga di rumah ga di mana-mana-Argh sial!" perkataan Valencia diakhiri dengan geraman dan umpatan.

Valencia menghela nafas menstabilkan emosi nya. Gadis itu memiringkan kepala nya dengan tertahan kayu kursi, ia sudah tak bisa menahan kantuk nya, tak lama itu juga matanya tertutup rapat tanpa ia sadari.

Singkat waktu, Valencia terbangun, tidurnya terusik saat kepala lelaki yang berada di kaki nya bergerak. Membuatnya ia buru-buru memanggil nama lelaki tersebut. "Gan, bangun."

Regan merasalan tepukan di pipinya terasa begitu kencang membuat dia pun membukakan matanya. Saat melihat wajah Valencia, lelaki itu langsung beranjak menegakkan dirinya untuk tetduduk. "Ngapain lo disini, Cia? gua lagi mau sendiri." kata Regan sedikit menegaskan.

Valencia menghela napas pelan. "Ini udah pagi Gan, gue khawatir lo kenapa napa, sekarang kita ke markas, ada temen cewe gua disana." balas Valencia.

"Siapa?" tanya Regan.

"Aycila, yang pinjem jaket lu." jawab Valencia diangguki Regan.

Mendengar nama Aycila, Regan pun bergegas berdiri lalu pergi meninggalkan Valencia sendirian di taman yang sepi begitu saja tanpa memedulikkan gadis tersebut.

Sesampai di markas, anak-anak Pixioner belum pada tidur, beberapa orang ada didepan bangunan tersebut, dengan berbagai ekspresi terlihat dimata Regan yaitu panik, khawatir, takut menjadi satu.

"Kemana aja lo Gan?" tanya Geysa.

"Lah Valen mana? Tadi dia kabur nyamperin lo katanya." tanya lenzo berbarengan.

Regan sedikit menoleh kecil ke belakang. "Nyusul." ucap Regan sembari matanya melirik-lirik mencari sesuatu ke arah dalam markas.

"Kenapa ga bareng?" tanya Lenzo.

Pertanyaan Lenzo saja tak Regan gubris,
Geysa yang melihat gerak-gerik Regan pun mengerutkan kening. "Nyari apa lo Gan?" tanya Geysa.

"Aycila, Aycila mana?" tanya Regan.

"Ngapain lo nyariin adek gua?" ucap Arion yang baru saja keluar dari dalam, menghampiri Regan.

Regan mengerutkan kening. "Adek?" tanya Regan memastikan bahwa ia tak salah dengar.

"Aycila, adeknya Bang Arion. Gan!" ucap Lenzo menyahut untuk memperjelas.

"Aycila kemana Bang?" tanya Regan

Arion berdecak. "Tadi gua tanya, ngapain lo nanyain adek gua?!" tanya Arion sedikit meninggikan suaranya.

"Gua khawatir doang bang." jawab Regan.

Mechanic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang