“KAK.”
Kalau Aamon tidak dalam suasana hati marah saat ini, sudah pasti cowok bersurai silver itu merangkul sang adik dan berjalan beriringan. Seperti jailangkung Gusion datang tak diundang, sosoknya berdiri dengan senyum songong yang biasa dia tampilkan. Bajunya masih mengenakan seragam minus kerapian. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana, rambutnya juga berantakan. Yang membuat Aamon terkejut adalah sudut bibir Gusion sobek, pipi kanannya lebam. Seakan lupa dengan perasaan marahnya, Aamon terkejut dengan tampilan sang adik. Tidak menampakkan kekhawatirannya—walaupun dia khawatir bukan main—Aamon mendekat dengan wajah datarnya.
“Habis berantem sama siapa?” Tanya Aamon tanpa adanya basa-basi.
Gusion tersenyum lebar dan manis, namun enggan menjawab. Membuat kakaknya menghela napas pelan. Ia menarik lengan Gusion dan membawanya ke dalam mobil.
“Lo kenapa bolos?”
Gusion bersandar, ia memejamkan kedua matanya. Rasa lelah dan pegal secara bersamaan baru dia rasakan sekarang.
“Ada urusan, kak.”
Aamon terkekeh mendengar jawaban sang adik.
“Urusan gelut, maksudnya?”
Gusion berdecak, ia membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya untuk menatap laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya. “Sion gak akan kasih tau, karena bentar lagi kakak tau sendiri.”
Aamon mendengus, ia segera menyalakan mobilnya.
“Sion bawa motor, kak. Kakak pulang duluan aja.” Gusion hendak membuka pintu mobil dan keluar namun tangan besar Aamon mencekalnya. “Kenapa?”
Aamon diam dan tidak kunjung melepas lengan Gusion.
“Kak, Sion baik-baik aja. Sekarang kakak pulang—”
“Diem!” Aamon mencari plaster luka saat mendapati luka gores dipipi Gusion. Ia memakaikannya pada luka sang adik, sepertinya tergores sesuatu. “Berantem sama siapa, sih?” Aamon berdecak.
“Nanti lo tau.”
“Udah sono, keluar.”
Gusion terkekeh karena diusir dari mobil kakaknya, alih-alih tetap disana ia memilih pergi setelah menonjok pelan lengan kakaknya. “Jangan pulang malam.”
“Gua minta izin ke apart lo.”
Aamon mendengus, ia lalu pergi meninggalkan tempat parkir.
...
“Den, tuan ada di dalam kamar.”
Aamon yang baru saja sampai di rumah bertanya pada beberapa ART. Ia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi. Melihat penampilan Gusion yang tiba-tiba muncul di depannya seolah-olah adiknya baru saja mengatakan nih-lihat-gua-udah-hajar-papa-hebatkan? Aamon mendengus, adiknya berubah sangat liar dalam sekejap. Ia sendiri bingung bagaimana membuat Gusion berhenti membangkang. Aamon adalah anak tertua, yang berarti tanggung jawab dan beban akan diserahkan padanya. Itulah mengapa papa mereka menuntut Aamon menjadi nomor satu di sekolah, memfasilitasi Aamon berbeda dengan sang adik. Aamon penerus perusahaan, ia dididik dengan otoriter oleh papanya. Menjadi pemuda tegas dan berwibawa. Berbeda dengan Gusion dengan kepribadian bebas dan ekspresif. Aamon menanggung beban itu sejak kecil, papanya yang ketat dan lebih mengekangnya ketimbang Gusion. Saat melihat sang adik yang keras kepala dan melakukan hal sesuka hati, membuat Aamon teringat dirinya sendiri. Sampai kapanpun ia tidak mau kalau sang adik terbebani dan terkekang seperti dirinya. Itulah mengapa Aamon membiarkan Gusion saat adiknya pulang malam, balapan liar—jangan kira Aamon tidak tahu hobi Gusion yang satu ini. Selagi Gusion tidak sex bebas dan memakai narkotika, Aamon masih bisa memakluminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be There [Mobile Legend : Fan Fiksi]
FanfictionGusion benar-benar kecewa pada kakak satu-satunya karena telah menghancurkan kepercayaan dirinya. Bagaimana kalau seorang kakak yang selalu memanjakannya, dan selalu berada dipihaknya saat Gusion dalam masalah. Yang berjanji akan selalu mendukung pu...