Chapter 15

740 58 2
                                    


"Aku sudah di lokasi Hattori," bisik Shinichi pada earphonenya.

"Aku juga," Heiji balas berbisik seraya menyibak semak-semak kemudian menyipitkan mata, "hanya ada dua petugas jaga saja di sini."

"Di depanku hanya gudang kosong, mungkinkah bukan di sini transaksinya? Melainkan di tempatmu?"

"Entahlah, kita tunggu saja, aku masih memantau."

"Aku akan coba memeriksa ke dalam."

"Jangan gegabah Kudo!" desis Heiji.

"Eh..."

"Hati-hati."

"Wakateiru yo..."

Shinichi mengendap-endap mendekati gudang tua yang fondasinya berupa kayu lapuk. Ekor matanya mewaspadai kalau-kalau ada pergerakan mendadak. Ia menyandarkan punggungnya di dinding samping pintu dan perlahan berusaha membuat celah.

Tidak ada siapa-siapa di dalam, Shinichi meyakini itu, kemungkinan besar transaksi narkoba itu di tempat Heiji sekarang berada. Shinichi membuka pintu lebih lebar dan perlahan masuk ke dalamnya.

Buk! Sesosok gelap yang sejak tadi menunggu dibalik pintu menghantam tengkuk Shinichi dengan keras.

Sebelum hitam membutakan matanya yang terpikirkan oleh Shinichi hanya Ai.

***

"Ai-Kun," panggil Profesor Agasa saat memasuki kamar Ai didampingi oleh istrinya. Wajah mereka berdua tampak gelisah.

"Hakase, Obasan, ada apa?" tanya Ai.

Profesor Agasa dan Fusae saling bertukar pandang cemas, lalu seperti memilih kata-katanya, Profesor Agasa memulai dengan hati-hati, "ini mengenai pekerjaan Shinichi di Osaka."

"Ya, lalu?" Ai menyimak dengan cermat.

"Anooo... ada sedikit masalah di Osaka..."

Jantung Ai mulai berdebar tak karuan, "ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

"Intinya Shinichi dan Heiji sedang melakukan pengintaian. Aksi mereka gagal, Heiji terluka dan dirawat di rumah sakit."

"Lalu Shinichi? Bagaimana dengan Shinichi?! Apa dia terluka juga?" Ai bertanya menggebu-gebu.

"Tenang lah Ai-Chan," Fusae merengkuh bahunya.

"Shinichi tidak diketahui."

"Tidak diketahui bagaimana?" tuntut Ai.

"Shinichi hilang dan tidak ditemukan di lokasi terakhir pengintaiannya. Mereka menculiknya..."

Ai terhuyung, terpukul mendengar kabar itu.

"Ai-Chan!"

"Ai-Kun!"

Fusae dan Profesor Agasa buru-buru menahan tubuhnya.

"Hakase..." kata Ai terengah-engah dengan air mata berlinangan, "aku harus ke Osaka..."

"Tapi kau sedang hamil besar Ai-Kun... Lagipula kepolisian juga masih mencarinya..." kata Profesor Agasa cemas.

Ai menggeleng keras kepala, "aku tak bisa hanya berdiam diri menunggu di sini... Tolonglah Hakase... Aku harus ke Osaka... Aku janji aku baik-baik saja..."

Profesor Agasa memandang istrinya. Fusae mengangguk memberi isyarat untuk memenuhi permintaan Ai.

"Baiklah kalau begitu, kita semua pergi bersama," Profesor Agasa memutuskan.

Hari itu juga Ai terbang ke Osaka, tidak hanya bersama Profesor Agasa dan Fusae, namun juga Yusaku dan Yukiko. Mereka semua langsung mendatangi kepolisian Osaka yang dikepalai oleh ayah Heiji sendiri, Hattori Heizo.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang