Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari terik di siang bolong setelah pulang sekolah bikin Jena males banget rasanya buat pulang.
"Huhh.. panas banget gila, mana kaki gue masih kerasa nyeri lagi." gerutu nya dengan decakan sebal
Jena sekarang lagi berdiri di ambang pintu gerbang sekolah, nungguin Michel yang entah kemana sambil main hp biar gak berasa lama nunggunya.
Berniat pergi tetapi tangan Jena di cegat oleh seseorang, Jena melihat tangannya yang dipegang lalu mendongak untuk mendapat atensi orang yang ada dihadapannya.
Mata nya membola tajam, "Sean?!"
Jena menepis tangannya yang dipegang oleh Sean dengan sewot.
"Lo pulang sama siapa?"
"Ngapain nanya? terserah gue lah pulang sama siapa, kok lo yang repot!?" katanya tanpa melihat ke arah Sean, ia hanya fokus pada hpnya.
"Mau gue anter ga?" tawar Sean.
"Gak!"
"Yakin, hm?" katanya seraya menepuk sekilas pucuk kepala Jena
Jena menepis, "dibilang gak ya enggak!" katanya yang kali ini menatap Sean yang sedang terkekeh.
Jena melihat ke arah sang Adik lalu langsung menggandeng tangannya dengan erat.
"Gue pulang sama Adik gue!" katanya lalu beranjak pergi meninggalkan Sean yang masih terkekeh.
"Gemes banget sih lu." gumam nya pelan.
"Eh bangsat!"
Umpatan singkat lolos dari bibir Sean setelah bergumam akibat pundaknya di pukul oleh si tengil, Gibran.
"Cie,"
Sean bombastis side eye, "apasih?! geje lo!"
"Udah... gebet sana, gausah malu malu"
Sean makin bingung ditambah makin emosi.
"Ngomong apasih lo! gebet, gebet, gak!"
"Alah.. lo suka kan sama Jena?" goda Gibran dengan tengilnya yang bikin Sean makin pengen nonjok muka ngeselin Gibran.
Sean diam bentar, mencerna omongan Gibran yang bikin dia jadi kepikiran apa iya dia udah mulai suka sama Jena?
Gibran senyum, "beneran?"
Sean menepis tangan Gibran yang hobi banget nempel di pundaknya, "apasih! gak!" katanya sambil berdecak.
Sean pergi ninggalin Gibran yang masih senyum senyum gak jelas kek orgil.
"KALO SUKA TEMBAK YAN!!" Seru Gibran diakhiri dengan gelak tawa yang makin bikin Sean mendengus di sela ia berjalan.
Tapi ketika membayangkan wajah menggemaskan Jena tadi, mampu membuat nya tersenyum tanpa sebab.
