Prolog

498 22 3
                                    

Hai, Assalamualaikum!

Mari menikmati setiap untaian pembuka kisah di Bumi Kairo ini.

Mari menikmati setiap untaian pembuka kisah di Bumi Kairo ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Tasikmalaya dengan musimnya yang masih panas, membuat Hukma sedikit kewalahan akan gamis hitam yang sedang ia kenakan. Tubuh kecilnya terbaring ringan di atas kasur yang terbalut seprei coklat bermotif kotak-kotak. Tangan kanan Hukma masih terlihat nyaman memeluk Al-Qur'an, sedangkan mata indahnya terbenam dalam alunan ayat suci yang sedari tadi ia senandungkan. Suaranya yang lembut nan merdu terdengar syahdu, membuai hingga keluar pintu kamar. Tanpa sengaja, mata indah milik Hukma yang sedari tadi tenggelam kini terbelalak ketika dikejutkan oleh suara keras benda yang jatuh ke lantai.

Bruk

Tangan Hukma meraih sebuah foto berbingkai putih yang ditemukan tergeletak di samping bawah ranjang. Dengan lembut, gadis itu perlahan menarik keluar barang tersebut dan sesekali menepis butiran debu yang mengotori bagian kaca foto. Kembali memori Hukma teringat oleh perbincangannya bersama seorang laki-laki yang fotonya terpajang di bingkai itu beberapa bulan lalu.

"Hukma, jika Allah menakdirkan kita untuk berjodoh maka tidak akan ada yang bisa menyangkal hal itu, sekalipun penghalangnya adalah jarak. Meskipun sebelumnya aku dan kamu telah dijodohkan oleh Umi dan Abi, tapi apakah itu artinya juga berjodoh menurut Allah? Aku sama sekali tidak menolak perjodohan ini. Namun, hakikatnya jodoh itu adalah kuasa Allah. Aku tidak memintamu untuk menungguku pulang ke Indonesia karena 4 tahun itu bukanlah waktu yang sebentar. Jika suatu saat nanti ada laki-laki yang agama dan akhlaknya baik ingin meminangmu, maka terimalah."

"Dengan berkata demikian, aku berfikir kamu tidak mau denganku?"

"Apakah semudah itu kamu menyimpulkan apa yang baru saja aku katakan?"

"Karena menurutku semuanya sudah cukup jelas tanpa harus diperjelas. Lantas, bukankah ucapan itu adalah do'a?"

"Benar, tapi apa aku salah dengan ucapanku?"

"Sama sekali tidak. Aku hanya mengira kamu begitu tega meninggalkanku dan membiarkanku menunggu hingga menahun dalam harapan yang samar. Tanpa memberi kekuatan supaya aku bertahan, kamu seolah memintaku menyerah kepada takdir. Bukankah cinta itu harus diperjuangkan?"

"Aku tahu bahwa kamu paham betul dengan ayat Al-Qur'an ini :

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

(Wa ilaa rabbika far ghab)

Artinya : "Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap". (Q.S Al-Insyirah/94 : 8)

"Hukma, banyak orang yang terluka karena mereka menyimpan harap pada manusia, dan aku gak mau kamu terjebak dalam rasa sakit yang kamu ciptakan sendiri. Jangan pernah berfikir ketika aku memilih jalan ini, itu artinya tidak berat untukku? Salah Hukma, aku pun merasakan hal yang sama. Jika kita saling mencintai karena Allah, mari langitkan do'a di sepertiga malam. Karena sesungguhnya Allah menciptakan do'a lebih kuat dari takdir-Nya."

"Aku mencintaimu, semoga Allah juga meridhoi rasa ini dan membuka jalanku untuk bisa bersamamu."

Berulang, setiap waktu kekhawatiran selalu menyelimuti perasaan gadis itu. Ingin rasanya Hukma melarang laki-laki yang dicintainya itu untuk pergi ke Kairo, tetapi Hukma juga sadar bahwa hal tersebut bukanlah haknya. Meskipun tidak tahu akhirnya akan seperti apa, Hukma hanya mengerti satu hal bahwa apapun yang menjadi takdirnya pasti akan mencari jalan untuk menemuinya.

🦋🦋🦋

Makasih udah baca prolognya. Perjalanan belum selesai karena baru aja dimulai hehe. Nikmati setiap alurnya, semogaa suka yaa🤗

Bumi KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang