He is the 1%

433 28 5
                                    

KIM TAEYEON

Sepanjang perjalanan menuju Seoul, aku terus bertanya-tanya kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa aku dengan begitu bodohnya menyimpan barang sepenting itu didalam tas, dan bagaimana ibu bisa menemukannya? Padahal ibu bukan tipe yang suka memeriksa barang-barang yang bukan miliknya. Lupakan itu. Aku tidak akan menyalahkan ibu. Ini memang kecerobohanku sendiri. Seandainya aku meninggalkan hasil testpack diapartemen Baekhyun waktu itu, bisa jadi, kami tak akan ketahuan seperti ini.

Menilik kesalahanku yang begitu besar ini membuatku menerka-nerka apa yang akan ibu lakukan ketika tahu kalau hasil positif itu milik putrinya sendiri. Apa ia akan memukulku? Apa ia tidak menganggapku sebagai putrinya lagi? Sebelumnya ibu tak pernah marah padaku, -karena akupun tidak pernah membuat kesalahan- tidak tahu kalau sekarang.

"Baekhyun-a, bagaimana kalau ibu mengeluarkanku dari kartu keluarga?!" tanyaku pada Baekhyun yang tengah mengemudi disampingku. Sedari tadi Baekhyun tak fokus menyetir dan selalu mengecek keadaanku yang hanya diam menggigit kuku. Anak ini pasti gelisah.

"Sudah pasti dia mengeluarkanmu." jawabnya dengan raut wajahnya turut khawatir.

"Huh?!" Benarkah? Apa ibu benar-benar semarah itu?

"Kau harus keluar dari kartu keluarga Kim untuk masuk ke keluarga Byun, kan? hehehe."

Reflek aku memukul lengan kiri Baekhyun pelan. "Apa ini waktunya untuk bercanda?!"

Baekhyun masih saja tersenyum, tangan kirinya kini meraih tangan kananku, menggenggam serta mengelusnya pelan. "Jangan khawatir, Taengoo-yaa. Aku akan melindungimu."

Kata-kata itu tidak terlalu manjur sebetulnya, tapi entah kenapa aku ingin memercayainya.

"Melihatmu tertekan seperti ini membuatku khawatir, jangan pikirkan lagi yaa. Aku akan menghadapi ibumu." ucapnya lagi mengelus pelan perutku, sebelum akhirnya kami keluar dari mobil bersiap-siap menghadapi kenyataan yang tidak kuharapkan.

°°°

Sepanjang hidupku, tidak ada yang lebih menyeramkan daripada mendapati wajah ibu yang tengah duduk diam tanpa ekspresi seperti sekarang ini. Kedua lengannya dilipat diatas perutnya dengan dua buah testpack yang ia letakkan diatas meja. Sedang aku dan Baekhyun duduk bersimpuh -untuk yang kesekian kalinya-dihadapannya. Rasanya baru kemarin kami duduk begini, sekarang momen itu sudah terulang kembali.

"Ini milikmu?" mata ibu melirik testpack yang sengaja ia letakkan diatas meja.

Aku mengangguk pelan, tidak ingin membuat alasan apapun. Toh, pada akhirnya ia memang harus tau tentang kehamilan ini.

"Eommoni, ini semua salahku. Aku yang tidak hati-hati."

"Sudah pasti ini salahmu. Kalau bukan kau, siapa lagi yang akan menghamili anakku?!" jawab ibu meninggikan suaranya tanpa sadar. Heol, ibu kelihatannya benar-benar sangat marah. Lihatlah bola matanya yang membesar, seluruh wajahnya juga berwarna merah padam sekarang.

"Eomma..."

"Diamlah. Ibu tidak sedang bicara denganmu."

"Eommoni, tenanglah... Marah-marah tidak baik untuk kesehatanmu saat ini."

Dasar kunyuk! Bisa-bisanya ia menyuruh ibuku tenang disaat seperti ini. Orang tua mana sih yang akan tenang mengetahui anaknya hamil dengan pria yang tak direstuinya. Kasihan sekali, bukannya makin tenang, Baekhyun malah membuat segalanya makin runyam.

"Apa? Tenang katamu? Anakku hamil diluar nikah dan aku disuruh tenang?!"

"Eommaaa...." aku merengek lagi bagaikan anak kecil yang sedang memohon ampun kepada ibunya karna sudah berbuat salah. Yah, aku memang berbuat salah sih.

Midnight Sun (Baekyeon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang