Pada minggu pagi yang cerah dan panas itu, terdapat sebuah apart yang lumayan mewah di kawasan Jakarta. Belum terlihat adanya kehidupan padahal jam sudah menunjukkan pukul 08.15.
Dikarenakan telah selesai dilaksanakannya ospek dan dimulai nya kuliah seperti biasa membuat tujuh pemuda pengisi apart tersebut dapat bersantai dan melepas penat setelah seminggu di buat lelah oleh kakak pembina.
Drrtt....
Drrtt...
Bunyi telepon salah satu dari mereka.
📞 halo maa..
📞 udah bangun ?
📞 udah maa.....
📞 inget, kamu harus belajar jangan main-main kamu disana, kamu harus sukses dan punya banyak uang, saya biayain kamu dari kecil sampe sekarang itu nggak gratis, kamu harus ganti uang yang sudah saya keluarkan untuk kamu....
📞 baa-
Tiitt
Sambungan itu tertutup begitu saja, bahkan sebelum sang penerima menjawab pesan tersebut.
○○○○○
Siang hari itu, terdapat jaya yang sedang bersantai di sofa sambil memainkan handphone nya. Tanpa peduli dengan naren dan reyhan yang sedang adu skill memasak di dapur.
"Maheeeeennnn!!" Teriak cakra yang jika di hiperbolakan bisa membuat gendang telinga berasa mau pecah ketika mendengarnya.
"Kenapa sih cak, berisik banget, heran deh." Ucap jaya menyahut teriakan cakra yang menggelegar itu.
"Mahen tuh, sendal gw hilang sebelah masa." Sungut cakra sambil mencak-mencak nggak jelas.
"Maaf yaa cak, tadi tuh gw dikejar anjing pas beli bubur, yaudah karna takut gw lempar sendalnya, eh tu anjing bukannya lari ngejauh malah makin ngejar. Mau gw ambil lagi tu sendal tapi gw takut heheheh. Ntar gw ganti deh seriusan," Jelas mahen sambil cengengesan.
"Ibaratnya gini wiirr, mahen berotot lawan anjing yang melet-melet doang, bisa jadi mahen kalah, soal kejar-kejar an." Sahut reyhan sambil tergelak.
"Nggak ngebayangin gw si mahen teriak-teriak minta tolong, mana bawa bubur ayam lagi." Gelak naren.
"Ketawain aja gw terus" sungut mahen kesal jadi bahan tertawaan.
Andai aja mahen nggak nyari gara-gara sama tu anjing pasti nggak bakalan ia lomba lari sama tu anjing.
"Yaudah deehh mau gimana lagi" ucap cakra sambil nyomot tempe yang sudah di goreng naren.
"Main nyomot aja lu" kesal naren sambil menepuk lengan cakra pelan.
"Satu doang naa, inget nggak boleh pelit"
"Oh iya hen, tu sendal kagak usah di ganti, biarin aja" lanjut cakra pada mahen.
"Nggak usah di ganti hen, si cakra duitnya kagak bakalan habis tujuh turunan tujuh tanjakan apalagi belokan. Saham tu sendal juga bisa di beli sama bapaknya, iya apa iya bapak cakrawala bimantara yang terhormat." Sahut jendral dari dalam kamar.
"Nyaut aja lu jen."
"Udah deh pada ribut mulu, sini ngumpul makan siang dulu" kata reyhan yang dari tadi hanya menyimak.
"By the way na si bokem mana, tumbenan banget tu anak kagak ngerucuh hari ini" tanya jendral pada naren yang sedang menyusun makanan di atas meja.
"Astaga, HAIKAAAALL!!" teriak naren sambil berlari ke dalam kamarnya.
Setelah sampai ke kamar, naren bergegas membuka kunci kamar mandi, terlihat haikal yang sudah kedinginan dan pucat terduduk di kloset.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 warna pelangi
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang 7 anak laki-laki yang datang dan berkumpul dengan berbagai latar belakang yang berbeda yang membuat mereka semakin dekat. Latar belakang dari sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Cerita ini pada nantinya akan merujuk beberapa ga...