16 | blushing

86 6 0
                                    

“GUIN.”

Guinevere menghentikan langkahnya ketika suara seseorang memanggilnya dari belakang, ia menoleh dan mendapati Granger menghampirinya. Cowok itu menyodorkan sebuah roti yang masih rapi terbungkus plastik. Guinevere menatapnya bingung.

“Dari Sion, katanya kamu belum makan sampai sekarang.”

Guinevere ragu menerima roti tersebut, “ambil aja, masih tersegel, kok. Gak ada racunnya.” kata Granger tiba-tiba membuat gadis itu langsung mengambilnya. “Kamu mau ke kantin, ‘kan?” Tanya Granger kemudian.

Guinevere menggeleng, “Dia kemana?”

“Sion? Tadi gak sengaja papasan di kantin, kayaknya dia mau ke UKS lagi, deh.”

Guinevere menampilkan wajah khawatir, namun sebelum pergi tangannya dicekal oleh Granger.

“Gak perlu khawatir, Sion anaknya emang kayak gitu. Nanti kalau waras juga balik ke kelas.”

Guinevere menatap Granger setajam silet, “lepas!”

Granger bergidik ngeri setelah mendengar desisan tajam gadis itu, lalu melepas cekalannya. Sebelum sempat dia berkata sesuatu, Guinevere sudah pergi terlebih dahulu.

“Lah, kaget gue. Masa iya, sih, Guin ada dua?” Granger menatap tidak percaya kepergian Guinevere.

Guinevere berjalan dengan langkah lebar menuju UKS, dan setelah sampai sana dia segera membuka pintu. Ada Gusion yang tengah berbaring menghadap dinding. Cowok itu benar-benar tertidur, padahal ini sudah hampir terhitung empat jam sejak bel masuk berbunyi. Guinevere masuk ke dalam dan menutup kembali pintu dengan sangat pelan, supaya tak mengganggu tidur nyenyak Gusion. Guinevere berjalan mendekat, ia sengaja melongok untuk melihat wajah terlelap Gusion. Gadis itu tersenyum manis, dengkuran halus terdengar dari Gusion.

Lima menit berlalu dan Guinevere masih menatap Gusion, ini jadi bagian favoritnya dalam hidup Guinevere. Kalau semuanya tentang Gusion, dia rela melakukan apa saja. Pergerakan dari Gusion membuatnya berdiri tegak, ia tidak mau kalau terpergok sedang menatap cowok itu yang sedang tidur. Guinevere berbaring di brankar sebelahnya, ia pura-pura tertidur pulas.

Gusion ternyata masih terpejam, hanya berganti posisi menjadi miring ke arah yang berlawanan dari posisi sebelumnya. Hal itu membuat Guinevere bisa berlama-lama menatap wajah Gusion. Menghiraukan bel tanda istirahat pertama telah usai dan pelajaran ketiga segera dimulai. Karena terlalu lama diam, Guinevere ikut memejamkan matanya. Gadis itu tertidur karena tidak berhasil menahan kantuknya.

...

Dia meraup udara disekitarnya seolah-olah tak mau kehabisan. Pandangannya tertuju pada langit-langit ruangan yang berwarna putih, dengan posisinya yang berbaring telentang. Gusion sedikit terkejut saat baru saja terbangun dari tidurnya, yang ia ingat hanya ada dirinya di ruangan ini. Namun lagi-lagi dia gagal paham dengan sosok yang bersamanya di ruang UKS ini. Guinevere tertidur pulas dan damai, berbaring ke arahnya. Bulu mata panjang dan lentik itu menjorok hingga mengenai kulit bagian bawah mata. Bibir mungil yang selalu meledeknya kini nampak mengacaukan pikiran Gusion. Adakah perempuan secantik ini sebelumnya? Itu yang Gusion pikirkan sedari tadi, kalau saja dia tidak mengingat Guinevere itu siapa, ia pasti sudah khilaf sejak tadi. Gusion bukan cowok baik-baik yang patuh pada peraturan, namun menyakiti seorang wanita bukan termasuk perbuatannya. Gusion takut, ia takut jatuh pada bidadari yang menjelma menjadi Guinevere.

“Ada apa?”

Suara Guinevere membuatnya tersadar dari lamunannya, bahwa pandangannya tertuju pada gadis itu. Gusion tak bisa mengelak, ia tertangkap basah mengamati gadis itu. Kalaupun Guinevere mengusilinya, ia sendiri tidak mampu beralibi.

I'll Be There [Mobile Legend : Fan Fiksi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang