Di dalam ruangan 4F, seorang cewek menangis tersedu-sedu. Siapapun yang melihatnya, pasti ikut menangis. Hal ini juga dirasakan oleh cewek yang bernama Shilla. Sekarang ia tau. Sekarang ia sudah menemukan jawabannya. Alvin... Jadi selama ini kamu... Kamu terbaring di ranjang rumah sakit? Kenapa kamu tidak bilang ke aku?
Melihat siapa yang datang, wajah Dea berubah menjadi ganas. Orang itu, mengapa bisa ada disini? Ia hanya ingin sendiri. Dea tidak suka melihat kedatangan Shilla.
"Mau apa Lo kesini?" Bentak Dea. Shilla mundur dua langkah.
"Aku.. Alvin.."
"Alvin? Lo puas lihat kakak gue menderita?"
Kamu salah Dea.. Aku sedih melihat Alvin dalam keadaan seperti ini. Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak kemarin-kemarin? Zevana menarik tangannya pertanda sebaiknya meninggalkan tempat ini. Tapi Shilla menolak.
"Alvin kenapa De? Alvin sakit apa?" Tanya Shilla. Air matanya mulai menyeruak turun. Zevana yang tadi cuek saja ikutan simpati. Ia tau, cowok yang sedang terbaring itu mantan Shilla. Mantan yang ia yakini masih dicintai sepupunya itu.
"Alvin.. Alvin.. Dia.."
"Alvin kenapa Dea? Alvin kenapa? Dia baik-baik aja kan?" Kata Shilla dengan nada ditinggikan.
Belum sempat Dea menjawab, terdengar lirihan suara. Suara yang sangat ia rindukan. "Shilla.."
***
Undangan sudah disiapkan, tinggal disebarkan saja. Baju pengantin juga sudah disiapkan. Ketika melihat wajahnya di depan cermin dengan gaun itu, air matanya mulai turun. Tidak. Bukan air mata bahagia. Tapi air mata kesedihan. Seharusnya yang keluar adalah air mata kebahagiaan. Bukan kesedihan.
Gaun cantik berwarna putih ini adalah pemberian dari calon suaminya-Gabriel-yang dibeli di Toko Shivers-toko milik Shilla-dengan harga cukup murah. Gabriel mendapat diskon dari Shilla. Mungkin sekitar tiga puluh persen.
Bahagialah Fy.. Sebentar lagi kamu memiliki suami.. Lupakan Rio, lupakan.. Dia adalah masa lalumu. Ify mencoba untuk tersenyum. Ia harus kuat. Ia tidak boleh menangis lagi. Bukannya ia berjanji untuk tidak menangisi Rio?
"Manis.." Kata seseorang.
"Gabriel?"
Gabriel mendekati Ify, lalu merangkul Ify. Hari ini, ia begitu bahagia. Sangat bahagia. Gadis yang ia cintai sekarang sudah menjadi miliknya. Semoga saja pernikahan nanti berjalan lancar. Ia takut. Sesuatu yang menghancurkan pernikahan itu.
"Gimana? Kamu siap nggak lusa?" Tanya Gabriel. Ia mempererat rangkulannya.
"Ify siap kok." Jawab Ify tersenyum. Tentu senyum yang ia paksaan.
"Perfect. Kamu akan jadi milikku Fy.. Selamanya.."
Selamanya? Selamanya ia menjadi milik Gabriel? Adakah kalimat lain yang lebih baik dari kalimat itu? Fy, kamu salah memberi keputusan. Seharusnya kamu menolak cinta Gabriel dan menjomblo seumur hidup. Tapi.. Ify tidak mau membatalkan pernikahan ini. Ia tidak mau membuat Gabriel sedih. Biarlah dirinya sendiri yang merasakan kesedihan, asalkan Gabriel bahagia.
"Ohya, gaunmu bagus banget. Shilla yang memilih gaun itu. Katanya itu rancangannya. Shilla hebat ya." Kata Gabriel.
Ify tidak menanggapi ucapan Gabriel. Pandangannya kosong ke arah cermin besar itu. Ekspresi kesedihan ia tunjukan di cermin itu. Sebenarnya Gabriel tau, ia tau Ify masih mencintai Rio. Lalu, mengapa Ify mau menerima cintanya dan mempercepat pernikahan?
"Fy, kamu yakin masih mencintai Rio?" Tanya Gabriel.
"Eh.." Ify kembali sadar. Sial! Gabriel dapat menebak bahwa ia sedang sedih karena Rio. "Mmm, iya sih, tapi lambat laun Ify bisa melupakan Rio. Makanya, buat Ify jatuh cinta Yel.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Forget Me
Hayran KurguPertemuan pertama yang indah walau Ify harus merasa sakit melihat Rio berciuman dengan seorang cewek di mall. Namun tak disangkanya keduanya dapat menyatu di Jakarta. Ya. Keduanya sama-sama saling mencintai. Namun bukan berarti tidak ada kendala apa...