12. Annoyed

4.6K 399 25
                                    

Semenjak tadi malam Halilintar tidak memiliki semangat apapun  lagi, entah itu tentang bertemu ibunya ataupun mengubah hidupnya disini.

Ditambah dengan langit mendung dan udara dingin ini, suasana hatinya jadi tambah buruk padahal masih sangat pagi.

"Nggak pa'pa' lagian cuma asma kan," Halilintar berusaha menghibur dirinya di tengah-tengah lapangan sekolah berembun dan sedikit becek, "tapi, gue gak akan lupa kalau Kak Daun juga meninggal karena asma,".

Halilintar menggelengkan kepalanya ribut, ia tak suka dengan pemikirannya, "gue gak boleh ngomong gitu, dia gak akan suka kalau di bicarain gini,".

Halilintar menyandarkan punggungnya pada pohon rambutan dibelakangnya dan duduk di akar pohonnya, "kesehatan gue bakal nurun kalau cuacanya gini, ditambah-ah Halilintar lo ngapain ikut club basket segala padahal udah tau tubuh lo gak kuat!".

"Tapi kalau berhenti sekarang, masalahnya gue takut kalau sewaktu-waktu dia balik ke badan ini dan karirnya hancur karena gue, tapi kalau dipaksain gue bisa mati dua kali,".

Halilintar menghela napas panjang, "cobaan apa lagi ini?".

"Kamu disini? Tadi Fang nyuruh kamu buat kedalam, katanya mau diskusiin sesuatu," tanya cewek yang kemarin sempat diantar pulang oleh Halilintar.

"Padahal cuaca lagi dingin, tapi malah disini nanti sakit lho," Ying melanjutkan ucapannya.

Halilintar sendiri sudah berdiri begitu dia mendengar suara Ying.

"Kamu kurusan, nggak makan?" tadinya Ying tidak sadar tapi makin kesini Ying jadi bisa melihat jika Halilintar semakin kurus.

"Makan kok, tiap hari makan banyak, kayaknya nutrisinya di ambil cacing semua sih ini," Halilintar membalas pertanyaan Ying, cowok itu berjalan mendahului Ying yang tertinggal dibelakangnya.

"Padahal aslinya gue gak bisa makan nasi!" batin Halilintar menjerit.

'Kamu gak boleh makan sampai kamu bisa membuktikan kalau kamu bisa menjadi pemenang di kejuaraan kali ini,' Halilintar tak akan lupa ucapan Boboiboy tadi malam tepat tujuh menit sebelum Halilintar pergi tidur, disaat Halilintar benar-benar sudah mengantuk.

"Belakangan ini sering banget makan mie, aduh ususku baik-baik ya kamu disana entar dikasih makanan sehat lagi,"Halilintar mengusap perutnya, ia meratapi nasibnya yang benar-benar sial saat ini meski dia sedikit merasa beruntung karena tadi malam Ice mengantarkan nasi ke kamarnya, tanpa sepengetahuan Boboiboy tentunya.

"Semangat ya, kita harus menang biar latihan kita selama ini nggak sia-sia," Ying yang sudah ada disamping Halilintar tersenyum manis.

Halilintar mengangguk pelan, sebenarnya dia kurang nyaman berinteraksi dengan perempuan karena semasa hidupnya Halilintar hanya pernah berinteraksi dengan ibu saja tanpa dengan wanita lain.

"Kita berangkat jam delapan nanti kalau nggak ada kendala,".

Halilintar seketika merasa merinding saat mendengar suara orang yang tadinya tak ada disana kini terdengar jelas disampingnya.

"Disana gue gak mau keliatan kayak adek kakak yang gak akur sama lo," Taufan yang berada disamping kiri Halilintar kembali berbicara.

"Terserah." balas Halilintar singkat.

"Ying mau bantu sesuatu?" tawar Taufan.

"Boleh, bantu apa?".

"Jagain anak ini ya," setelah mengatakan itu Taufan pergi begitu saja tanpa menoleh ataupun mengatakan hal lain.

.
.
.

"Nah, jadi kenapa kamu gitu sama dia?" Gempa duduk disamping Taufan yang sedang membenarkan letak tapi sepatunya, "kamu mulai peduli sama dia Kak?".

"Aku mau membuka hati lagi buat dia, gak salah kan? Walaupun aku tau kesalahannya dimasa lalu udah gak bisa dimaafin, tapi aku gak bisa terus-terusan dimusuhin dia terus," timpal Taufan.

"Ck, terserah," Gempa memutar bola matanya malas, "sebentar lagi pertandingan dimulai, pergi sana!".

"Kamu mau nonton di sebelah mana?".

"Dibarisan paling depan biar bisa liat kamu paling deket," Gempa tersenyum hangat, tentu saja karena dia adalah orang paling bersemangat untuk menonton pertandingan sampai rela bolos sekolah untuk hari ini.

"Tapi, Halilintar punya masalah apa sama anak sekolah lain?" tanya Gempa saat netranya melihat Halilintar yang sedang di provokasi orang-orang dari sekolah lawan.

"Dia emang biasanya gitu kan? Ngapain kamu aneh,".

Sementara Halilintar saat ini benar-benar kebingungan untuk menanggapi tiga orang didepannya ini bagaimana. Cowok itu belum pernah berurusan dengan yang namanya perkelahian sejak kecil.

"Lo masih punya muka setelah bikin adek gue koma dirumah sakit? Kenapa gak baj*ngan kayak lo aja yang gantiin posisinya?".

Halilintar kurang pasti dengan nama orang ini tapi jika tak salah dia adalah Frost Fire, benar-benar aneh.

"Buktiin kalau kali ini lo layak menangin pertandingan ini, maka dari itu lo selamat." Frost Fire dan kawan-kawannya selanjutnya pergi dari sana meninggalkan Halilintar yang kebingungan.

"Kira-kira gue punya berapa banyak lagi musuh ya sekarang? Jadi penasaran," Halilintar benci mengakuinya, tapi saat ini dia benar-benar muak terus berada di tubuh ini.

"Pengen pulang, tapi gimana caranya? Harus tutorial di youtube kali ya?" Halilintar menyimpan telunjuknya didagu membuat pose berpikir, ia menimang-nimang apakah dia harus melakukan hal aneh itu atau tidak.

"Kalau capek, istirahat aja dulu," jika tadi Taufan maka sekarang Fang orangnya, apa mereka berdua sepakat untuk muncul tiba-tiba begitu seperti setan?

"Belum juga mulai,".

"Liat nih," Fang menyodorkan ponselnya untuk Halilintar lihat.

Halilintar ngeri melihatnya,kenapa juga harus ada hal menyeramkan seperti ini disekolah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halilintar ngeri melihatnya,kenapa juga harus ada hal menyeramkan seperti ini disekolah ini.

"Ini siapa adminya?" tanya Halilintar.

"Gempa, Yaya sama Gopal, dan yang ini kayaknya Gopal sih,".

"Isss! Anak itu!" kalau saja cowok yang bernama Gopal itu ada disini, sudah dipastikan Halilintar akan mengarungi dan dibuang ke palung Mariana.

"Jangan marah, entar darah tinggi," Fang mengingatkan.

"Aku gak setua itu Fang!".

──────TBC─────

Two Sided Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang