BAB 1: Keputusan Berpisah (Republish)

15K 1.3K 86
                                    

PERHATIAN!|
Cerita sudah lengkap di KaryaKarsa @ Junieloo

Happy reading!

Sepasang kaki jenjang itu melangkah tanpa keraguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang kaki jenjang itu melangkah tanpa keraguan. Diiringi suara heels setinggi 9 sentimeter yang beradu dengan kilap lantai marmer kantornya, perempuan berambut cepol asal tersebut melenggang masuk ke dalam lift yang tentunya masih kosong.

Sambil menunggu transportasi vertikal tersebut membawanya ke tempat yang dituju, perempuan itu segera melepaskan ikatan di kepalanya. Membiarkan rambut panjang bergelombangnya tergerai, yang lantas disisir seadanya dengan jemari lentik. Tidak lupa, ia mengeluarkan pouch kosmetik dalam tasnya dan mulai berdandan kilat.

Ting.

Bertepatan dengan bunyi tersebut yang menandakan ia telah sampai di lantai teratas gedung, perempuan itu pun mematut diri sekali lagi dari pantulan pintu lift yang belum terbuka sempurna, untuk memastikan penampilannya sudah cukup rapi. Meski begitu, masih ada yang kurang darinya hari ini.

Dengan cepat, ia merogoh tasnya kembali untuk mengambil ID Card dan mengalungkannya.

Anita Pramesti. Secretary.

Perempuan itu mengembuskan napas. Sudah bertahun-tahun ia mengenakan tanda pengenal tersebut. Senang karena dirinya masih dan selalu menjadi kepercayaan perusahaan ini. Tapi, tidak dipungkiri jika dirinya turut sedih memikirkan bahwa...

Hidupnya masih tidak ada perubahan dari tahun ke tahun.

Menyadari pintu lift hendak tertutup kembali, sosok jelita berusia 32 tahun tersebut langsung melangkah keluar dari posisinya dan seketika mengabaikan kesedihannya.

Ya, tidak ada waktu untuk meratapi nasib. Jam kerja akan dimulai dalam beberapa menit. Ia harus profesional dengan tidak memikirkan masalah pribadi.

Sementara itu, di salah satu gedung tertinggi di Jakarta Selatan, seorang pria berperawakan cukup tinggi dengan bahu yang sangat bidang, melangkah mantap menuju ruangannya. Tidak dapat dipungkiri bila sosok tersebut selalu berhasil menarik perhatian para karyawan hanya dengan berdiam diri, khususnya perempuan. 

Sikapnya yang dingin pada dunia tapi hangat dengan keluarga, membuat banyak kaum Hawa berandai-andai jika mereka bisa mendapatkan hati bos besar dan menjadi bagian dalam hidup lelaki itu. Penampilannya serta gerak-geriknya juga sangat macho. Belum lagi bentuk tubuh atletis yang seolah mengatakan pada kemeja serta jasnya bahwa fungsi mereka hanyalah sia-sia.

Saat telah duduk di kursinya, di balik meja yang dihiasi papan nama bertuliskan "Adipati Prayudi" beserta jabatannya, lelaki itu menyandarkan punggungnya sejenak sambil memicingkan mata. Tidak, ia bukan sedang lelah dengan pekerjaannya. Justru, semua ini adalah keinginannya sejak lama. Berada di posisi ini. Hanya saja, pertanyaan sang ayah semalam saat keduanya tengah mengobrol santai, masih membekas di benaknya...

Marriage First, Love LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang