Pria ke dua ~ tiga

102 13 4
                                    

.

.

.

Perkara mimpi saja, membuat mood wanita itu menjadi buruk di pagi hari. Enggan makan, atau sekedar meminum jus saja dia malas. Gerimis masih tetap mengguyur bumi di saat dia akan berangkat bekerja. Menambah suasana suram yang awalnya sudah suram baginya.

Payung hitam menutup tubuh jangkung di bawahnya, helaian rambut legam yang sengaja ia gerai sesekali tertiup angin pagi itu. Hera nampak diam saja, menunggu bus yang biasa berhenti di jam-jam tertentu.

Gundah dan gelisah menyerang hatinya. Benaknya masih bertanya kenapa dia harus di ingatkan lagi oleh orang dari masa lalu yang sudah susah payah ia lupakan dengan sekuat tenaga. Oke baiklah. Hera butuh minuman beralkohol. Tapi tunggu, mungkin tidak sekarang.

Di tengah lamunannya, sebuah mobil Genesis GV80 berhenti tepat di depannya. Hera tidak menyadari itu, sampai kemudian dia tersentak oleh suara klakson yang menarik fokusnya kembali.

"Siapa?" gumamnya.

Kaca jendela perlahan turun. Pria di belakang kemudi menatap ke arahnya dengan sedikit senyuman tipis.

"Kita bertemu lagi." sapanya.

Pria itu adalah Kim Taehyung. Dengan segala ketampanan yang mungkin saja dia serap dari keindahan bumi ini, juga senyum menawan yang kini terukir di bibirnya, semakin menambah kesan positif di atas rupa yang memang luar biasa. Apakah Hera akan begitu saja terpesona? Jawabannya adalah tidak. Wanita itu tidak mudah untuk di atasi. Terbukti saat Kim menyapanya, bukannya menjawab atau sekedar membalas senyum, Hera malah terpaku sambil sedikit menunduk menatap kosong ke pria itu.

"Mau masuk dan menuju ke kantor bersama?" tawar Kim berbaik hati. Namun Hera nampak diam tidak merespon. Kim melihat ke arah arlojinya."Kau ingin ku temani di sini atau memilih masuk ke dalam mobil?" lanjutnya.

Hera hanya menghela napas, lantas menutup payungnya dan masuk ke dalam mobil Kim. Tanpa berkata apa-apa, Hera memakai sabuk pengaman, lantas kembali diam menatap luar jendela. Kim kebingungan dengan sikap wanita itu. Tidak biasanya dia bersikap pasif.

"Semalam hujan, pagi ini pun hujan. Memang benar kalau cuaca amat sangat mempengaruhi mood kita. Daripada bekerja, memang lebih enak kalau berada di rumah dan melanjutkan tidur, atau sekedar melihat film sambil makan popcorn. Bukannya begitu?" Kim membual demi mencairkan suasana. Namun respon Hera masih sama.

Kim melirik sekilas ke Hera. Dia masih membuang tatapannya ke luar jendela."Sepertinya aku terlalu banyak bicara. Kau tidak dalam keadaan yang bagus untuk di ajak berdebat," finish Kim kemudian dia ikut-ikutan diam dan kembali fokus melihat jalanan.

Tanpa Hera sadari, mobil Kim tidak menuju ke arah perusahaan. Namun ke arah lain yaitu cafe yang jaraknya tak jauh dari kantor. Hera baru menyadarinya saat mobil yang ia tumpangi berhenti. Tepat di depan cafe yang lumayan ramai pengunjung.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Hera akhirnya membuka suara. Terheran-heran mendapati pria itu kini melepas sabuk pengamannya.

"Aku lupa kalau belum sarapan. Kita masih punya waktu untuk makan dan minum secangkir kopi," jawab Kim keluar dari mobilnya."Kau mau tetap di sini, atau ikut denganku ke dalam?" lanjutnya lagi-lagi membuat pilihan sulit.

Hera termangu. Namun Kim bukanlah pria yang menunggu jawaban iya untuk beranjak dari duduknya. Buktinya kini dia berjalan keluar menuju cafe dan meninggalkan Hera sendirian di mobil.

"Hah...apa yang sedang aku lakukan ini?" gumamnya menggeleng tidak percaya akan pikirannya yang sedari tadi terganggu akan suatu hal yang tidaklah penting.

BAD CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang