36. Me, you and our children

2K 249 34
                                    

Gentar mengingatnya, ia dapat mendengar bagaimana Blaze memanggilnya dan keributan yang terjadi setelahnya. Namun, ia tak dapat membuka mata, tubuhnya yang lemas tak bertenaga dan lengan kanannya yang terasa sakit luar biasa dan jangan lupakan rasa ngilu di bagian belakang kepalanya yang sukses membuatnya pusing.

Begitupun dengan saat dirasa tubuhnya di gotong oleh beberapa orang, Gentar masih merasakannya.

Tetapi jika ditanya dia pingsan atau bukan, Gentar juga tidak mengetahuinya karena rasa sakit itu membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.

"Kita gak bisa nyetir mobil, kamu tau kan?!" Gempa kesal karena Taufan nekat akan menyetir mobil untuk dibawa ke rumah sakit. Memang benar jika Gempa juga tak kalah cemasnya melihat Gentar yang tidak sadarkan diri dalam pelukan Ice, apalagi melihat bagaimana kepala anak itu yang berdarah.

"Aku tau tapi, kamu ingat kan aku pernah belajar nyetir mobil bulan lalu?" Taufan pernah di ajari Boboiboy untuk mengendarai mobil bulan lalu di lapangan luas.

"Tapi cuma sekali Kak! Kamu kira itu bisa membuahkan hasil? Lagian kita masih di bawah umur, otaknya disimpan dimana sih?!" Gempa tak mau jika nanti malah membahayakan Taufan sendiri 'kan dia masih ingin melihat Taufan hidup, setidaknya sampai mempunyai anak satu.

"Biar Papa yang nyetir,".

Arah pandangan Taufan dan Gempa beralih kala mendengar suara Boboiboy.

Taufan mendengus, ia memutar bola matanya malas lalu masuk kedalam mobil tepat disamping Ice.

Boboiboy tersenyum tipis, sepertinya dia harus mulai terbiasa mendapatkan tatapan seperti itu dari anak-anaknya mulai sekarang.

Menyesal? Tentu saja. Boboiboy tak tahu rasanya akan sesakit ini setelah melihat apa yang dia lakukan pada anaknya sendiri. Boboiboy juga tahu jika perbuatannya tak pantas mendapatkan sebuah maaf.

"Mau sampai kapan Papa bengong? Buruan jalan, atau Papa mau liat Gentar meninggal kehabisan darah?!" sembur Taufan, sorot matanya mengatakan jika dia tak menyukai Boboiboy saat ini.

Boboiboy mengangguk pelan sebelum akhirnya melakukan mobil yang sebenarnya milik Taufan keluar dari halaman rumah.

.
.
.

Ice menghela napas lelah. Lehernya pegal karena sejak beberapa menit lalu terus menerus menengok ke pintu IGD yang beberapa saat lalu ia melihat Gentar dibawa kesana.

Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ice takut, bagaimana jika seandainya sesuatu terjadi pada adiknya? Apa yang bisa Ice lakukan.

Exhale, inhale. Ice terus melakukan itu secara perlahan agar jantungnya tidak berulah kembali dan nantinya hanya akan menambah beban yang ada.

Ice pun tahu jika ayahnya saat ini tak kalah cemasnya. Kembarannya bahkan masih belum bisa di tentukan kapan akan bangun, dan Gentar juga belum dapat dikonfirmasi bagaimana kondisinya sekarang, kalau saja Ice ikutan drop bagaimana dengan Boboiboy nanti? Apakah pria itu tak akan semakin banyak pikiran?

Stress pun bisa membuat imun tubuh seseorang menurun yang nantinya bisa menyebabkan masalah bagi kesehatan.

Kendati Ice juga tahu jika biang masalah semua ini adalah ayahnya, namun tanpanya Ice bisa apa? Dia masihlah anak yang membutuhkan peran orangtua.

Boboiboy yang sejak tadi mondar-mandir tak jelas segera menegakkan tubuhnya saat melihat dokter keluar ruangan.

"Sejauh ini kondisinya tidak terlalu buruk, namun saya harus melakukan pemeriksaan lebih untuk Gentar sebab cedera di kepalanya. Saya juga meminta persetujuan kepada keluarga," dokter yang baru memasuki usia 40 awal itu menggantungkan ucapannya sejenak guna melihat bagaimana reaksi tiga orang pria didepannya.

Two Sided Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang