"Hoi bangun, woii bangun bangun! Udah pagi woi bangun woii!" pekik Keandra seraya menutup telinganya sendiri.
Berdecak sebal karena si empu tak bergerak sama sekali, dirinya melangkah menuju dapur.
"Loh, Sad? Lo ngapain bawa panci ama spatula?" tanya Kalandra sudah rapi mengenakan jas dengan kedua tangan disaku celana, "Ayah nyuruh kita siap-siap, udah jam segini. Lo malah mau masak? Tumben banget."
"Anying, gua kagak mau masak! Tuh orang gue bangunin bebal banget njing, jadi sebel sendiri gue. Makanya nih gue bawa ginian mau gue pukul dideket telinganya sampai dia bangun!" seru Keandra berjalan mendekat ke arah sofa diruang tengah.
Klontang prang
Prang prang klontang
Buk klontang
"BANGUNN OIIIII!"
Dung dung
Klontang
"Kalandra, cepetan usir itu pengamen! Ya ampun masih pagi udah ada pengamen aja, cepetan kasih uang biar dia pergi!" perintah Arkana dari lantai atas memandang Kalandra yang sedang menegak segelas air.
Kalandra sendiri tertawa sampai perutnya sakit. "Pfttt, Sad! Lo dibilang Ayah pengamen, hahahahah!"
"Bjir, nyerah gue njir bangunin ni orang kebo banget asu. Mending gue siap-siap," gerutu Keandra meninggalkan panci serta lainnya diruang tengah untuk kembali ke kamar mandi.
Gendhis muncul, wanita itu sudah tampak anggun mengenakan pakaian formal. Disusul Arkana dibelakangnya dengan senyuman lebar.
"Yang lain mana?" tanya Gendhis memandang sekeliling.
Kalandra menyahut, "Bang Raja sama Bang Pandu lagi bantu Viola nata rambutnya, Bunda. Kalau Sadewa sendiri lagi mau mandi, mmm ... Arjuna dari tadi susah dibangunin, tuh dia masih tidur disofa."
Arkana mengkerutkan kening. Dilangkahkan kakinya menuju sofa, matanya menatap Arjuna yang masih santai tidur.
"Bangunin dia Mas, sentuh kaki atau lengannya biasanya langsung bangun. Kalau cuma diteriakin ga bakalan mempan, aku ke kamar Viola dulu," ungkap Gendhis pergi.
Sesuai perintah sang istri, Arkana menepuk pelan lengan putra ketiganya. "Bangun!"
"Mmm.."
"Bangun Juna!"
"Iyhh mmm..."
"Arjuna!" bentak Arkana setengah emosi.
Mendadak Arjuna bangun dengan tubuh tergagap, dirinya menatap sekitar sesekali mengusap wajahnya. Jantungnya berdetak tidak normal.
"Kamu ngapain jam segini masih tidur?"
"Hah?"
Viola serta yang lain datang, memandang aneh perilaku Arjuna yang bertingkah tak seperti biasanya. "Loh Kak? Kok belum siap-siap? Ini kan hari Nathan wisuda, Kakak nggak ikut?" tanya Viola.
Dahi Arjuna berkerut.
"Cepetan kamu siap-siap, nanti kita telat," tegur Pandu.
"Tapi, Nathan kan udah-"
"Cepet siap-siap Arjuna!" geram Rajash.
Arjuna menggaruk tengkuknya. Bukannya kemarin dia berada dipemakaman dan Viola sudah tau semuanya? Kenapa hari ini seolah tak terjadi apa-apa? Apa mungkin dia mimpi buruk lagi?
"Kok gue bisa disini?" Pertanyaan Arjuna seperti orang linglung.
"Kamu dari kemarin tidur disofa."
WHAT?! JADI, SEMUA ITU CUMA MIMPI? Arjuna tambah mengusap wajahnya kasar, syukurlah kalau cuma mimpi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Novela Juvenil"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...