Ketidaksempurnaan itu bukan keinginan
---
--
-
Aku tidak pernah mengira jika harus berada di sini untuk mengakhiri semuanya. Aku menghirup napas sedalam-dalamnya. Langit sore ini sangat cerah. Beberapa burung camar terbang di langit. Matahari yang hampir tenggelam membuat langit berwarna oranye yang indah. Awan sudah terangkai menjadi lukisan yang sempurna. Benar-benar sempurna untuk meninggalkan dunia ini.
Aku selalu bertanya-tanya apakah terlahir seperti ini sebuah kesalahan. Hari ini aku sudah mendapat jawabannya. Di balkon lantai 3 gedung sekolahku, apa yang mereka harapkan akan terjadi. Tapi, aku punya satu permohonan.
"Jika aku mati, aku ingin kembali terlahir dengan tubuh yang kecil dan cantik!"
Setelah mengatakan hal konyol seperti itu, aku benar-benar melangkah dan terjun. Aku tahu ini gila, tapi kehidupanku jauh lebih gila. Setidaknya, aku tidak menderita lagi jika sudah mati. Itu pikirku, dulu.
"Tunggu!"
"Aku, dimana?"
Setelah melihat kegelapan yang cukup lama, tiba-tiba muncul secercah cahaya yang kian membesar. Aku mengucek mata karena silau. Aku seakan melayang di udara, tetapi aku merasa tidak sedang bernapas. Ayolah, apa aku benar-benar sudah mati?
Sejauh mataku memandang hanya warna abu-abu yang pudar. Setahuku memang ada putih dan hitam, maksudku surga dan neraka. Apa aku sedang terjebak di antara keduanya atau aku akan bereinkarnasi?
Tiba-tiba ada seseorang yang bertanya, "Apa aku bisa meminta tolong padamu?"
Aku pun menoleh ke belakang. Aku mendapati seorang gadis cantik seusiaku yang memiliki tubuh impianku. Aku sangat iri pada gadis itu. Bola mata berwarna hijau, rambut berwarna coklat seperti pohon ek, kulit seputih kapas. Keindahan fisik yang dimilikinya tidak dapat menutupi raut wajahnya yang sangat pucat.
"Untuk apa aku membantumu?" tanyaku balik.
"Aku tak menginginkan kehidupan di raga itu lagi. Aku tak bisa mengubah takdir hidupku. Aku rasa kau bisa mengubah takdir malangku itu," jelas gadis itu yang terdengar sendu.
Jika dipikir-pikir, tidak ada salahnya jika aku mengubah takdirnya. Aku juga akan mendapat tubuh yang sempurna. Kecantikan gadis ini pasti akan membawa keberkahan dalam kehidupannya. Aku yakin dia tidak pernah berpikir bagaimana beratnya hidup menjadi orang jelek.
"Aku terima! Seberat apapun masalahmu, aku pasti bisa menghadapinya karena aku sudah mengalami masalah yang berat." Aku tersenyum padanya.
Gadis itu mengulurkan tangannya. Dengan senang hati aku menjabat tangannya itu. "Aku Rulie."
Gadis itu mengangguk. "Senang bertemu denganmu, Rulie. Aku Pixie dan kau akan menjadi Pixie sebentar lagi. Terima kasih sudah mau menolongku. Sampai jumpa lagi, Rulie."
Aku sedikit terkejut ketika tubuhnya mulai memudar. Tapi entah mengapa setelah kepergian Pixie, warna yang kulihat bukan lagi abu-abu melainkan warna putih yang terang. Semakin lama semakin silau mataku memandang. Aku memejamkan mata karena tidak kuat dengan silau yang sangat luar biasa. Perlahan-lahan aku mulai tertidur.
Ini aneh. Rasanya benar-benar aneh. Tadinya aku sama sekali tidak mendengar degup jantungku. Tapi sekarang rasanya seperti jantungku kembali berdegup. Perasaan aneh menjalar ke seluruh dadaku. Sakit dan geli menjadi satu. Beberapa detik kemudian aku terbangun sambil menghirup udara.
"Ini gila!" pikirku.
Rasanya dadaku sangat sesak seperti tidak bernapas selama sepuluh menit. Akibatnya napasku tersengal-sengal. Mataku rasanya cukup perih dan pandanganku masih kabur. Tadinya aku terbangun langsung duduk, tapi karena tubuhku sangat lemas aku pun kembali terbaring.
Aku masih belum bisa merasakan kedua tanganku. Kepalaku rasanya sangat berat. Sepotong ingatan tiba-tiba menghampiriku. Di dalam ingatan itu ada seorang wanita yang berkata, "Tidak ada yang menginginkanmu lahir!"
Bentakan itu rasanya mendengung di kepalaku. Tiba-tiba aku bersin, entah mengapa aku merasa jika ada air yang keluar saat aku bersin. Aku mengerjapkan mata.
"Dimana aku?" sebuah pertanyaan yang keluar dari mulutku.
Aku tidak mengira akan terdampar di pinggir pantai yang memiliki pemandangan yang sangat indah. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat ada aurora di langit malam yang penuh bintang. Angin malam kala itu menyengatku. Tanpa sadar aku memegangi kedua lenganku.
Laut yang tenang ditambah dengan suara pepohonan yang bergesekan membuatku merinding. Aku memutuskan untuk segera beranjak dari tempat yang aneh ini.
"Pixie," gumamku.
Menurutku itu nama yang tidak buruk. Tapi entah mengapa sepertinya ada sesuatu yang sangat besar sedang dibawa oleh tubuh kecil yang rapuh ini. Saat akan melangkah maju, tiba-tiba aku terpikirkan sesuatu.
"Ini berarti ... aku adalah gadis yang sempurna!" teriakku.
Tanpa sadar aku berjingkrak-jingkrak karena senang. Aku masih belum percaya dan mencoba menampar pipiku.
"Aaawh ...," rintihku.
Ini benar-benar bukan mimpi. Saking senangnya aku berlarian tanpa berpikir harus kemana. Saat aku sudah sadar, aku sudah tersesat di dalam hutan yang berada di belakang mulut pantai. Aku menghembuskan napas kasar.
"Oke, sekarang kesempurnaan tidak akan membuatku tidur dengan nyenyak ataupun membuatku kenyang. Tapi aku yakin dengan kesempurnaan ini akan membawaku pada lelaki hidung belang yang akan memberikanku segala yang ia punya," gumamku.
Langit malam di dunianya Pixie lebih indah daripada langit di duniaku. Aku tidak habis pikir kenapa gadis cantik yang sempurna seperti Pixie sampai di tempat yang sangat kotor dan seakan tak berpenghuni ini.
Entah mengapa kakiku jadi semakin berat untuk melangkah. Meskipun akhirnya jatuh tersungkur, aku selalu mencoba untuk bangkit. Tapi itu semua sia-sia saja. Rupanya penyakit tidurku terbawa ke dunia ini. Perlahan tapi pasti, aku tertidur. Mulanya pandanganku tidak jelas dan kabur, akhirnya aku tetap tertidur juga.
Sesosok bayangan berwarna putih tiba-tiba muncul di tengah kegelapan. Bayangan itu berkata, "Kau adalah bentuk kesalahan yang tidak bisa dimaafkan! Enyahlah dari hidupku!"
Entah mengapa rasanya hatiku jadi sangat sakit. Bukankah aku sudah sempurna? Mengapa rasanya aku masih tidak pantas untuk ada?
Tanpa kusadari tiba-tiba bayangan itu berubah menjadi sangat banyak. Mereka semua seakan-akan seperti sedang menyalahkan Pixie. Perkataan mereka begitu tajam meskipun aku tidak terlalu jelas mendengarnya.
Tetapi, dari semua bayangan itu ada satu bayangan yang sangat besar. Seakan-akan bayangan itulah yang menjadi musuh terbesar Pixie. Semakin aku mendengar ocehan mereka rasanya semakin sakit pula kepalaku. Aku pernah mengalami hal ini, tentu harusnya ini biasa saja. Tapi entah mengapa keadaan ini membuatku semakin gusar dan putus asa.
"Pixie, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" keluhku.
Aku memegangi kepalaku. Dunia seakan berputar dengan cepat. Aku pernah mati, tapi ini jauh lebih sakit dari perasaanku waktu itu. Rasanya ubun-ubunku akan pecah.
"Hentikan!" teriakku.
Perlahan-lahan mulai tenang. Aku mulai bisa mengendalikan. "Satu-satu, Pixie," pintaku.
(ノ*.✧. fyi .ノ*.✧)
|~Jumkat: 1012, date: 2 Oktober 2023|
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Menjadi Peri Cantik
FantasyKetidaksempurnaan itu bukan keinginan. Tidak ada yang pernah menginginkannya. Ketidakadilan, penindasan, pertikaian selalu dihadapi oleh peri kecil yang malang. Pixie, terjun dari tebing hingga terseret ombak. Di dimensi lain, seorang remaja mengala...