"Gabriel..." Teriak Pricilla kegirangan. Gabriel yang sedang serius membaca koran mendadak kaget. Pricilla? Tunangannya itu selalu saja membuat hidupnya sengsara. Gabriel ingin bebas memilih cewek yang ia sukai.
"Ada apa?" Tanya Gabriel.
"Gue punya berita menggembirakan." Jawab Pricilla senang.
"Berita apa?" Gabriel mulai serius.
"Kata Mama, perjodohan kita dibatalkan. Pertunangan kita dibatalkan. Mama tau hubungan kita nggak pernah serius."
Apa gue salah dengar? Perjodohan itu dibatalkan dan ia dapat memilih cewek yang ia sukai? Oh God! Thanks! Inilah saat-saat yang paling ditunggunya. Pricilla juga tampak senang. Memang, hubungan keduanya nggak cocok. Pricilla bukan tipe cewek Gabriel.
Sekarang, imipiannya untuk memiliki cewek yang ia cintai mungkin saja berhasil. Gabriel mencoba meminta maaf pada Ify dan memperbaiki hubungan dulu yang sempat hancur. Ya, Ify tak bisa tergantikan dalam hidupnya. Hanya Ifylah cewek yang sangat ia cintai.
Masalahnya hanya ada satu. Mario Stevano, kekasih Ify. Hubungan mereka baik-baik aja. Gabriel tau Ify sangat mencintai Rio dan sebaliknya Rio sangat mencintai Ify dan nggak mau kehilangan Ify. Apalagi, lima tahun mereka telah berpisah. Ify kuliah di Bandung dan Rio sendiri kuliah di Jakarta. Gabriel tau info ini dari Sivia.
"Ify kangen sama Rio, udah lima tahun dia nggak ketemu Rio.." Jelas Sivia.
Tentu Gabriel nggak mau dikatakan sebagai cowok pengganggu hubungan orang. Seperti Dea. Setaunya, Dea itu sering ganggu hubungan RiFy. Dan ia nggak mau seperti Dea. Ia ikhlas Ify bersama Rio. Ia bahagia asalkan Ify bahagia. Gabriel juga tidak merasa menyesal, mengutuk perjodohan itu.
"Oh ya Yel, gue rencananya mau balik ke Korea. Disana ada cowok gue, hehe.." Kata Pricilla.
Gabriel tersenyum. "Iya, selamat deh. Kalo Lo nikah, jangan lupa undang gue ya. Awas kalo nggak." Ancam Gabriel.
Giliran Pricilla yang tersenyum. "Masalah itu gampang, tapi Lonya yang harus ngeluarin uang untuk terbang ke Korea. Hehe.. Lo sendiri sama siapa?"
"Entahlah, gue masih bingung." Jawab Gabriel. Ia beralih melihat langit biru cerah. Disana ada awan putih yang bentuknya berubah-ubah. Tiba-tiba bayangan Ify muncul dibenaknya. Ify memang bukan untuknya, Gabriel harus menerima kenyataan yang sebenarnya.
***
Sore itu.. Di danau..
Rio memandang lurus danau yang luas itu. Disampingnya ada Ify, cewek yang sebentar lagi akan meninggalkannya. Kata Ify, ia disuruh kuliah di Bandung sama orangtuanya. Soalnya, disana ada tantenya yang siap membiayainya. Kalo disini sih, mungkin orangtuanya nggak sanggup.
Angin sepoi-sepoi menerpa rambutnya. Ify, cewek itu terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Sungguh, ia tak ingin meninggalkan kekasihnya, Rio.. Hampir tiga tahun ia bersama Rio, dan, apa ia tega meninggalkan Rio demi masa depannya?
"Fy, kamu lebih baik kuliah di Bandung. Kamu mau kan? Kalo tidak ya kamu nggak akan kuliah.." Jelas Mama.
Tuhan.. Aku harus bisa. Harus bisa! Ini kesempatanku. Perlahan, Ify melirik Rio yang sedang menatap lurus ke danau. Ify tau apa yang dipikirkan Rio. Rio tak ingin ia pergi, tak ingin!
"Rio.." Lirih Ify.
"Iya?" Jawab Rio. Ia beralih menatap wajah cantik Ify. Wajah yang selama ini menghiasi hari-harinya.
"Maafin Ify ya, Ify harus pergi meninggalkan Rio.."
Rio tersenyum seraya membelai lembut rambut Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Forget Me
FanfictionPertemuan pertama yang indah walau Ify harus merasa sakit melihat Rio berciuman dengan seorang cewek di mall. Namun tak disangkanya keduanya dapat menyatu di Jakarta. Ya. Keduanya sama-sama saling mencintai. Namun bukan berarti tidak ada kendala apa...