Ya, ia telah menemukan sebuah keputusan. Keputusan yang ia rasa adalah keputusan finalnya. Ify meyakinkan diri supaya tidak menyesal mengambil keputusan ini.
Tok..Tok..Tok..
"Cari siapa?" Tanya seseorang.
"Gabrielnya ada?"
"Oh, anda Ify ya? Calon istri tuan Gabriel? Ayo masuk. Tuan ada di dalam."
Ify menghela nafas panjang. Tuhan.. Kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini. Mantapkanlah hati hamba.. Tuhan.. Jika jodohku adalah Gabriel, aku ikhlas kok. Jika Rio bukan jodohku, aku rela. Aku yakin Rio bahagia bersama Dea.
"Ify!" Seru Gabriel senang. Ify tersenyum menanggapi seruan Gabriel. Tentu dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.
"Nunggu lama?" Tanya Gabriel. Ify menggeleng.
"Kamu itu, jangan sedihlah. Tersenyumlah! Pesta pernikahan kita akan segera dilaksanakan. Dan itu semua kan kemauanmu. Aku tidak bisa menolak atau apa." Gabriel memberhentikan perkataannya. "Fy, apa kamu masih mencintai Rio?" Lanjutnya.
Tentu Ify kaget mendengar pertanyaan Gabriel yang sangat ia hindari. "Ti..Tidak Yel. Ify kan sekarang cinta sama kamu." Jawab Ify tak rela.
"Ya udah. Gabriel percaya ama omonganmu."
Tuhan.. Semua ini memang benar terjadi. Ia akan menjadi istri Gabriel, bukan istri seseorang yang sangat dicintainya. Rio... Ingat aku Yo.. Tolong ingat aku.. Ah, ayolah Fy! Jangan sedih lagi. Kamu harus bahagia. Ingat, pernikahan itu segera dilaksanakan, dan ia tidak boleh menangis lagi.
"Ohya Fy, kalo kamu nggak keberatan, kamu mau kan ikut aku tinggal di Makassar? Aku ditugaskan kerja disana. Kamu mau kan?" Tanya Gabriel.
Ke Makassar? Dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah manis Rio? Oh.. Tapi bukankah itu hal baik? Di Makassar nantinya tentu ia dapat melupakan Rio.
"Baiklah. Ify kan istri Gabriel. Ify setia nemanin Gabriel kemanapun Gabriel pergi." Jawab Ify mencoba tersenyum.
Gabriel tertawa mendengar jawaban Ify. Lalu ia mencium rambut Ify dan memeluknya. "Fy, aku cinta kamu, aku sayang kamu, aku janji akan membahagiakan kamu.."
***
Dea begitu kaget melihat siapa yang datang menemuinya. Bahkan ia tau telah mendengar semua perkataannya tadi. Dea mencoba kembali tenang dan terus menatap Alvin yang sejak kemarin belum sadar.
"Katamu, kamu nggak kenal Ify. Kok kamu tadi ngomongin Ify sih?"
Apa ia harus menjelaskan yang sebenarnya? Tidak! Tidak boleh! Dea tidak mau kehilangan Rio, ia tidak mau.
"Siapa yang omongin Ify?" Tanya Dea.
"Tadi itu. Aku jadi bingung. Tadi kamu bilang Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa?"
Sial! Rio tidak berhenti bertanya mengenai masalah itu. Sekarang, apa yang harus ia jelaskan? Dea tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya.
"Mungkin Rio salah dengar. Sebaiknya Rio pergi. Dea pengin sendiri." Kata Dea seperti nada mengusir.
"Baiklah. Tapi kalo ada apa-apa kasih tau Rio ya?" Kata Rio seraya pergi meninggalkan Dea. Dea menatap punggung Rio yang semakin menghilang dari penglihatannya.
'Maafin aku Yo.. Maafin aku..'
***
Jadi, apakah ia benar-benar merasakan jatuh cinta? Pada gadis yang bernama Shilla itu? Sungguh, ia tidak yakin. Hampir dua jamman ia smsan sama Shilla, dan selama dua jam itu ia merasakan sebuah kebahagiaan. Jadi, apakah ia benar-benar jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Forget Me
FanfictionPertemuan pertama yang indah walau Ify harus merasa sakit melihat Rio berciuman dengan seorang cewek di mall. Namun tak disangkanya keduanya dapat menyatu di Jakarta. Ya. Keduanya sama-sama saling mencintai. Namun bukan berarti tidak ada kendala apa...