030

4.3K 271 9
                                    

Malam minggu, biasa dihabiskan banyak orang dengan pergi keluar. Entah itu hanya untuk sekedar berkeliling melepas lelah, pergi nongkrong dengan teman, atau bahkan pergi berdua dengan pasangan.

Seperti yang di lakukan oleh dua manusia yang baru saja meresmikan hubungannya belum lama ini. Fatah meminta Gilang untuk mengajaknya pergi jalan-jalan.

Benar bahwa ide untuk pergi malam ini berasal dari Fatah. Walaupun Fatah tidak bicara dengan jelas bahwa ini adalah kencan, tapi Gilang memilih untuk menyimpulkannya demikian. Karena bagaimanapun ini adalah kali pertama mereka pergi berdua setelah resmi menjadi sepasang kekasih.

Gilang sudah sampai dengan motor matic berwarna hitam yang diparkir di depan rumah Fatah. Setelah mesin motornya dimatikan, Gilang melepas helm dan merapikan rambutnya sebelum berjalan menuju pintu rumah tersebut.

Ketika langkahnya berhenti, tangannya terangkat untuk mengetuk pintu dengan perlahan. Tidak lama kemudian, pintu rumah itu terbuka lebar dan memperlihatkan ayahnya Fatah yang sedang tersenyum ramah.

"Oh, Gilang. Mau main ya sama Fatah?" tanya Fatih dengan ramah menyambut kehadiran Gilang.

"Iya, Om. Fatahnya mana ya?" balas Gilang sopan.

"Ayo sini masuk dulu! Fatahnya masih di kamar, gak tau tuh dia ngapain lama banget. Kamu samperin aja ke kamarnya ya! Kamarnya ada di lantai dua, persis di sebelah kiri setelah kamu naik tangga" kata Fatih memberitahukan letak kamar putra bungsunya. "Oh ya, kamu mau minum apa? Biar om buatin."

Gilang tersenyum. "Gausah repot-repot, Om," katanya merasa sungkan.

"Udah gapapa. Es teh ya, mau?"

"Boleh, Om" jawab Gilang pada akhirnya. "Aku ijin ke kamar Fatah ya, Om"

"Oh iya iya, silakan."

Gilang melangkah menaiki tangga. Sesuai arahan yang diberikan, Gilang berhasil menemukan kamar Fatah tanpa kesulitan karena kamar itu benar-benar mudah dikenali dengan tulisan nama 'Fatah' yang tertempel besar di depan pintunya.

Tanpa ragu, Gilang mengetuk pintu itu. "Tah, masih lama?"

Dari dalam kamar, Gilang dapat mendengar suara bising langkah kaki sebelum pintu terbuka secara kasar. Memperlihatkan Fatah dengan ekspresi terkejut tengah berdiri di hadapannya.

"Gilang? Kok bisa disini?" Fatah menatap Gilang dengan raut tidak percaya.

Gilang yang tidak bisa menahan rasa gemasnya, langsung mencuri satu kecupan di pipi Fatah yang langsung di hadiahi satu pukulan kencang.

"Apaan sih lo?" kata Fatah sambil mengelap bekas kecupan Gilang di pipinya.

"Kok diapus sih?"

Karena rasa tidak terima, Gilang kembali memberikan kecupannya. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali Gilang mengecupi kedua pipi Fatah.

"Gilang! Jangan gini!" Fatah berontak, berusaha menghindar dari kecupan yang Gilang layangkan padanya. Namun usahanya tidak ada yang berhasil, sebab tenaga Gilang lebih kuat menahan tubuhnya supaya tidak bisa bergerak kemanapun.

"Ekhem.."

Secara spontan Gilang langsung menghentikan aksinya. Lalu, dengan gerakan kaku dia berbalik dan mendapati Fatih berdiri disana dengan nampan berisi gelas es teh yang dia bawa. Gilang mematung di posisinya, menatap horor dengan wajah yang perlahan berubah pucat.

"Ayah..." Fatih mengabaikan panggilan anak bungsunya itu dan berjalan cuek masuk ke dalam kamar putranya untuk meletakkan nampan yang dia bawa pada meja belajar Fatah. "Yah, ini Gilang. Pacarnya Fatah" kata Fatah setelah ayahnya sudah kembali berdiri di dekatnya.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang