• That's My Girl •
Terasa sekali kosongnya 2 tempat yang biasa diisi oleh Mashiho dan Yedam, bukan hanya member Treasure yang merasakannya, Kanaya dan Hana juga.
Kanaya ingat sekali bagaimana laki-laki Jepang yang seumuran dengannya itu selalu memujinya dan memberikan senyuman manis setiap kali mereka bercanda.
Hana bahkan ingat bagaimana cara lelaki tampan itu memasak saat mereka mengadakan pesta sebelum dirinya dan Kanaya harus kembali ke Indonesia.
Ingat bagaimana cara Yedam mengalah ketika kedua maknaenya berebut ingin memberikan makanan untuk Kanaya. Mengajaknya mendengarkan lagu buatannya, dan mengalunkan suaranya yang indah.
Semuanya masih teringat jelas dikepala mereka, dan itu benar-benar meninggalkan kekosongan yang sangat terasa sekali sekarang.
Menatap sekeliling ruang latihan yang beberapa bulan yang lalu menjadi tempat dimana semua memori itu terjadi. Begitu hangat, ramai, dan begitu special. Kanaya memejamkan matanya sebentar, semua memori itu membuat dadanya sesak.
Menundukkan kepalanya diantara lipatan tangan yang ia gunakan untuk memeluk lututnya, menahan sesak yang semakin terasa nyata. Hancur sudah, tangisnya pecah. Kenapa harus semenyakitkan ini?
Pundaknya bergetar, Kanaya benar-benar menangis sekarang. Mengingat fakta yang ada kembali membuat tangisannya semakin pecah, bisakah semuanya kembali seperti semula? Saat semuanya masih amat sangat baik-baik saja, dan Treasure masih utuh dengan 12 diamondnya?
Asahi adalah orang pertama yang menyadari tangisan Kanaya, suasana di ruang latihan begitu berisik sebenarnya-- mungkin itu membuat member yang lain tidak mendengarnya. Lagu yang diputar dengan volume tinggi, belum lagi candaan-candaan yang dilontarkan Jeongwoo dan Jaehyuk yang membuat mereka tertawa puas.
Tidak, jangan percaya dengan apa yang terjadi sekarang. Itu adalah salah satu cara untuk melupakan masalah mereka, melupakan rasa sakit mereka. Percayalah, sebaik apapun cara berpamitannya, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja.
Asahi segera menghampiri Kanaya yang duduk sendirian di soffa, tadi Jihoon bersamanya-- tapi karena Junghwan meminta bantuannya, jadilah Jihoon pergi bersama si maknae. Menitipkan Kanaya kepada semua membernya, sementara Kanaya sendiri hanya melamun sedari tadi.
Laki-laki itu menghela napasnya panjang, ini berat-- bukan hanya untuk Kanaya, tapi untuk semua member Treasure. Mendudukkan dirinya disamping Kanaya dan menarik tubuh kecil itu untuk dirangkulnya erat. Menaruh kepala gadis itu untuk bersandar dipundaknya, membiarkannya mengeluarkan semua sesak didada.
Tangannya yang lain mengelus lengan Kanaya yang ikut bergetar karena menangis. Kanaya yang memeluk lututnya erat dengan tangisan yang menyesakkan, itu membuat Asahi ikut sesak.
"Keluarin aja, Kim. Gue tau itu sesek banget,"
Tak ada jawaban, tangis Kanaya semakin kencang. Bahkan member yang lain mulai menyadari keheningan Kanaya dan Asahi yang sudah berpindah tempat. Mereka mematikan musik dan mengelilingi satu-satunya gadis Kim yang berada disana.
Hana tidak bersama mereka, Junkyu membawanya ke Cafetaria YG untuk mengisi perut. Jihoon dan Junghwan juga belum kembali dari keperluannya yang entah apa itu. Dan Hyunsuk juga tidak berada disana, laki-laki tampan itu bersama Haruto sedang menyelesaikan lagunya sesaat ketika ide tiba-tiba muncul.
Jeongwoo adalah orang pertama yang berlari saat menyadari jika Noona-nya menangis. Pergi ke samping lainnya dan hanya diam sambil mengelus puncak kepala Kanaya lembut. Wajahnya menyiratkan perasaan khawatir, begitupun yang lain.
Puluhan menit berlalu, tangisan Kanaya mulai reda namun masih enggan mengangkat kepalanya. Ia yakin jika wajahnya akan merah dan matanya akan bengkak karena menangis.
Satu hal yang ia rasakan, entah tangan Asahi maupun Jeongwoo-- tidak ada yang berubah sejak mereka menghampiri Kanaya. Asahi masih merangkulnya erat, dan Jeongwoo masih setia mengelus puncak kepalanya lembut.
"Sorry," Satu kata yang berhasil keluar dari mulut Kanaya, khas orang menangis.
"Aniyo, kenapa minta maaf?" Jaehyuk terlihat panik begitu mendengar ucapan Kanaya.
Tak ada jawaban lagi, Kanaya masih berusaha menormalkan nafasnya.
"Hyung, tolong ambilin tissue dong." Jeongwoo meminta tolong, ia enggan beranjak satu centipun.
Cepat-cepat Yoshi berlari untuk mengambil tissue dan memberikannya pada Jeongwoo, membiarkan laki-laki kelahiran 2004 untuk membantu gadis Kim.
"Nun?" Jeongwoo mengulurkan sebungkus tissue berharap gadis itu mengambilnya beberapa helai, lagi laki-laki itu menghela napasnya panjang begitu mengingat sesuatu. "Hyung! Keknya ada tissue basah deh di deket speaker."
Kali ini Doyoung yang bangkit dan mencarinya, dan-- berhasil. Sama seperti Yoshi, ia memberikannya pada Jeongwoo.
Dan sesuai ekspektasinya, Kanaya meraih tissue basah dan menggunakannya.
"Gue cengeng banget ya?"
"No! Semuanya berat, makanya lo nangis-- seenggaknya lo lega sekarang Nun." Sanggah Doyoung cepat.
Masih enggan mengangkat wajahnya, Kanaya kembali mengambil tissue yang dipegang Jeongwoo, dan kali ini bukan tissue basah.
"Susah ya, Nun?" Jeongwoo bertanya ragu.
Gadis Kim hanya diam, perlahan menganggukkan kepalanya lemah. Bohong jika ia bilang ini tidak sulit, bohong jika ia bilang semua ini mudah.
Kanaya juga yakin jika ini sangat tidak mudah untuk semua member Treasure. Fakta utamanya adalah, yang sangat kehilangan itu adalah mereka. Tapi mereka berusaha untuk terlihat baik-baik saja seolah tidak terjadi apa-apa, dan itu sangat menyakitkan untuk Kanaya.
"Jeongwoo-ya?" Panggil Kanaya pelan, namun itu masih bisa didengar oleh lelaki Park. Ia berdehem dan mendekatkan diri kepada Kanaya sedikit, "Ini lebih sulit buat kalian semua daripada buat gue, kalian kenapa hebat banget berusaha keliatan baik-baik aja padahal itu sakit banget?" Tanyanya perlahan, "Itu nyakitin buat semua orang yang liat, termasuk gue."
Hening.
Jeongwoo melihat satu persatu hyungnya, termasuk Asahi. Laki-laki Jepang itu juga mendengar jika kalian ingin tau, meskipun suara Kanaya kecil-- tapi Asahi masih duduk disamping Kanaya, merangkulnya dengan erat seolah menguatkan.
Merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan sekarang didepan Kanaya, dan didepan semua orang termasuk fans mereka. Berusaha terlihat sangat baik-baik saja disaat artikel mengenai hengkangnya Mashiho dan Bang Yedam masih menjadi perbincangan dimana-mana.
"Kim, kita berusaha keliatan tenang. Biar lo, Hana, Treasure Maker, kalian semua gak pada khawatir sama kita." Jelas Asahi tenang.
"Justru itu, itu yang bikin gue, Hana, sama semua Treasure Maker khawatir sama lo semua."
Hening, lagi.
Kata-kata Kanaya berhasil menamparnya, tidak! Itu bahkan menampar mereka semua. Its okay not to be okay, tidak apa-apa untuk terlihat tidak baik-baik saja.
Menurut sudut pandang Kanaya, bukankah tidak masalah jika tidak baik-baik saja? it's not a mistake, dan semua orang tau itu.
"Lo semua boleh nutupin semuanya dari Treasure Maker, tapi tolong jangan tutupin apapun dari gue." Pintanya lagi, kali ini volume suaranya mulai kembali normal.
Menghela napasnya beberapa kali dan mulai mengangkat wajahnya.
Khas orang yang baru selesai menangis, dengan mata yang sedikit bengkak. "Seenggaknya berbagi sama gue, gue juga mau jadi bagian dimana lo semua ngebagi rasa sedih, bukan bahagia doang. Tolong."
Yoshi menghela napasnya panjang, jika saja ada Hyunsuk dan Jihoon disini. Mungkin ia tidak akan sebingung sekarang, menyanggupi permintaan Kanaya bukan hal yang mudah. Tapi menolakpun ia tidak bisa. Masalahnya disini, Yoshi adalah satu-satunya hyung tertua yang tersisa bersama empat membernya.
Fyuh!
"Kenapa pada ngumpul disitu?"
• That's My Girl •
Anyway, jangan lupa tinggalin jejak yaaa!🤍
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Girl. [Treasure✓]
Fanfic• Sequel of Lucky Girl. [Treasure✓] Bagaimana jika semesta kembali berbaik hati mengizinkanmu untuk sedikit lebih dekat dengan laki-laki yang kamu cintai? Tanpa terhalang jarak dan waktu, bahkan kamu bisa melewati setiap hari bersamanya. Semua, bah...