Bagian 3 | New Best Friend

159 11 0
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Dzuhur itu, mesjid raya tidak terlalu ramai karena shalat berjama'ah telah usai. Mengingat mereka bertiga telat datang ke mesjid, akhirnya salat pun di tegakkan secara munfarid (sendiri-sendiri).

"Eh, kamu bukan orang sini, ya?" tanya Luna setelah selesai salat sembari merapikan mukena dan sajadah.

"Eum, sebenarnya aku asli orang Indonesia."

"Terus?"

"Terus, aku dibawa pindah sama Mama ke Polandia."

"Oh, jadi Mama kamu yang orang Polandia, tah?"

Seryne seketika tersenyum sambil merapikan rambutnya. "No, My Dad."

Di sana ekspresi Luna seperti kebingungan, beberapa kali dia menatap ke arah Hukma yang masih sibuk melipat mukena. Seolah meminta pertolongan untuk menerjemahkan maksud perkataan Seryne.

"Ayahnya," ucap Hukma singkat.

"Oh, Dad, y-ya aku tau itu artinya ayah, kok, Ma."

Tawa kecil kembali terukir di wajah Seryne. Dia berpikir bahwa nada bicara Luna itu sangat lucu, padahal menurut Hukma mulut Luna harus sedikit disumpal karena terkesan menyebalkan.

"What is your name?" tanya Seryne berbarengan dengan langkah mereka yang baru saja melewati pintu mesjid. Dari beberapa jam ke belakang rupanya mereka lupa untuk saling berkenalan. Bahkan hanya untuk sekedar menanyakan nama. 

Ketika mendengar pertanyaan Seryne tadi, Luna langsung menghentikan langkahnya dan menggeser posisi Hukma yang ketika itu berjalan di pinggir Seryne. Dengan sigap, Luna meraih tangan Seryne dan menyalaminya. "Kenalin, my name is Luna Laili Masitah. Biasa dipanggil Luna atau Lulu," ucapnya sambil nyengir.

Lalu Luna melanjutkan aksinya dengan mengambil tangan Hukma dan memberikannya kepada Seryne untuk bersalaman. "Kenalin, dia Hukma Haura Najaa. Biasa dipanggil Hukma, Uma, Naja, dan Ustadzah. Dia santri terbaik di angkatan kita. Dia juga sudah khatam hafalan 30 juz Al-Qur'an," jelas Luna. Usai berkata demikian, Luna mengangkat alisnya seolah merasa begitu bangga memiliki sahabat seperti Hukma.

"Memang hebat Hukma ini," lanjutnya lagi.

Seryne terlihat begitu kagum dan antusias ketika mendengar Luna mengenalkan Hukma kepada dirinya. "Waw, oh my god. It's so great, Hukma."

Apa yang dikatakan Luna tadi memang benar adanya, tetapi Hukma merasa sangat malu karena Luna terlalu berlebihan menjelaskan tentang dirinya kepada Seryne. Alhasil,  Hukma pun hanya bisa tersenyum tanpa berkata panjang lebar. "Thanks," singkatnya.

Luna yang mendengar Hukma hanya menjawab dengan satu kata, lantas  segera menyela pembicaraan. "Ih, Ma, irit banget ngomongnya. Oh, iya by the way, Hukma memang jarang ngomong, sekalinya ngomong yang keluar adalah ayat Al-Qur'an dan hadits. Ini, nih, definisi ngomong kalo penting aja."

Bumi KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang