Chapter 1

1.2K 82 0
                                    


Kisaki Eri, Mouri Kogoro dan Shinichi memandang nisan itu sekali lagi. Nisan Mouri Ran yang abunya baru saja dikebumikan.

"Jadi operasinya berhasil?" tanya Eri.

"Eh," Shinichi mengangguk.

Eri menarik napas lega, "setidaknya masih ada bagian Ran yang hidup. Matanya dan jantungnya..."

"Aku minta maaf Sensei, aku gagal melindungi Ran..." ucap Shinichi pedih.

Eri menggeleng, "aku tahu sifat putriku, Shinichi. Ran bersedia mengorbankan diri untuk melindungi siapapun. Bila aku ada di posisinya, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak menyalahkanmu atau siapapun."

Kogoro merangkul Eri, menunjukkan ia sependapat dengan istrinya, "hasil didikan kita Eri."

"Eh," Eri mengangguk kemudian kembali menghadapi Shinichi, "sebagai gantinya Shinichi-Kun, sekarang kau harus melindungi anak itu. Masih ada bagian Ran dalam dirinya, dan pastikan dia bahagia agar pengorbanan Ran tidak sia-sia."

Shinichi mengangguk, "aku mengerti Sensei."

Eri memeluk Shinichi sebelum berpisah. Rencananya Eri dan Kogoro akan pindah ke Belanda untuk memulai hidup baru. Mereka tak sanggup menetap di Jepang dengan kenangan Ran yang begitu kuat.

***

Malam harinya, Shinichi mampir ke rumah sakit untuk mengunjungi Ai. Ia tidak masuk kamar, melainkan hanya memandangnya saja dari balik kaca. Di dalam sana ia melihat Ai yang terlelap ditunggui oleh Profesor Agasa yang tertidur di samping tempat tidurnya.

Mereka baru saja selesai berkonfrontasi besar melawan organisasi hitam. Segalanya kacau balau karena kenyataan yang terjadi di luar perhitungan rencana yang telah Shinichi persiapkan secara matang bersama Akai dan Yusaku. Akibatnya, Mary, Akai Shuichi dan Masumi tewas dalam ledakan bom perangkap yang dipersiapkan oleh Gin. Ai sempat diselamatkan oleh Ran, matanya terkena percikan api sehingga korneanya rusak. Jantungnya juga mengalami aritmia. Diduga selama disandera, Ai dicekoki obat-obatan tertentu oleh Gin sehingga otot jantungnya mengalami gangguan kelistrikan. Ran tidak sanggup bertahan hidup karena pendarahan hebat akibat luka tembakan. Kisaki Eri dan Mouri Kogoro akhirnya berbesar hati mendonorkan kornea mata dan jantung putrinya untuk menyelamatkan Ai dari kebutaan dan kematian.

"Besok Sherry sudah boleh pulang," kata Jodie Sensei yang tiba-tiba muncul di sebelah Shinichi, ikut memandang Ai dari kaca.

Shinichi mengangguk, "baguslah."

"Aku turut berduka soal Ran-Chan," ucap Jodie.

Shinichi menggeleng, "aku juga turut berduka mengenai Akai-San."

Jodie mendesah, "pada akhirnya kemenangan tidak seperti kemenangan. Kedua belah pihak, sama-sama tewas."

"Kita masih menang sedikit," gumam Shinichi sembari memandang Ai.

Jodie mengikuti pandangannya, "yah... Sherry akan memulai hidup baru."

"Dia benar-benar amnesia permanen?"

"Itu yang dokter katakan."

Shinichi tampak sedih, ia merasa kehilangan partnernya, "aku dan Okasan sudah mencari-cari, tapi tak ada sisa antidote satu pun."

"Tampaknya memang Sherry hanya membuat satu saja untukmu. Dia tidak merencanakan untuk tetap hidup setelah peperangan itu."

"Bakane Haibara..." Shinichi mendesis pelan.

"Apa rencanamu selanjutnya?"

Shinichi mengedikkan bahu, "melanjutkan hidup... kembali ke sekolah..."

"Berarti Sherry juga akan menjalani hidup normal. Mengulangi siklus hidupnya sekali lagi. Semoga saja kali ini dunianya lebih baik."

"Aku kira dia akan diikutkan pada program perlindungan FBI, mengingat dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Keluarga Sera, satu-satunya kerabat yang dimilikinya juga sudah tewas semua."

"Ya tadinya, tapi ibumu dan Hakase menolak dengan keras. Mereka menyayangi Sherry dan ingin mengawasi perkembangannya sendiri. Mengingat Sherry juga amnesia, akhirnya aku dan James menyetujui untuk membatalkan program perlindungan tersebut. Kami juga sudah sepakat merancang latar belakang baru untuknya. Nama Haibara Ai telah diresmikan."

Shinichi mengangguk, "aku mengerti."

"FBI tetap akan melakukan penjagaan terhadapnya."

"Arigatou Sensei."

"Tapi yang terpenting, kau juga masih akan melindunginya kan?"

Di dalam sakunya, Shinichi mengepalkan tangannya, "selalu."

Meski tidak akan pernah sama lagi.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang