bagian 2

28 6 0
                                    

 ━━━━━━━━━━ ˚ • ° . ┊ ┊ ┊˚✧ . ༄

BAGAIMANA KABARMU hari ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAGAIMANA KABARMU hari ini?

Pagi ini aku melihatmu melintasi muka hutan. Seperti biasa, kau berhenti sejenak untuk memandangi sebuah rumah kecil berpagar kayu di ujung desa—rumahku.

Aku bertanya-tanya, mengapa kau memilih untuk pergi ke desa menjelang pagi seperti saat ini? Bukankah akan lebih banyak orang yang telah terbangun? Juga, mengapa kau harus berhenti sejenak di titik itu sekembalimu dari sana? Bisa saja seseorang yang hendak pergi ke ladang maupun ke hutan melihatmu.

Aku mencoba memahami pola yang kaubuat. Beberapa hari sekali, mungkin empat hingga enam hari, kau akan datang dengan sebakul penuh perlengkapan sehari-hari di tanganmu.

Mudah bagiku untuk mengetahui hal itu. Setiap pagi, aku akan keluar menyalakan obor di belakang rumah lalu melangkah menuju sepetak kebun dan memetik beberapa sayur untuk kumasak. Saat itu, aku akan berhenti, sejenak memberi waktuku untuk menoleh ke sisi utara di muka hutan. Beberapa kali, aku melihatmu di sana.

Mataku pun tak dapat lepas darimu.

Kau tampak cukup sehat. Walau aku menyadari bahwa tubuhmu sekarang semakin kurus. Aku lantas bertanya-tanya, apakah kau makan dengan baik?

Bodoh, aku memaki diri sendiri dalam hati atas pertanyaan itu. Tentu saja jawabannya tidak. Kau tengah berada dalam pelarian, untuk bisa mendapatkan makanan saja kau pasti sangat bersyukur. Mungkin, jika aku ada di posisimu saat ini, aku tidak akan bertahan hingga selama ini.

Selain membelinya dari warga yang kau percaya (kalau pun tidak, aku tidak masalah bila kau diam-diam mencurinya), apakah kau juga mendapatkan bahan makananmu dengan berburu? Aku ingat betul betapa hebatnya kau dalam membuat jebakan untuk menangkap kelinci hutan.

Hari yang indah. Sudah berapa lama sejak kau membawaku berburu di hutan kala itu, ya? Kau bilang, tidak menyenangkan jika hanya membawaku berjalan-jalan di taman, tidak ada sensasi menegangkan sama sekali. Maka, kau pun mengusulkan ide itu dan aku langsung menyetujuinya tanpa berpikir panjang.

Sungguh, sebuah kenangan yang tidak akan dapat terlupakan!

Selepas situasi kembali tenang nanti, aku ingin sekali mengulang kenangan waktu itu. Mungkin, kala nanti, kita harus memasang target untuk buruan yang lebih besar seperti rusa atau kambing liar. Pasti sangat menyenangkan! Kita bahkan bisa menjual dagingnya ke pasar dan menghasilkan cukup banyak uang dari situ!

Memandang jalan setapak di samping rumahku, aku pun teringat kali pertama kita berjumpa. Tentara koloni baru yang ditugaskan mengatur keamanan desa? Kau lebih seperti anak muda yang tidak sabar untuk menjelajahi tempat baru. Setiap paginya, kau akan berlari mengelilingi desa, berolahraga sekaligus menikmati alam, katamu.

Apakah kau ingat?

Suatu ketika, saat melewati jalan ini, kau tergelincir jatuh ke parit dan melukai kakimu. Aku yang kebetulan tengah berada di sana pun panik segera membantumu membersihkan lukamu dan mengobatinya.

Sejak saat itu, kau selalu menyapaku setiap kali berjumpa.

Bertahun-tahun berlalu, hingga Indonesia merdeka pun, kau masih diterima di sini. Kau pun memilih untuk tidak pergi. Aku selalu bertanya-tanya bagaimana keadaan di tempat asalmu, tetapi kau hanya menjawab tidak semenyenangkan di sini.

Aku tidak setuju, "Kami, rakyat pribumi pun hidup menderita: kelaparan dan bekerja dalam upah yang sangat kecil."

Lalu kau menimpal, "Orang-orang di sini hidup dalam kerukunan. Tidak seperti tempatku berasal, kalian masih peduli pada satu sama lain. Bahkan padaku yang bukan bagian dari kalian."

"Omong kosong. Kau juga bagian dari kami! Kaukira sudah berapa lama kau tinggal di sini? Lagi pula, kau juga sangat baik pada mereka, wajar jika mereka membalasnya."

Kau pun berhenti, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Sekarang aku sungguh merasakannya—kehilangan sosokmu dari hidupku, seakan sesuatu direnggut paksa dariku. Aku baru merasakannya ketika kau telah pergi, betapa besarnya pengaruhmu. Kau selalu ada di setiap waktuku. Tanpamu di sampingku membuatku tersadar betapa kosongnya hariku.

Aku berandai-andai, bagaimana jika aku berlari dan mengejarmu? Apakah kau akan menungguku? Atau kau akan berlari lebih cepat dan segera menghilang dari padanganku? []

Cakrawala di UtaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang