6. Sedikit Lebih Dekat

22 4 18
                                    

Ini? Aku menggeleng. Terlalu norak, nggak cocok.

Aku melempar baju dari dalam lemari dengan asal lalu mengambil yang lain dan melemparnya lagi. Begitu berulang-ulang.

"Cha, ada apa? Kok pagi-pagi begini kamarnya udah berantakan aja?"

Bunda masuk tanpa permisi. Aku langsung menoleh ke arahnya dengan cengengesan tidak jelas.

"Eh, Bunda." balasku sembari menutup lemari kemudian menatap Bunda sepenuhnya. "Itu, Echa itu ..." Duh, itu apa ya? Ayolah otak mohon kerja samanya pagi-pagi begini. "Eum, Echa mau main sama Anin, Bun hari ini." lanjutku dengan tersenyum kaku. Dalam hati meminta maaf pada Bunda karena sudah berbohong.

Bunda malah mengerutkan keningnya mendengar itu. "Emang mau ke mana sampai bikin kamar jadi berantakan begini? Biasanya juga kamu cuma pake baju biasa kalo mau main sama Anin." Dasar Bunda. Kenapa dia teliti sekali perihal seperti ini? Aku, kan jadi bingung harus membalas apa sekarang.

Aku tertawa kaku.

"Nggak Bun, biasanya Echa gini juga kok." sahutku dengan nada panjang.

"Yaudah terserah kamu. Bunda ke depan dulu, mau pesen nasi uduk di mbak Ida buat sarapan." ucap Bunda lalu keluar dari kamarku. Sebelum benar-benar berlalu Bunda berujar, "Nanti ini jangan lupa di beresin lagi ya, Cha."

"Iya, Bun."

Pintu kamar segera kututup rapat. Menghela napas lega sambil bersandar di daun pintu. Untung saja bunda percaya.

Aku tersenyum kecil lalu kembali melanjutkan kegiatan mencari baju yang cocok dikenakan olehku. Setelah mencari selama kurang lebih 10 menit aku menyunggingkan senyum ketika menemukan baju yang sekiranya pantas dikenakan hari ini. Kemudian berlalu keluar kamar dan bergegas menuju kamar mandi.

Ini hari sabtu dan aku tidak sabar bertemu Laka.

---

"Mau ke mana Cha?"

Baru selangkah kakiku keluar kamar, Kak Atta sudah menodong pertanyaan seperti itu kepadaku.

"Mau," Aku menjeda agak panjang. "Main." Mataku menghindar dari tatapan Kak Atta.

Kak Atta mengernyitkan kening sambil menggaruk belakang kepalanya menggunakan handuk yang melingkar di leher. "Tumben, pagi begini pergi main biasanya juga nonton drakor di kamar sampe siang."

Kenapa bunda sama Kak Atta peka sekali sih?

"Echa mau main sama Anin, Kak."

"Main ke mana?"

Aku berusaha bersikap biasa saja.

"Ya, main. Jalan-jalan ke mall atau nggak ..." Kalimatku terhenti. Lalu menatap Kak Atta dengan alis sedikit tertaut. "Kak Atta kok jadi kepo begini sih?"

Kak Atta mengedikkan bahu.

"Cuma nanya aja." balas Kak Atta sambil berlalu ke kamar mandi, hendak mandi. Sebelum itu, Kak Atta menoleh kepadaku. "Nggak mau dianter?"

Aku menggeleng tegas.

"Enggak usah. Echa udah pesen ojek online tadi, udah otw abangnya."

Aku mengembuskan napas lega ketika melihat Kak Atta sudah masuk ke kamar mandi dan terdengar suara kucuran air dari dalam sana. Sebelum aku kepergok oleh yang lainnya (ayah atau bunda), buru-buru aku melangkah keluar rumah dan menunggu ojek online agak jauh dari rumahku.

Sepuluh menit kemudian, ojek online pesananku tiba dan segera aku pergi dari sana setelah memberikan alamat panti asuhan yang dikirim oleh Laka kemarin malam.

LAKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang