Menghilang

2.9K 129 3
                                    

Mikael sedang sibuk meeting saat sebuah pesan dari Tsabiya masuk di ponselnya. Tsabiya minta dibelikan ketoprak saat Mikael pulang kerja sore nanti.

-Biya

El, beli ketoprak satu pas pulang, pengen.

pulang sore.

gapapa, siap menunggu
📷

Tsabiya mengirim fotonya yang mengacungkan jempol, Mikael melihat foto itu agak lama, perempuan itu sedang di dapur, nampak seperti akan memasak sesuatu karena di foto juga terlihat ada panci di atas kompor di dekat Tsabiya. Mikael melihat jam di ponselnya, masih jam 9, sedang apa perempuan itu di dapur jam segini?

-biya

jangan masak mi instan.

dih, kata mama boleh.

nurut.

ga ah, orang kamu juga di kantor,
ga takut.

berarti batal beli ketoprak.

ih beli dong! masa gitu!

tidak

dih, siapa juga coba yang
masak mi instan, orang lagi bikin
puding mangga, anak kamu tuh,
b

anyak maunya. udah tau papanya
dingin, cuek, nggak perhatian, dia malah
minta yang aneh-aneh.
📷

pesan di luar saja,
saya bayar.

TELAT!

BENTAR LAGI JADI NIH!

ketoprak jangan lupa!

iya

Mikael menutup ponselnya dan fokus melanjutkan meeting. Kesibukan Mikael sungguh tidak bisa ditinggal sama sekali. Kesibukan Mikael dan ambisinya bekerja kadang membuat hidup Mikael sering kali tidak seimbang. Entah untuk apa, entah untuk siapa, bahkan kalau ditanya, Agil pun tidak tahu pasti.

***

Sore hari di kediaman Mikael, suasana rumah seperti biasa, sepi. Mikael menghela napas ketika sudah sampai di rumah, akhirnya malam ini ia bisa istirahat setelah seharian punya jadwal yang padat di kantor. Rasanya seluruh tulang Mikael akan patah, ia duduk seharian dan bertemu orang-orang membuat energinya habis.

Mikael masuk ke dalam rumah menenteng kresek yang berisi ketoprak, permintaan Tsabiya. Ia masuk ke kamar, tapi tidak ada siapa-siapa, di kamar mandi juga tidak ada Tsabiya. Mikael memutuskan turun, mencari Tsabiya di dapur, namun tidak ada. Ia tanya pada asisten rumah tangga, Mbok juga bilang terakhir melihat Tsabiya tadi pagi, di halaman belakang juga tidak ada, di ruang keluarga, di kolam renang, di kamar mamanya juga tidak ada siapa-siapa.

Masih dengan ketoprak di tangannya, Mikael menuju kamar Mikaila dengan harapan Tsabiya ada di sana. Mikael mengetuk pintu langsung disambut suara Mikaila yang mempersilahkan ia masuk.

Mikael melirik seisi kamar, hanya ada Mikaila yang sedang menghapus makeup di wajahnya di depan cermin.

"Ada apa, Bang?"

"Lihat Kak Tsabiya, tidak?"

"Belum, Ila baru pulang 20 menit yang lalu, Bang. Di rumah nggak ada siapa-siapa tadi, mama lagi arisan, cuma ada mbok."

"Emang di kamar nggak ada?" Lanjut Mikaila ketika melihat wajah abangnya bingung. Mikael menggeleng?

"Dapur? kolam renang? halaman be----"

"Sudah abang cari, tidak ada."

"Udah telpon?"

"Belum."

"Ya elah bang, tahun berapa ini, dunia udah canggih, telpon aja!" Mikael keluar kamar Mikaila tanpa menggubris, ia baru ingat, kenapa tidak kepikiran menghubungi dari tadi ya?

Mikael masuk kembali ke kamarnya, meletakkan ketoprak di atas kasur, lalu menelpon Tsabiya. Setelah dihubungi ternyata ponsel Tsabiya mati. Mikael semakin kebingungan, pergi ke mana wanita itu?

Tanpa banyak berpikir, Mikael menuju taman komplek dengan mobilnya, siapa tau perempuan di sana karena terlalu bosan di rumah. Sesampainya di sana, ia mengitari taman sambil mencoba menelpon, namun ponsel Tsabiya tetap tidak aktif. Sore ini taman tidak terlalu ramai, mungkin karena bukan hari libur, namun meskipun tidak ada banyak orang, Tsabiya tetap tidak dapat ditemukan di area itu.

Mikael kembali ke rumah berpapasan dengan Mikall yang baru saja selesai memarkirkan mobil. Seperti biasa, tidak ada pembicaraan antara keduanya, masing-masing masuk ke dalam rumah seperti orang yang tidak kenal. Mikael pusing sendiri, perempuan itu bertingkah lagi.

Mikael berdiri di dekat kolam renang sambil terus mencoba menelpon, berharap ponsel itu sudah aktif namun ternyata masih tidak bisa dihubungi. Mikael berpikir keras, kenapa Tsabiya sulit sekali minta izin untuk keluar rumah? ah menyebalkan. Mikael mengurut pelipisnya. Badannya juga terasa gerah karena belum mandi. Ditambah sebentar lagi  sore berubah menjadi malam dan Tsabiya belum ada di rumah.

"Banyak amat pikiran lo." Suara itu muncul di belakang Mikael, Mikall sedang berjalan ke arahnya. Mikael sama sekali tidak menggubris. Mikall kini berdiri sebelahan dengan Mikael.

"Mikirin apa? perusahaan ya? rakus sih, maunya apa-apa sendiri." Mikael masih tidak menanggapi.

"Atau mikirin Tsabiya?" Mikael menoleh, menatap dingin Mikall.

"Gue cuma bocorin rahasia lu dikit sih ke Tsabiya, tapi nggak tau deh dia mungkin kecewa, terus pergi naik taksi online. Pas gue ikutin tuh taksi, dia ke terminal. Nih, buktinya! Pukul 12 siang tadi." Mikall menyodorkan ponselnya ke Mikael, memperlihatkan Tsabiya turun taksi online tepat di depan terminal bus. Sambil tersenyum miring, Mikall membiarkan ponselnya diambil oleh Mikael untuk bisa melihat lebih jelas.

Setelah melihat foto tersebut, raut wajah Mikael berubah menjadi cemas tak karuan. Marahnya menumpuk di ubun-ubun.

BYURRR.....

Ponsel Mikall masuk ke air tanpa diduga, Mikael membuangnya ke kolam dan berlalu meninggalkan Mikall sendirian.

"Anjir, ponsel gue! Mikael sialan!"

Sayup-sayup terdengar makian Mikall dan suara orang melompat ke air, Mikael tidak peduli, biar saja Mikall menyelamatkan ponselnya dulu, karena selanjutnya Mikall harus menyelamatkan dirinya sendiri dari Mikael.

Mikael melajukan mobilnya dengan cepat, menyatu dengan jalanan, tujuannya satu, kampung halaman Tsabiya. Mikael memukul stir mobilnya ketika jalanan di depannya macet. Langit sudah menguning dan azan berkumandang, Mikael harus singgah di masjid untuk salat magrib dan melanjutkan perjalanan lima jam untuk sampai di sana.

Mikael tidak bisa menutupi rasa cemasnya, Tsabiya pulang ke kampung halamannya sendirian dalam keadaan mengandung. Mikael betul-betul kecolongan. Apalagi Tsabiya pergi setelah terlibat percakapan dengan Mikall, pasti ada sesuatu yang disampaikan Mikall.

Mikael khawatir, hatinya tidak tenang. Apakah Tsabiya baik-baik saja?


****

Updatee.....

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YA,
HAPPY READING! MUACHHHH.

Tsabiya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang