━━━━━━━━━━ ˚ • ° . ┊ ┊ ┊˚✧ . ༄
DUA PEKAN BERLALU sejak terakhir kali aku melihatmu. Dan selama itu, aku setia menunggumu sosokmu singgah bersama dengan rona cakrawala di timur menerpa wajahmu.
Di mana kau berada? Apakah kau baik-baik saja?
Sungguh, aku begitu mengkhawatirkanmu! Jika aku tahu di mana kau bersembunyi, aku pasti akan menemuimu sejak awal.
Derasnya titik air menyirami desa sejak pagi. Tanpa jeda, ia terus mengiringi suasana sendu sepanjang hari dan menghentikanku untuk pergi menemukanmu.
Lagi-lagi, aku memikirkan keadaanmu. Apakah kau aman? Di mana kau berlindung dari hujan badai ini?
Menatap kosong muka hutan beberapa petak sawah di depanku, pikiranku terus berharap agar mataku menangkapmu berada di sana. Setiap kedipan mataku membawa harapan itu. Kau berdiri di sana, menatapku begitu dalam yang seakan dapat membuatku tenggelam oleh manik indahmu.
Kumohon. Begitu setianya aku menunggu selama ini. Tapi, kumohon. Jangan buat aku menanti lagi.
Aku tidak dapat melakukannya lagi.
Tidak. Aku harus berani. Aku tidak bisa hanya duduk seperti ini. Aku harus tahu bagaimana keadaanmu saat ini.
Begitu samar, mataku menangkap bayanganmu di sana. Muncul seketika dengan tubuh basah oleh air hujan.
Saat itulah ketika pertahananku runtuh. Aku tidak lagi dapat menahannya.
Air mataku bercampur dengan rintikan hujan yang membasahi wajahku. Di bawah gelapnya awan hitam, aku berlari. Tak peduli jalan setapak yang kulalui telah tergenang tinggi oleh air yang mengalir sejak pagi. Lariku tersenggal-senggal, bahkan terpeleset dan terperosok jatuh dalam kubangan lumpur.
Aku membutuhkanmu. Aku tidak akan berhenti. Kumohon, biarkan aku melihatmu dan bawa aku bersamamu. Aku lelah menunggu.
Jauh di belakangku, aku mendengar ibuku berteriak memohon, "Runi, ibu mohon berhenti!"
Tapi tidak bisa. Aku telah begitu bodohnya jatuh padamu. Aku tidak bisa berhenti sekarang.
Aku hanya mengalihkan pandanganku sekali saat kakiku terkilir kemudian jatuh ke irigasi sawah, dan saat itu juga, kau tidak lagi di sana. Hanya beberapa saat dan kau menghilang. Terbata-bata kubawa kakiku melangkah pelan menuju tempatmu berdiri tadi, kau tidak terlihat, bahkan jejakmu pun telah sirna.
Ibu mengobatiku malam harinya. Sembari memijat kaki kiriku, ibu memintaku untuk berhenti menunggu. Aku harus mengikhlaskanmu. Katanya, aku harus memulai hidup baru.
Ayah marah. Ia mulai keras melarangku meninggalkan rumah, bahkan untuk sekadar memanen sayur di belakang. Akan lebih aman bila aku tidak beraktivitas di luar sementara.
Saat itu, aku mulai tidak yakin mengapa mereka begitu keras menginginkanku untuk melepaskanmu. Kau adalah orang baik. Suatu saat mereka akan memaafkanmu. Mengapa aku harus melupakanmu?
Kumohon bantu aku. Aku mulai kehilangan harapan. Akankah situasi ini dapat kembali seperti semula?
Entah mengapa batinku terus berkata tidak.
Kau harus meyakinkanku bahwa batinku salah. Semuanya akan kembali seperti sedia kala. Kau dan aku. []
Cringe and wtf :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala di Utara
Romance[EPISTOLARI] Ada seseorang yang sejak perang kemerdekaan kamu ketahui selalu melihatmu dari kejauhan dan kamu tahu betul siapa dirinya. Dia, orang yang sudah bertahun-tahun kamu kenal. Apakah kamu akan menghampirinya atau kamu lantas pergi mengabaik...