Aku memejamkan mata. Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan.
"Sekarang aku adalah Pixie. Aku tidak membutuhkan ingatanku sebagai Rulie," ucapku lirih.
Saat aku membuka mata kembali, aku sudah melihat dunia dongeng yang indah. Ada bulan yang bersinar terang ditemani oleh ribuan bintang. Warna langit malam ini berwarna biru navy, tapi indahnya ada gugusan bintang yang berwarna hijau rumput.
Tanah di mana aku berpijak adalah hamparan pasir putih yang sama sekali tidak ditumbuhi pohon. Aku sudah ada di bibir pantai. Seingatku, aku pingsan di tengah hutan. Aku memegangi kepalaku yang terasa sangat berat. Mungkin ini akibat benturan antara ingatanku dan ingatan Pixie yang lama.
Aku merasa belakang punggungku seperti ada yang bergerak. Belum sempat aku menoleh, tiba-tiba tubuhku terangkat tinggi melayang di udara. Sontak aku terkejut bukan main ketika menyadari aku benar-benar ada di ketinggian.
Aku menutup mata dengan kedua tanganku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku. Namun, intinya aku takut ketinggian!
Aku mencoba melirik sedikit. Aku terbang secara acak dan tidak jelas. Dan itu membuatku pusing. Tiba-tiba aku menabrak pohon karena tidak bisa menghindari pohon itu. Rasanya ingin muntah. Perutku rasanya lemas sekali. Aku sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada punggungku.
"Aaaa ....!!!" Aku menjerit ketika mendapati ada sayap lusuh di belakang lengan kananku.
Meskipun aku tidak dapat melihat dengan jelas sayapku, aku tidak melihat sayap kiriku. Atau jangan-jangan aku memang tidak memilikinya.
Disamping itu, aku mulai menyadari ada sesuatu yang mulai mendekatiku. Seperti ada suara langkah kaki yang bergerak lambat. Tiba-tiba aku menyadari kalau aku sedang sendirian. Benar-benar SENDIRI!
Aku baru tersadar jika harus keluar dari tempat ini. Sedangkan suara langkah kaki yang masih terdengar seolah melingkariku. Meskipun aku belum melihat bentuk mahluk itu, nyatanya aku tidak punya keberanian untuk menyapanya.
Aku memejamkan mata dan berusaha untuk kembali terbang. Tapi sepertinya aku perlu belajar terlebih dulu. Ini tidak mudah dan benar-benar sulit. Tidak sesuai ekspektasiku ketika membaca dongeng.
"Haha ahaha ahaha!!!"
Tiba-tiba sebuah batu mengejutkanku. Terlebih lagi batu itu bisa tertawa dan mengejutkanku. Aku pun menjerit ketakutan.
"Hei, mengapa kau menjerit?" tanya baru itu.
Aku yang masih menutup mata terlalu ragu untuk hanya sekedar melirik. Aku pun menjawab, "Mahluk apa kau ini? Aneh sekali!"
"Jaga ucapanmu nona kecil. Bisa-bisanya kau mengatakan aku aneh, padahal kau sendiri jauh lebih aneh. Peri sepertimu memiliki sepasang sayap. Lalu mengapa kau hanya punya satu sayap?"
Mendengar pertanyaan itu aku perlahan membuka mata.
"Aaaaaa!!!!!!!!" Aku kembali menjerit ketika tahu batu itu memiliki wajah seperti manusia.
"Kau ini berisik sekali," gerutu batu itu.
Aku mulai menenangkan diri. Aku tarik napasku sedalam-dalamnya, lalu aku hembuskan perlahan. Aku mencubit pipiku sendiri. Rasanya sakit, aku tidak bermimpi. Aku mulai menguatkan diri.
"Lalu kau ini apa?" tanyaku.
"Sebenarnya kau ini berasal dari mana?" ledek batu itu. "Aku ini troll, dan namaku Chriss," sambungnya.
"Aku tidak menanyakan namamu. Aku Pixie," cetusku.
Aku berjalan menuju ke tanah yang rumputnya tebal lalu duduk. Diikuti dengan troll itu yang penasaran denganku.
"Apa kau tersesat?" tanya Chriss.
Aku menghembuskan napas kasar. "Menurutmu?"
"Sepertinya kepalamu terbentur sangat keras hingga lupa ingatan," ledek Chriss.
Aku tidak menghiraukan Chriss. Tetapi dia benar, aku tersesat. Aku tidak tahu harus kemana dan aku tidak ingat banyak hal tentang diriku yang dulu.
"Hei, jangan melamun," cibir Chriss.
Aku bertekad, "Aku akan memulai kisah baru. Aku akan menemukan tempat yang bisa membuatku indah."
"Kedengarannya lucu sekali nak," sela Chriss.
Aku berdiri. "Sebenarnya kau ini kenapa? Mengapa kau selalu mengejekku?"
Chriss tidak menjawab. Aku berjalan meninggalkannya. Entah pergi kemana, aku masih kesal dengan batu aneh itu. Tubuhku rasanya dingin meskipun memakai gaun yang memiliki lengan panjang. Aku berharap fajar segera menyingsing.
Setelah berjalan jauh, akhirnya aku kembali sampai di bibir pantai. Seperti aku memang terdampar di pulau kecil yang benar-benar membosankan. Bahkan, sedari tadi aku berjalan aku tidak menjumpai satupun semak beri ataupun buah yang bisa dimakan.
Samar-samar aku melihat secercah cahaya mulai muncul di depanku. Ternyata aku berdiri menghadap ke arah timur. Aku jadi penasaran apakah ada kehidupan di timur sana.
"Apa kau ingin pergi ke sana?" tanya Chriss mengejutkan. Dia menunjuk ke arah matahari yang mulai naik.
Aku menyilangkan kedua tanganku. "Lalu apa yang kau mau?"
"Aku bisa membantumu. Tapi, aku butuh benda berharga milikmu." Troll itu menaikkan salah satu alisnya. Benar-benar menyebalkan.
Aku sendiri tidak merasa punya barang berharga. Aku memeriksa kedua telingaku, berharap ada anting atau semacamnya. Tapi hasilnya nihil. Bahkan aku tidak memakai alas kaki. Tapi aku punya kalung yang memiliki liontin indah berwarna hijau berbentuk semanggi daun empat.
"Aku tidak mungkin memberikan ini padanya," gumamku.
Mau bagaimanapun juga, benda ini terlihat begitu berharga. Belum sempat aku menolak, Chriss sudah menunjuk kalungku dengan tangan batunya yang bulat.
"Kalungmu bagus," puji Chriss.
Aku mendengus kesal. "Aku tidak akan memberikan ini padamu. Beritahu aku tempat yang memiliki makanan dan minuman di pulau ini."
Aku tidak mungkin akan naik perahu ke tempat yang jauh tanpa makanan dan minuman. Setidaknya aku bisa merakit sendiri setelah mengisi perut.
"Kau cerdik sekali. Ayo ikut aku, di rumahku ada banyak sekali buah-buahan," ajak Chriss.
Tentu saja aku tidak bisa mempercayai orang asing sepertinya. "Aku tidak yakin kau itu orang baik."
Chriss yang tadinya berjalan mendahuluiku kini berhenti sejenak dan menoleh ke arahku.
"Tentu saja, aku akan memakanmu ketika sudah sampai di rumahku. Hahahaha!" Suara Chriss menggelegar bak petir.
Aku pun mundur beberapa langkah. Tentu saja menyeramkan jika diculik batu aneh seperti Chriss. Lebih baik aku tenggelam saja.
"Kau sungguh percaya?" tanya Chriss yang rupanya peka terhadap ancang-ancangku untuk lari.
"Aku adalah Troll. Dan Troll sangat suka bercanda dan meledek. Kau tidak perlu takut padaku. Tidak ada yang mau memakan dagingmu yang kurus," jelas Chriss.
Aku mengepalkan tangan karena sudah sangat sebal dengan Chriss. Tapi aku masih berusaha untuk menahannya agar tidak melayang ke wajah Chriss. Aku benar-benar sadar jika percuma saja memukul batu, yang ada malah tanganku yang cidera.
"Ayo ikut denganku atau kau akan mati kelaparan di sini. Lagipula apa yang bisa dilakukan oleh peri lemah sepertimu?"
Mendengar pertanyaan Chriss yang seperti itu, aku tidak sanggup untuk menahan tanganku. Pukulanku benar-benar melayang tepat di wajahnya.
"Rasakan itu!" Aku menyilangkan tangan lagi.
~~~~~~~~~
Jumkat 1023
Jumat, 20 Oktober 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Menjadi Peri Cantik
FantasyKetidaksempurnaan itu bukan keinginan. Tidak ada yang pernah menginginkannya. Ketidakadilan, penindasan, pertikaian selalu dihadapi oleh peri kecil yang malang. Pixie, terjun dari tebing hingga terseret ombak. Di dimensi lain, seorang remaja mengala...