Easterndawn

17 10 2
                                    

Aku mengikuti Chriss yang berlari menuju pantai.

"Hei, nak. Jika kau tertinggal, kau mungkin akan tersesat!" seru Chriss.

"Dasar Troll sialan," umpatku.

Sialan, aku hampir tertinggal karena membawa sekeranjang buah penuh. Aku harus memperhatikan langkahku agar tidak tersandung akar pohon yang besar dan panjang. Aku tidak ingin terjatuh dan menumpahkan berry yang kubawa. Mungkin tidak ada hewan buas di sini, setidaknya itu membuatku sedikit lega.

Tak lama kemudian aku sampai di bibir pantai. Cahaya dari laut begitu terang dan cantik. Ada sebuah perahu rakit yang lumayan kecil tak jauh dari Chriss.

"Bagaimana?" tanya Chriss.

Aku kembali bertanya, "Apanya?"

Chriss lebih dekat dengan perahu rakit. Aku pun berjalan mendekati perahu rakit itu juga. Sepertinya hanya sekumpulan kayu yang diikat.

"Lalu mana dayungnya?" tanyaku. Karena sejauh aku melihat tidak ada satu pun dayung.

"Tenang, aku punya sahabat yang bisa mengantarkanmu ke sebuah tempat yang layak." Setelah berkata demikian, Chriss bersiul.

Tak lama, ada seekor ikan lumba-lumba yang muncul ke daratan. Lumba-lumba itu cukup menggemaskan karena warnanya merah muda. Tapi yang membuatnya lebih imut adalah matanya yang besar seperti mata manusia.

Contoh:

(Kurang lebih kayak gini ya kawan)Sumber: Gugel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kurang lebih kayak gini ya kawan)
Sumber: Gugel.

"Mipo, antarkan anak ini ke Easterndawn," suruh Chriss pada lumba-lumba itu.

Aku sedikit tidak setuju ketika Chriss malah menyuruh mahluk lucu seperti itu untuk mengantarku ke tempat yang dimaksudnya.  Lagipula suara Chriss itu berat, aku yakin dia dulu adalah seorang bapak-bapak.

"Chriss, bagaimana kau bisa menyuruh lumba-lumba itu untuk membawaku melewati laut yang ganas?" tanyaku dengan maksud hati mencibir Chriss.

"Tenang, nak. Aku bisa pastikan keselamatanmu," jawab Mipo si lumba-lumba.

Aku terbelalak kaget mendengar suara Mipo yang berat dan serak. Khas suara om-om. "Aku tarik kembali ucapanku."

"Jangan-jangan kalian adalah bapak-bapak yang dikutuk karena sudah berdosa!" tuduhku.

"Kau boleh mengartikannya seperti itu," jawab Chriss dengan santainya.

"Ayo berangkat, nak," ajak Mipo.

"Diamlah, aku tidak suka kau bicara," cibirku.

Aku pun berjalan ke arah rakit. Aku letakkan keranjang berry di atas rakit itu. Lalu aku mendorong rakitnya ke atas air. Mipo menyelam dan sudah berancang-ancang untuk mendorong rakitnya. Aku melambaikan tangan pada Chriss.

Reinkarnasi Menjadi Peri CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang