mereka saat ini sedang di kereta untuk pulang setelah selesai berbelanja kebutuhan rumah. keheningan masih meliputi mereka sepanjang jalan, kecuali beberapa pertanyaan saat membeli bahan makanan tadi terutama rin yang tidak tau apa apa soal bahan makanan.
“rin apa kau merasakan hal yang aneh saat lewat rumah tadi” tanya sae berusaha memecahkan keheningan mereka.
“apanya yang aneh?” jawab rin
“bukankah terlalu sepi untuk seukuran tkp pembunuhan, bahkan tidak ada satupun polisi yang bertugas menjaga rumah itu, rumah itu bahkan terlihat sangat sepi seperti tidak ada kehidupan didalamnya” kata sae
rin berpikir hal itu memang sedikit aneh, untuk bekas tkp harusnya ada beberapa petugas polisi yang bertugas menjaga rumah itu, tapi rumah itu hanya dibiarkan tanpa adanya penjagaan.
“mungkin saja mereka sibuk” jawab rin tidak peduli.
“apanya yang sibuk, jangan mengatakan suatu hal yang tidak masuk akal” kata sae
“ya mungkin saja kan, atau mungkin karena mereka takut akan hantu yang ada disana, rumornya kan mereka dibunuh oleh roh jahat jadi bisa jadi” kata rin
“sudah kubilang hantu itu tidak ada, kenapa kau terus mengatakan mereka dibunuh oleh roh jahat, apa kau benar benar percaya akan hal itu rin” kata sae
“ya mungkin saja, itukan memang rumornya kan, lagipula didunia ini tidak ada yang tidak mungkin. nichan rasakan sendiri saat lewat rumah itu rasanya sedikit aneh bahkan suasanya sangat tidak mengenakan ditambah lagi tidak ada seorangpun disana mungkin saja kan tidak ada orang disana karena mereka takut. mungkin hanya kita yang lewat tadi aku berharap kita tidak diganggu” kata rin
“jangan katakan hal bodoh seperti itu, kau mengatakan hal yang tidak masuk akal lagi” jawab sae cepat sedikit memukul rin kesal.
rin sedikit tertawa dalam hati, rin sengaja mengatakan hal itu untuk menakut nakuti sae, dia sedikit terhibur oleh reaksinya. tidak ada yang tau betapa penakutnya sae kecuali rin.
saat mereka masih muda dia dan sae sering menonton film horor atas permintaannya, mereka menonton di kamar sae di siang hari sambil memakai cemilan, kalau bisa dibilang hanya dia yang menonton karena sae hanya memejamkan matanya sepanjang film.
sae berusaha berani dan menemani rin untuk menonton film horor walaupun dia takut.dia tidak ingin mengakuinya tapi rin sangat tersentuh oleh sae saat itu walaupun dia diam diam tertawa karena sae yang akan tersentak saat adegan seram dan suara suara tinggi dari film itu tapi sae tetap diam dan menemani rin sampai film itu selesai.
rin merasakan perasaan sedih dan terharu saat mengingat momen itu, saat mereka bersama sebelum momen malam bersalju itu menghancurkan segalanya.
rin mengepalkan tangannya dan bertekad, kalau dia mengalahkan sae dan membuatnya mengakuinya maka hubungan mereka akan kembali normal lagi.
“apa yang kau lakukan, ayo turun” kata sae, rin berdiri dan membawa belanjaan mereka pergi meninggalkan kereta.
saat sedang berjalan ponsel sae berdering memecahkan keheningan mereka, sae melihat ponselnya untuk melihat siapa yang menelponnya yang ternyata shidou ryusei.
shidou dan sae memang beberapa kali bertukar pesan dan telpon setelah pertandingan u20 dengan bluelock berakhir, lebih tepatnya shidou yang terus mengganggu sae dengan terus mengirimkan pesan dan menelponnya.
sae yang sangat kesal dan terganggu olehnya mau tidak mau membalas pesannya dan terkadang mengangkat teleponnya. awalnya sae sangat kesal dan memarahinya, tapi setelah beberapa saat dengan kelakuan shidou yang sangat random itu sedikit menghibur sae disela hari harinya yang melelahkan. walaupun tidak sering, tapi akhirnya mereka beberapa kali berbicara dan sae meskipun jarang mulai membalas pesan dari shidou.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doll ✓
FanfictionBluelock Fanfiction Itoshi Sae tidak menyangka, bahwa kepulangannya membawanya kedalam sebuah situasi yang mengerikan serta membuatnya terlibat dalam misteri yang tidak terpecahkan.