Part 1

5.8K 159 2
                                    

"Horee !!! Gue lulus !!!"

Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya melihat gelagat sahabatnya itu. Ify Alyssa tepatnya. Ia dan Ify sudah bersahabat sejak berumur lima tahun. Sudah lama bukan? Sekarang ia dan Ify berumur enam belas tahun.

"Lo juga lulus kan Shil?" Tanya Ify berharap. Ah, lulus dong pasti. Ashilla Zahrantiara kan termasuk golongan murid pintar di SMP Buana itu? Mustahil kalo Shilla nggak lulus.

"Menurutmu?" Shilla balik nanya. Ify mengerutkan dahi. Nih anak apa maksudnya?

"Maksud lo?"

"Oh em.. Lulus.. Hehe.."

Untuk merayakan kelulusan mereka, Ify mengajak Shilla berlibur ke Manado. Ify ingin sekali mengunjungi Pantai Bunaken. Kata orang, Pantai itu indah banget. Karena itulah Ify ingin berlibur kesana.

"Jadi, lo mau ke Manado?" Tanya Shilla heran.

"Yap!" Jawab Ify semangat.

Shilla terdiam sesaat. Lalu....

"Apa lo gila Fy? Manado! Itu letaknya jauh Fy.. Lo kira Manado ada di samping rumah lo apa? Fy, kita berada di Jakarta, bukan di Sulawesi atau di Manado. Lagipula, lo nggak punya saudara disana. Untuk apa kita liburan ke Manado? Buang-buang uang aja. Lo pikir ortu lo ngizinin lo pergi kesana apa? Pikir-pikir dong sebelum mengatakan sesuatu."

Shilla mengomel panjang lebar yang membuat Ify tertawa geli. Sahabatnya satu itu yang paling cerewet dari sahabatnya yang lain. Eh walaupun begitu, Shilla pengertian lho dan baik. Beruntung Ify mempunyai sahabat seperti Shilla.

"Shill..Shilla cantik.. Kita perginya bukan berdua aja. Ada orang lain yang bersama kita.." Jelas Ify yang membuat Shilla penasaran.

"Siapa?" Tanya Shilla.

***

Cuaca di Kota Manado pada pagi hari itu lumayan cerah. Mentari tersenyum menyambut pagi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh cowok itu. Cowok itu sangat menyukai matahari. Terutama pada saat matahari terbit dan tenggelam. Dari kecil ia memang menyukai matahari walau ia mengakui kedua matanya tak sanggup melihat bola raksasa panas itu.

Jam di tangannya menunjukkan hampir pukul delapan pagi. Ia lupa kalo ia belum sarapan. Cowok itu turun ke lantai bawah menemui kedua orangtuanya dan Kakak sematawayangnya.

"Pagi Ma.. Pa.. Kak Acel.." Sapanya ramah. Ia duduk di samping Achel sekaligus berhadapan dengan Mama.

Nama cowok itu adalah Mario Stevano. Panggil aja Rio. Kalo ia kenalan sama orang asing biasanya pake nama Vano yang diambil dari nama panjangnya yaitu Stevano. Cowok manis ini baru saja lulus SMP. Sedangkan Kakaknya yang bernama Acel duduk di bangku satu SMA dan sebentar lagi akan naik ke kelas dua SMA.

Rio mengambil roti tawar dan selai kacang kesukannya. Tak lupa juga ia meminum teh hangat. Pagi yang cerah ini kalo nggak diisi acara minum teh sangat tidak sempurna. Kalo malam hari baru Rio suka membawa secangkir cappucino lalu meminumnya di atap rumah bersama Achel. Selain menyukai matahari, Rio juga menyukai bintang. Bintang di malam hari membuat hatinya terasa tenang.

"Setelah ini kamu mau melanjutkan sekolah dimana?" Tanya Papa.

Sejenak Rio berpikir, lalu ia mengangkat bahu.

"Entahlah, mungkin di sekolah Kak Acel." Jawab Rio.

Sarapan pagi ini cukup menyita beberapa menit saja. Tidak sampai satu jam. Papa yang selalu berangkat pagi cepat-cepat mengambil kunci mobil lalu mengendarainya menuju tempat kerjanya. Sementara Mama cukup kerja di rumah. Kalau Kakaknya masuk siang. Tentu saja bagi seluruh kelas satu jadwalnya masuk siang. Inilah yang membuat Acel jengkel. Kebiasaan tidur siangnya harus ia tinggalkan selama setahun. Dan kebiasaan itu lama kelamaan hilang juga seiring berjalannya waktu.

Please Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang