2 | miss

127 12 0
                                    

Aamon berkutat dengan tugas sekolahnya yang kian menumpuk dikarenakan ia sudah tingkat ketiga dan tidak ada kata santai. Buku-buku berserakan di atas kasur, sementara ia mengutak-atik rumus matematika di meja belajar. Dobrakan dari pintu kamarnya membuatnya terkejut bukan main hingga tubuhnya terlonjak—untung saja tidak sampai jatuh. Saat dia menoleh ke pintu kamar, disana sudah ada adik kesayangannya berdiri dengan napas terengah-engah. Kening Aamon mengernyit heran.

“Ada apa?” Tanyanya membuat Gusion mendekati dirinya, masih dengan napas tersengal berusaha menetralkannya. Gusion duduk bersimpuh di samping Aamon—capek lari-larian.

“Dek?” Tanya Aamon sekali lagi merasa heran dengan tingkah Gusion.

“Anu, kak, itu ... Gusion mau izin buat nginap sama Claude.” Tanpa basa-basi, Gusion mengutarakan keinginannya meminta izin pada Aamon. Kakaknya semakin mengerutkan dahi, senakal-nakalnya Gusion, adiknya tidak pernah meminta izin untuk menginap di rumah teman. Aamon yang selalu menasihatinya harus-pulang-meskipun-tengah-malam atau jangan-nginap. Begitulah wejangan yang diberikan Aamon. Tapi baguslah, Gusion setidaknya meminta izinnya, jadi adiknya itu masih mau bertanggung jawab.

“Tumben banget,” Aamon siap mengerjakan kembali tugasnya yang sempat tertunda.

“Jadi kakak ngizinin?” Tanya Gusion memastikan dengan wajahnya yang sudah sumringah.

“Semalam doang, ‘kan?”

“Dua hari dua malam.” Gusion nyengir, ia bangkit dari lantai dan berdiri di samping Aamon.

Aamon sontak menatap adik semata wayangnya, tidak tanggung-tanggung kalau minta izin.

“Kenapa gak sekalian tujuh hari tujuh malem?”

“Emang boleh?” Gusion sudah serius menanggapinya.

“Kalau mau diusir, sih, sama ayah.”

“Kakak ih,” Gusion merengek mendengar kelanjutannya. Aamon terkekeh.

“Kakak ngerjain apa?” Tanya Gusion ingin tahu, ia melongok kedekat Aamon supaya tahu pelajaran apa yang tengah kakaknya kerjakan. Gusion manggut-manggut saat tahu kakaknya mengerjakan latihan soal matematika. Gusion mah mana paham, dia tidak mau tahu karena Gusion jarang mengerjakan tugas sekolah. Singkatnya selalu nyontek. Beda banget ‘kan sama Aamon?

“Kenapa diam aja?” Aamon menoleh menatap adiknya yang malah menungguinya mengerjakan tugas.

“Lagi kangen aja, udah lama gak jalan-jalan keluar sama kakak.”

Aamon menghentikan kegiatannya, wajahnya menatap Gusion dengan lembut. Mengingat-ingat terakhir kali mereka pergi jalan-jalan berdua, sepertinya memang sudah lama sekali. Saat Gusion masih kelas satu SMP. Aamon tersenyum, dia menutup buku-bukunya yang sempat terbuka. Dia lalu beranjak dari duduknya dan membuka almari, mencari hoodie warna hitam kesukaannya. Lalu memakainya. Kegiatannya tak luput dari pandangan Gusion.

“Ngapain?”

“Mau jalan-jalan, ‘kan? Ayo.”

“Tugas kakak?”

“Gampang, udah selesai semuanya.” Aamon kelihatan sekali berbohongnya.

Gusion yang senang bukan main sampai melompat kecil karena kegirangan membuat Aamon mengusap rambut Gusion kasar, merasa gemas.

“Ayo berangkat,” kata Gusion antusias.

Aamon mengernyit, “beneran gak ganti baju dulu? Lo masih pake seragam, loh.”

Gusion menggeleng. Waktunya sudah mepet kalau dia ganti baju. Tadi memang Gusion nongkrong sama Claude dulu jadinya petang baru pulang, walau begitu badannya masih wangi, kok. Orang ganteng mah bebas.

I'll Be There [Mobile Legend : Fan Fiksi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang