🌻Adnan mahendra

141 21 2
                                    

Hujan di pagi hari memang memberikan rasa dingin dan sejuk kepada siapa pun yang merasakannya.
Suasananya yang dingin membuat setiap insan yang ada terkena serangan malas, mager, dan juga ngantuk.

Seperti hal nya dengan seorang anak lelaki yang duduk termenung di atas ranjangnya sambil memandang ke luar, melihat bagaimana derasnya hujan mengguyur kota jakarta pada pagi ini.

"Gw nggak mau ya ngurusin orang yang kesurupan!" celetuk reynan pada pagi itu, suara yang pertama kali mahen dengar hari ini.

"Siapa juga yang mau kesurupan rey, gw lagi nikmatin waktu mumpung hujan begini sekalian nostalgia." kekeh mahen yang masih setia memandang hujan.

"Nostalgia apaan pacaran aja kagak pernah lu, udah deh nggak usah sok galau, gih keluar si haikal sama naren bikin mie rebus noh." Ucap reynan sambil berlalu keluar, rupanya ia ke kamar hanya untuk mengambil kacamatanya, maklum matanya udah mulai rabun.

Setelah reynan berlalu meninggalkan mahen. Ia masih memandang hujan yang semakin deras, seolah-olah sedang mengeluarkan beban yang selama ini ia pendam.

"Andai aja gw bisa kayak hujan, bisa ngeluarin beban kapan pun yang gw mau." Gumamnya pelan sambil tersenyum miris mengingat bagaimana hidupnya sebelum bertemu dengan enam printilan itu.

"Kalau seandainya nanti kalian semua tau siapa gw sebenarnya, apa kalian masih mau temenan sama gw?" Tanyanya pelan.

Mahen menyudahi acara mari mengingat masa kelam, segera membersihkan tempat tidur dan menyusul reynan keluar.

"Rawitnya lima aja ikaaaalll" teriak naren dari dapur.

"Nggak pedes atuh kalau lima doang, dua puluh aja nanaaaa" balas haikal tak kala keras.

Mahen berdiri didepan pintu kamar sambil memandang teman-temannya, melihat bagaimana naren dan haikal yang ribut di dapur, lihat bagaimana wajah reynan dan jaya yang sudah lelah, dan bagaimana jendral dan cakra yang malah menonton pertunjukkan itu dengan wajah yang bahagia, oh dan jangan lupakan masing-masing dari mereka yang menyemangati jagoan masing-masing.

"Andai kalian tau kalau gw seorang pembunuh apa kalian tetap bakalan mau nerima gw disini, tinggal sama kalian?" Tanya nya pelan sambil memandang wajah temannya satu persatu.

🌻🌻🌻

Pertengkaran pagi itu di tengahi oleh reynan, kesabarannya sudah habis, perkara cabe rawit doang mereka berdebat 20 menit, apa kagak emosi reynan sampai ke ubun-ubun.

"Maheeenn liat Reynan jahat banget, kepala gw digeplaknya keras banget sedangkan naren pelan." Adu haikal pada mahen.

Sambil mengusap kepala haikal, mahen malah terkekeh, "makanya jangan bandel kal."

"Loh loh gw bandel gimana, lagian nggak enak kalau rawitnya cuma lima doang nggak pedes nggak bakalan bikin bibir dower" sahut haikal tak mau disalahkan.

"Diem, makan atau mie lo gw buang!" Ancam reynan.

"Lagian kal emang lu kagak ke kampus hari ini, ntar kalau tu mulut dower apa kagak malu?" Tanya cakra sambil tertawa geli melihat wajah haikal yang demi apapun ngeselin banget.

"Tau tuh, kan lu nggak bisa makan pedes banget kal, nanti kan mau persentase emang mau bolak balik kamar mandi kayak waktu itu?" Tanya jendral terkekeh.

Tepatnya dua minggu yang lalu, haikal sok sok an makan ramen pedes punya jaya, akhirnya ia malah terkena mencret karena perutnya nggak kuat sama pedes. Bahkan sampe nggak masuk kampus tiga hari.

Mengingat itu haikal bergidik ngeri, langsung diam nggak jawab pertanyaan jendral.

"Nah kan kicep, udah lanjut makan ntar mau gw anterin ke kampus apa gimana?" Tanya naren sambil mengusap kepala haikal sayang.

7 warna pelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang