King's Speech

18 12 0
                                    

Aku ternganga ketika mendapati semua kolam renang yang sangat luas berada di sebuah ruangan dengan dekorasi klasik. Ada beberapa hiasan dinding yang berbentuk kepala rusa. Air yang wangi dan penuh dengan bunga. Simeria membantuku untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, aku sementara diberi gaun biasa dan polos berwarna putih. Tapi aku tidak bisa menggunakannya karena tidak pas untuk sayapku. Akhirnya aku hanya menutupi tubuhku dengan handuk.

"Akan saya panggilkan dulu pendesain gaun anda," pamit Simeria.

Tentu aku menolaknya. Jika aku Simeria pergi, aku akan sendiri. Aku tidak ingin sendirian maupun kesepian. Akhirnya aku mencegah tindakan Simeria dengan memegang lengannya lalu menggeleng.

Beberapa detik kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu. "Permisi. Gaun anda sudah jadi."

Belum sempat aku berkata, Simeria sudah menyela, "Biar saya ambilkan."

Aku hanya bisa terdiam. Setelah Simeria mengambil gaunku, tanpa basa-basi dia menutup pintu.

Gaun berwarna hijau rumput yang dihiasi dengan tanaman liar membuat kesan indah yang menyentuh hati. Bagian punggung sengaja dibuat terbuka agar sayapku dapat bebas. Sedangkan bagian depan dirancang seperti gaun lilit yang panjangnya selututku. Lalu juga bagian lenganku yang terbungkus kain halus yang cukup kasat mata berwarna hijau gelap. Sedangkan bagian lain adalah perpaduan warna putih dan hijau rumput.

Simeria juga menata rambutku. Benar-benar indah caranya mengepang rambutku. Sebuah kepangan dengan pernak-pernik seperti mutiara membuat kesan yang menarik. Aku jadi teringat saat aku tergila-gila pada style kepang dua dan mengenakannya setiap hari. Tapi sayangnya tidak semua orang memiliki kualitas style bagus seperti milikku.

Setelah siap, aku pun mengikuti Simeria. Kastil ini benar-benar luas dan indah. Banyak sekali tangga yang bisa saja mematahkan kakiku. Untungnya kakiku ini kecil, kalau besar aku tidak bisa membayangkannya. Setelah naik turun tangga beberapa kali, akhirnya kami berdua sampai di tempat raja dan menghadap wajah raja yang tak asing bagiku.

"Apa sudah siap?" tanya raja memastikan.

"Sudah, yang mulia," jawab Simeria.

"Kau terlihat lebih dewasa dan anggun jika menggunakan gaun seperti itu, Pixie," ucap raja.

Aku hanya melempar senyum kecut padanya. Aku tidak akan tersipu malu dengan godaan murah seperti itu. Yang benar saja!

"Kemarilah, Pixie," pinta raja.

Aku merasa punya hutang budi padanya, jadi aku harus menuruti perkataannya. Aku hanya berdoa agar dia tidak menyukai anak kecil sepertiku. Sangat tidak masuk akal.

Di ruangan raja yang memiliki satu jendela besar yang menghadap ke arah matahari terbit ternyata ada pemandangan penduduk yang sangat cantik. Ternyata raja ini juga mengamati kerajaannya dari kastil. Ada banyak buku di rak besar yang ada di dalam ruangan, serta sebuah peta besar yang menunjukkan lokasi kerajaan ini dan sekitarnya.

Dalam peta, aku dapat menyimpulkan kalau di dunia ini ada sebuah kerajaan yang dipimpin manusia bernama Easterndawn. Di arah barat ada sebuah pulau yang dinamai Echantos. Di utara juga ada pulau yang dinamai Fairyland. Berpindah di ujung selatan ada sebuah pulau kecil yang belum dinamai. Sepertinya pulaunya Chriss berada di ujung barat dan ukurannya kecil karena di peta tidak ada. Dan sepertinya semua tempat ini dikelilingi oleh es raksasa karena warnanya biru. Yah, seperti kutub utara dan kutub selatan yang tersambung. Aku yakin pembuat petanya penganut bumi datar.

"Pixie, ayo kita berangkat." Raja berdiri dan mengangkatku. Bukan ala bridal style lagi, tapi tubuhku yang kecil ini didudukkan di atas bahunya.

Cara berjalan raja itu cepat, ditambah dengan banyaknya prajurit dengan baju zirah. "Apa kau tahu kita akan kemana, Pixie?"

"Tidak, dan turunkan aku. Aku masih bisa berjalan sendiri," pintaku.

Aku tidak enak jika duduk di bahu raja terus menerus.

"Hari ini kau belum memanggilku. Panggil aku dulu," pinta raja.

Aku memutar bola mataku, "Daddy, kita akan kemana?"

"Benar seperti itu. Kita akan ke pusat kota untuk memperkenalkan dirimu," jelas raja.

"Apa masih jauh?" tanyaku karena aku ingin cepat turun dan berjalan sendiri.

"Sebentar lagi kita sampai." Tak berapa lama kemudian kami sampai di pintu utama kastil. Setelah terbuka, mataku jadi silau karena panas matahari yang menyengat. Tak jauh dari pintu utama sudah ada kereta kuda.

Karena ada dua kereta kuda, aku dudukkan di kereta kuda yang lebih kecil. Dan akan berpisah sementara dengan raja. Aku punya sedikit perasaan cemas ketika harus berpisah dengan raja.

Sesampainya di pusat kota, aku benar-benar takjub melihat keindahan pasar dan keunikan rumahnya. Meskipun harus membelah lautan manusia yang sedang berbelanja dan berlalu lalang, aku tetap tidak bisa melihat wajah mereka.

"Ayo turunlah, Pixie." Raja mengagetkanku dan membuyarkan lamunanku.

Ternyata kami sudah sampai. Aku tidak sadar ketika kereta kudanya sudah berhenti. Raja yang mengulurkan tangannya untukku akhirnya aku terima.

Suara kendang dipukul-pukul, terompet, dan alat musik lain. Membuat semua perhatian manusia tertuju kepada raja dan aku yang ada di sebelahnya. Kami menaiki tempat yang berbentuk kotak dan lumayan tinggi. Ada empat pilar di tempat ini. Dan atapnya kosong.

"Kepada rakyat yang saya cintai di seluruh Easterndawn. Saya perkenalkan kepada kalian, putri baru saya," papar raja.

Aku melirik sekilas reaksi orang-orang. Para wanita berbisik-bisik sambil menatapku. Ini adalah perasaan yang paling tidak nyaman.

"Saya mengadopsinya. Dia terdampar di sebelah barat tanah ini. Saya yakin dia bukan orang jahat meskipun dia memiliki satu sayap saja. Dan saya yakin dia akan menyelamatkan kita suatu hari nanti," sambung raja.

Aku yang mulanya menunduk kini melihat semua orang yang menatapku karena mereka bertepuk tangan. Apa aku sudah diterima oleh rakyat Easterndawn? Aku merasa senyum mereka terpaksa dan tidak tulus.

"Demikian sambutan dari saya." Raja tiba-tiba mendekat kepadaku lalu berbisik, "Turunlah dari sini lalu jelajahi tempat ini bersama Simeria."

Aku sebenarnya sedikit keberatan, tapi aku mengangguk untuk menyetujuinya.

Aku pun turun dan raja melanjutkan pidatonya. Aku berpura-pura tidak mendengar saja. Tapi setelah turun aku tidak mendapati wajah Simeria. Aku mulai bertanya-tanya dia dimana. Aku berjalan dengan menguatkan tekad mencari Simeria. Mengitari kereta kuda, bertanya pada prajurit baju zirah, dan sudah mencari di dekat tempat itu.

Aku memutuskan untuk berjalan sedikit lebih jauh. Siapa tahu Simeria sedang membeli sesuatu, aku ingin tahu. Pusat kota itu tidak buruk dalam kata kebersihan. Menurutku hanya jalanan yang becek saja menjadi faktor kecelakaan.

Aku berjalan begitu jauh, dan tak sadar sudah tidak mendapati sosok raja yang sedang berpidato.  Tiba-tiba seseorang menarik lenganku dan menutup mulut dan hidungku.

"Sialll!!!" umpatku dalam batin.

~~~~~

Jumkat: 1011

Reinkarnasi Menjadi Peri CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang