Flying

14 4 0
                                    

Sepertinya kecantikan benar-benar bentuk dari kesempurnaan. Seharusnya aku tidak kecewa sedalam ini. Dari awal memang tidak ada pria yang bisa dipercaya. Air mataku menetes tanpa aba-aba. Aku masih berusaha mengusap walaupun deras air seakan membanjiri laut.

Aku mencoba memaksa keluar dari rangkulan raja. Sepertinya raja sudah puas memeluk tubuh kecilku.

"Terkait Echantos, aku tidak bisa memberikan solusi untukmu," ucapku  sebelum berlari meninggalkan raja.

Aku berlari sambil menangis. Tiba-tiba saja aku tersandung akar pohon yang lumayan besar. Karena pandanganku tidak terlalu jelas aku jadi tidak teliti. "Aaauuu ...," rintihku.

Tak jauh dariku Mithy tak sengaja melihatku yang jatuh tersungkur. "Oh tidak!!! Biar saya lihat kaki anda, nona."

Aku memegangi lututku yang rasanya sangat perih. Tanpa aku persilakan, Mithy membuka gaunku hingga lututku terlihat dengan jelas. Terpampang luka yang masih fresh dan darah yang mengalir setetes demi setetes. Wajah Mithy sangat panik. Ada dua penjaga menemukan kami. Sempat terjadi perdebatan karena kesalahpahaman.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" tanya salah seorang penjaga.

"Nona Pixie terjatuh," jawab Mithy.

"Ayo kita angkat," ajak penjaga yang satunya.

"Jangan sentuh aku!" pekikku.

Aku tidak ingin ada lagi yang menyentuhku. Tidak ada yang tulus di dunia ini. Pasti mereka mau menolongku karena ingin mencari muka. Rasanya dadaku seakan terbakar. Yang awalnya aku tidak bisa merasakan sayap di punggungku tiba-tiba ada rasanya. Seperti sebuah aliran energi yang tersalur ke sayapku. Aku menoleh. Yang mulanya sayapku lemas mendadak jadi kaku dan menjadi lebih besar.

Di setiap ukiran indah di sayapku ada aliran hijau yang bercahaya. Aku tidak menyadarinya saat pernah terbang ugal-ugalan di hutannya Chriss. Tapi rasanya aku bisa mengepakkan sayapku.

Entah kekuatan darimana aku bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Aku berjongkok lalu melompat setinggi yang aku bisa. Meskipun sayapku hanya satu, tapi aku masih bisa terbang walaupun miring. Dan rasanya berat.

Aku seakan terbang menembus awan ke delapan. Melihat dari ketinggian seluk beluk kerajaan Easterndawn. Meskipun cara terbangku seperti orang tidur yang miring, setidaknya aku bisa menemukan fakta jika aku masih bisa terbang.

Setelah aku puas mengelilingi kerajaan Easterndawn dan melatih cara terbangku, akhirnya aku turun di depan gerbang istana. Rasanya energiku sudah terkuras habis. Aku ingin makan enak dan kembali terbang.

Tiba-tiba ada dua orang penjaga lain yang menghampiriku. "Maaf, tapi kami diperintahkan untuk membawa anda menghadap raja Albert."

Belum sempat aku menjawab, kedua penjaga itu menarik tubuhku. "Lepaskan! Aku bisa berjalan sendiri. Jangan menyentuhku!"

Tapi dua penjaga itu tidak mendengarkanku. Aku curiga raja menyuruh mereka membawaku dengan paksa. Tapi aku tidak peduli. Setelah makan banyak aku akan kabur meninggalkan Easterndawn. Aku akan mulai berpetualang. Tidak mungkin raja akan terbang menangkapku juga. Meskipun cara terbangku aneh, tapi aku bisa kabur dengan itu.

Sesampainya di depan pintu kayu besar entah mengapa firasatku jadi tidak enak. Kedua penjaga itu membukakan pintu lalu mendorong sedikit tubuhku untuk masuk. Setelahnya mereka meninggalkanku sendiri bersama raja.

Ruangan raja yang bisa dibilang menyeramkan. Ada hiasan dinding dari tengkorak beruang dan rusa, serta hewan buas lain. Tidak terkecuali rajanya sendiri.

"Selamat, kau sudah bisa terbang," puji raja yang memiliki sejuta makna.

Aku hanya membuang muka malas menanggapi. Aku sudah tau wajah asli raja. Dan aku benar-benar tidak menyukainya. Dia baik, tapi dia tidak tulus. Sepertinya dia sangat menginginkan tubuhku.

"Lihatlah benda cantik ini, Pixie."

Aku pun menoleh dan melihat ke arah benda yang ditunjuk oleh jari raja. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati sebuah kapak berada di atas meja. "Apa maksudnya?"

"Aku tidak bisa menyia-nyiakan keberuntungan, Pixie. Jika kau terbang pergi dari Easterndawn, aku tidak akan segan-segan untuk memotong sayap indahmu itu," jelas raja.

Aku terkejut bukan main. Tidak sadar aku mundur beberapa langkah. Sial, aku terperangkap di sini.

"Kalaupun kau pergi ke Echantos, di sana hanya ada orang gila. Mereka sangat suka bunuh-membunuh. Lebih baik kau tinggal aman bersamaku di sini, Pixie."

Aku menutup kedua telingaku. Aku menunduk. Aku tidak bisa membayangkan tinggal bersama raja psikopat yang sangat menakutkan.

"Bukankah itu tawaran yang bagus, Pixie?" tanya raja.

Aku terduduk lemas, tidak bisa berkata apa-apa. Perih yang tadi aku rasakan karena cidera di kaki tidak sesakit hatiku. Bagaimana aku bisa tinggal bersama orang yang tidak aku cintai, terlebih dia tidak tulus mencintaiku.

"Tidak lama lagi aku akan menikahi putri dari kerajaan kecil. Menjalin hubungan dengan kerajaan kecil itu setidaknya dapat memperluas area Easterndawn untuk melawan Echantos," imbuh raja.

"Lalu?" tanyaku.

"Aku harap kau tidak marah," terangnya.

Yang benar saja? Selain dijadikan hewan peliharaan, dia justru ingin menduakan aku. Aku heran dengan caranya berpikir. Dia benar-benar tidak mempedulikan perasaanku. Dia benar-benar peka dan tahu cara memperlakukan seorang wanita, tapi dia tidak cukup hanya dengan satu wanita.

Aku sudah muak dengan sikap raja. "Tolong lepaskan aku."

"Tidak akan. Atau jangan-jangan kau tidak suka aku menikah dengan wanita lain, Pixie?" Raja tertawa. "Kalau begitu, bagaimana kalau kau saja yang menikah denganku?" tawar raja.

"Gila!" umpatku.

Aku benar-benar tidak bisa menahan amarahku. Aku keluar dari ruangan ini, tapi pintu kayu di belakangku tidak bisa dibuka.

"Sepertinya aku perlu orang untuk mengajarimu sopan santun. Tapi tidak apa, itu bukan masalah penting. Aku beri waktu satu malam untukmu berpikir. Ingat, kau tidak akan bisa lari dari genggamanku, Pixie," ancam raja.

Tiba-tiba pintu kayu di belakangku terbuka. Aku hanya bisa menatap kosong wajah raja. Aku tak mampu berkata-kata. Selagi pintunya masih terbuka aku mencoba lari sekuat tenaga meninggalkan ruangan raja. Sejauh apapun aku berlari, ketika lelah aku akan berhenti.

"Nona Pixie!" panggil Mithy yang terkejut melihatku terduduk di lantai.

Entah mengapa aku sangat sebal ketika menatap wajah panik Mithy. "Apa maumu?" tanyaku geram.

"Maaf, saya ingin menolong anda." Mithy kembali menunduk dan tidak berani menyentuhku.

"Aku tidak butuh bantuanmu," tolakku.

Entah mengapa rasanya aku benar-benar sangat marah. Aku sedikit merasa bersalah pada Mithy yang menjadi tempatku melampiaskan amarah.

"Ini sudah waktunya makan siang, bagaimana kalau kita makan dulu, Nona?"

Aku tidak mungkin menolak ajakan Mithy. Dia benar-benar bisa meredam amarahku. "Terima kasih Mithy."

Mithy tersenyum. Aku beranjak pergi bersama Mithy ke ruang makan. Tapi aku dicegah oleh salah seorang penjaga.

"Nona, bisakah kita bicara sebentar?" tanya penjaga itu.

~~~~~

Jumkat: 1002

Reinkarnasi Menjadi Peri CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang