3•| 🌻Membagongkan🌻

651 53 63
                                    

"Kamu nanyea first impression saya soal Ace? Dia itu cuman menang paras doang tau, sisanya akhlaknya sangaaat nol, kalau ada gue kasih minus nol deh, sumpah!"

"Ayolah, Ace, masa aku nggak boleh lihat keadaan keluargaku sesudah aku mokad, eh, maksudnya, jadi ubi bakar," rutuk Nebula sambil bersungut-sungut di depan Ace yang asik ngopi sambil bengong. Apa, sih, kayak punya beban hidup saja habis diberkahi umur immortal kayak gitu?

"Kamu ini, sudah dapat privilege karena sekali join dunia roh saya masih baikin, saya sayang-sayang. Sekarang yang saya dapat malah ngelunjak ya," kata Ace datar membuat Nebula tidak tahu harus memberi tanggapan apa selain cengengesan. Memangnya dia harus berbuat apa di ruangan yang sangat membosankan ini?

Gadis itu sudah tidak tahu berapa lama waktu berjalan selama Nebula terjebak di dunia yang Ace bilang adalah dunia ruh, yang menjadi jembatan dari dunia nyata meluncur ke dunia novel atau dunia yang dibuat oleh para penulis yang sedang kurang laris di pasaran.

"Agh, kalau Ace masih punya hati sama gue yang belum bisa pamitan sama keluarga gue, harusnya gini-gini mampu ngabulin, kan?" Nebula masih bersikeras meminta belas kasih pria yang tengah bersantai seolah tidak memedulikan keberadaannya. Dia belum terbiasa menggunakan bahasa baku sesuai permintaan Ace, jadi suka keceplosan logat Jakarta yang kental dalam aliran darah, hoho.

"Tapi saya memang nggak punya hati, kamu masih mau keras kepala?" Ace menjawab telak membuat Nebula terdiam seribu bahasa. Sungguh luar binasah anak manusia yang mendapat kasta Ling ini, padahal dari semua hal yang bisa gadis itu minta, kenapa harus meminta hal yang akan menumbuhkan akar penyakit di hatinya?

"Dengar, Ling, kamu masih bagus tidak saya jadikan kadal panggang ke dunia yang kaum Enyd tempati kebanyakan. Saya bukan orang yang punya banyak rasa belas kasih terhadap para roh yang saya latih dan bimbing, ini adalah perintah mutlak dari Prinsip Langit." Ace mengentuk-ngetuk jarinya sambil melipat kedua tangannya angkuh, menatap Nebula lirih. "Kamu, kan, bukan pipa rucika yang dikasih nyawa, apalagi orang dungu yang tidak bisa berpikir. Coba katakan padaku, adakah orang sepertimu, tiba-tiba mau diperlihatkan masa depan yang mungkin menyakiti hatinya dan terpuruk sendirian?"

Nebula mendengarkan tanpa berusaha menyela, mencerna semua kata-kata Ace yang ternyata ada benarnya. Apa gadis itu pernah terpikirkan bahwa tanpa Nebula hadir pun, dunia beserta anggota keluarganya akan terus berjalan meninggalkan makamnya yang mengering di dunianya dulu?

Mungkin ada kenyataan pahit menyaksikan langsung tanpa berbuat apa-apa, sang adik yang memulai kehidupan baru dengan cinta sejak kecilnya usai menyelesaikan studi kuliahnya, Stella-lalu sahabat kecil dan adik laki-lakinya memiliki anak dan berbahagia. Raina, kakaknya yang mungkin saja melajang sampai tua, saking mandirinya sebagai perempuan yang mengejar karirnya dan penuh karisma sampai laki-laki mental dan minderan, boro-boro mau lamar, yang ada jadi bahan omongan pedas cimit-cimit tetangga yang jadi lakinya Ren.

Begitu Nebula yang tersisa sendirian, meninggalkan dunia di usia yang terbilang begitu muda. Hanya karena menerima buku bersampul biru dari perempuan misterius, hidupnya tidak berlangsung lama dan ikut tewas karena kecelakaan udara.

"Oh, ya, saya baru ingat, tingkatan jiwa manusia yang terpanggil di sini ada tiga tingkatan." Suara serak-serak basah Ace membuyarkan angan-angan Nebula, gadis itu menarik napas panjang-intinya berusaha legowo menerima fakta dia sudah jadi ubi tanam yang pernah dia baca di alternatif universe yang bertebaran di aplikasi hitam X.

"Yang paling rendah, ada Aileth, jiwa manusia yang sudah kotor seperti kucing hitam kecebor got. Saya bisa menyebut mereka manusia penuh dosa, karena melakukan tindakan kriminal seperti mencuri, memalak, membunuh, memfitnah secara keji, dan lain-lain." Ace menjentikkan jarinya, membawa Nebula yang membulatkan mata kaget dikasih lihat langsung bagaimana Aileth yang menangis dan meraung meminta dilepaskan dari kubangan api biru yang meluap-luap, melahap apa pun seperti lumpur hisap.

"Mereka bahkan tidak pantas mendapat kehidupan baru seperti bereinkarnasi atau menempati tubuh orang lain di dunia baru atau transmigrasi."

.
.
.
.

Sudah ada di karyakarsa ya! Silakan buka gemboknya ^^

https://karyakarsa.com/HaifaKamila

Ada juga di bio!

Nebula: Efemeral ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang