Da-yeon hampir menaiki tangga darurat untuk menyusul karena menunggu lift terbuka terlalu lama. Tapi untungnya ia sempat menengok siapa yang keluar dari lift, ternyata itu orang yang sedang ia tunggu.
"Mau kemana?" Tanya Johnny melihat Da-yeon menghampirinya dari sudut gelap itu.
"Lama banget? Aku tadinya mau nyusul" jawab Da-yeon menggerutu.
"Biasa. Ngobrol dulu sama Taeyong"
Lalu dua manusia itu buru-buru memasuki mobil setelah pintu dapat terbuka. Udara diluar sedang sangat dingin, itu yang membuat Da-yeon agak kesal.
"Dingin ya? Maaf" tanggap Johnny mendapati Da-yeon langsung memakai jaketnya yang ia simpan dimobil.
Setelah berhasil keluar dari bassement, tangan kanan Johnny tanpa ragu membawa tangan wanita disampingnya untuk ia tautkan jarinya. "Anget ga? Kamu boleh pinjem"
Da-yeon menoleh, memandang wajah Johnny yang datar-datar saja berbeda dengan tangannya yang bergerak aktif menyalurkan kehangatan. Apa didikan masa muda di Amerika-nya membuat hal ini wajar dilakukan dua orang pria dan wanita yang hanya berteman?
"Tarifnya berapa per jam?" Canda Da-yeon. Ia lumayan menikmati apa yang ia dapat. Mencoba mengalihkan focusnya dari detak jantungnya yang kencang. Suara ini, hanya dia yang dengar kan? Pikir Da-yeon dalam hati.
"Gratis. Jatah sebulan dianggurin" balas Johnny menanggapi itu.
"Boleh nyalain music?" Dalih Da-yeon sudah memilih lagu dengan satu tangannya. "Jangan yang berisik" pinta Johnny.
Baru saja lagu yang ia pilih akan mengalun, suara deringan ponsel malah mendahului memecahkan keheningan didalam mobil itu.
"Ro Na?" Gumam Da-yeon melihat nama yang muncul diponselnya.
Johnny dengan refleks melepaskan tautan tangan mereka, membiarkan Da-yeon menerima panggilannya.
"Ada apa?
"Gawat!" Seru dua suara wanita disebrang sana.
Da-yeon menjauhkan ponselnya dari telinga. "Bicara pelan-pelan"
"Sekarang lagi dimana?" Tanya Ro Na to the point.
"Dijalan. Bentar lagi sampe" sampai Da-yeon melihat daerah sekeliling.
"Ko pulang??" Kali ini Rin-Ah ikut menyuarakan suaranya.
Da-yeon menyeritkan keningnya. "Maksudnya?"
"Kayak biasa aja gausah pulang malem ini! "
"Ko gitu?" Protes Da-yeon. Refleksnya menoleh pada Johnny lalu pria itu balas mengangkat alisnya.
"Kita dapet manager baru dan orangnya sekarang ada disini. Jadi kamu mending gausah pulang karena kita udah bilang semuanya udah aman dikamar"
"Serius?" Tanya Da-yeon lagi memastikan.
"Apakah kita punya energi buat bercanda? Udahlah pokonya besok pagi buta harus udah ada dikamar, gamau tau."
"Oke oke. Pastiin kamar Ye Bi kunci dari dalam"
Tut.
"Kenapa?" Tanya Johnny penasaran.
Da-yeon tak langsung menjawab, ia kesulitan untuk memulainya.
"Sebenarnya ada yang mau aku ceritakan" cicitnya. Johnny yang mendengar itu memelankan laju kendaraannya. "Apa?"
"Tadi pagi kita kedatangan trainee baru untuk bergabung" jujur Da-yeon. Ia harus menceritakan semuanya dari awal mau tak mau.
"Berapa orang? Perusahaan mengubah formasinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crown Prince
FanfictionPada akhirnya, keduanya melupakan tujuan awal mereka untuk saling memperebutkan tahta.. ada yang lebih menarik dari itu, yaitu memperebutkan seorang wanita. Isn't the world unfair? Those who are already at the top, will always be like that.