Bagian 6 | Hi, Bye

140 11 0
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Saat itu, Seryne masih berjalan beriringan dengan Hudzaifah. Namun entah mengapa Seryne merasa perasaannya sedikit aneh ketika dekat dengan Hudzaifah. Tak henti gadis itu pun memegangi pipi dan tangan yang suhunya sedikit memanas. Suasana yang hening tiba-tiba pecah saat Seryne mencoba untuk memulai percakapan dengan melontarkan pertanyaan kepada lelaki di sampingnya itu.

"Jadi, apa kamu mau mengantarku ke toilet?"

Di sana, Hudzaifah sedikit mengerutkan keningnya. Melihat hal tersebut, Seryne menyadari bahwa dia sepertinya salah lagi dalam memilih konteks kalimat. Dengan sergap, Seryne pun mengulangi ucapannya.

"Oh, I'm sorry. Apa kamu mau antar aku mencari toilet? Tapi, lelaki tadi itu bilang kalo selain wanita gak boleh masuk ke tempat yang ada toilet wanitanya itu."

Hudzaifah tersenyum ketika mendengar perkataan Seryne yang nada dan aksen pengucapannya itu terkesan aneh, juga pemilihan kata yang sedikit berantakan.

"Iya, saya antar. Tidak masalah, jangan khawatirkan itu," singkat Hudzaifah mencoba meyakinkan Seryne bahwa dia bisa masuk ke pondok putri tanpa menjadikan hal itu sebagai sebuah pelanggaran baginya.

"Memang iya? Kok, kamu bisa masuk, tapi yang tadi tidak?"

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Paling terpenting saat ini adalah kamu harus ke toilet. Bukannya begitu?"

Mata Seryne membulat dan menatap dalam wajah Hudzaifah ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan laki-laki itu. "Emang boleh, dia sepengertian ini sama aku?" gerutunya dalam hati.

"You're right, I must go to toilet," jawab Seryne dengan nada sumringah.

Tanpa berbicara lebih banyak lagi, keduanya pun segera pergi meninggalkan pondok putra untuk menuju pondok putri. Jarak antara pondok putra dan putri sebenarnya cukup jauh karena harus melewati dulu parkiran besar yang memisahkan kedua bangunan tersebut. Hanya saja, karena acara tasmi' juga dilaksanakan di dekat parkiran itu, maka tak heran mengapa Seryne bisa sampai ke pondok putra.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba telepon Seryne berdering.

"Eh bentar," ucapnya sambil menghentikan langkahnya dan membuat langkah Hudzaifah juga berhenti.

Seryne mencoba meraba-raba dimana dia menyimpan ponsel miliknya. Oh, tidak. Ternyata Seryne menyimpan ponselnya di kantong celana jeans yang sebelumnya dia kenakan. Hal itu membuat Seryne harus menyibakkan gamisnya sedikit ke atas. Jika begitu, otomatis bagian kaki Seryne terlihat karena celana yang dia kenakan itu jeans pendek.

Bumi KairoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang