30. His name

2.1K 244 18
                                    

Rasanya sungguh sial, Gempa tak pernah menduga ban motornya akan bocor ditempat yang lumayan jauh dari bengkel ini. Kalau saja ada orang dikenal yang lewat, mungkin Gempa tak akan merasa sesial ini.

Lagipula jalanan ini sepi, mustahil ada orang yang lewat.

"Mana berat lagi," kakinya menendang ban motor, tak keras karena takut motor tersebut terjungkal.

Sebenarnya tak begitu berat namun malas saja mendorongnya karena bengkel terdekat masih jauh didepan sama.

Refleks Gempa menoleh saat mendengar suara motor mendekat, kebetulan ia memang merasa familiar dengan deru motor tersebut.

"Kenapa lo? Mogok?" Gentar menghentikan motornya di samping Gempa. Ia tersenyum miring seolah mengejek Gempa, "rasain tuh!".

Tak lama setelahnya cowok yang tak mengenakan seragamnya tidak rapi itu melesat pergi meninggalkan Gempa tanpa berniat membantu.

Dalam pikiran Gentar, untuk apa membantu 'toh Gempa juga tidak peduli padanya jika Gentar sedang butuh bantuan.

Gempa mendengus, rasanya kesialan nya bertambah karena bertemu Gentar dijalan.

Braak!

Gempa menoleh ke asal suara, matanya memicing saat melihat Gentar yang jatuh dari motor. Sepertinya anak itu tidak apa-apa jika dilihat sudah mencoba kembali bangkit.

"Mampus lo, kualat!" seru Gempa merasa puas dengan apa yang Gentar alami, menurutnya itu imbang dengan apa yang ia rasakan.

Dari kejauhan Gentar menatap tajam Gempa, ia bahkan sampai mengangkat jari  tengahnya.

"Gue aduin ke Taufan lo nanti, mati lo di rumah!" masih dengan tatapan ingin membunuh, Gentar akhirnya mengangkat motornya lalu setelah menghidupkan kembali motor ia pergi untuk pulang ke rumah.

"Naj*s, adek Taufan!" cibir Gempa tanpa mengingat jika dia juga masih termasuk adik Taufan.

Tak tahu kenapa juga belakangan ini mereka berdua lebih sering adu bacot, padahal dulu Gempa paling malas berurusan dengan Gentar.

Dulu saja Gentar lebih menghindari Gempa karena tahu jika Gempa suka memarahinya jikalau bertemu. Namun sekarang malah dua-duanya yang marah-marah jika bertemu.

"Terpaksa deh harus ngedorong sendiri," Gempa menghela napas pasrah. Saudaranya yang lain juga sudah pulang duluan sehingga sekarang tinggal dia saja yang belum tentu akan sampai rumah kapan.

Lagi dan lagi Gempa mengatakan sial dalam hati.

.
.
.

"

Ini lo ceritanya gimana lutut bisa bolong gini?".

Taufan misuh-misuh saat Gentar pulang dengan keadaan celana berlubang dan lutut yang terluka. Taufan khawatir meski sang empunya terlihat tak peduli seolah hal itu adalah hal yang biasa.

Gentar menatap Taufan yang sekarang berdiri didepannya. Gentar sedang duduk disofa sembari membersihkan lukanya agar tetap steril, sekalian mengobatinya juga agar cepat kering.

"Lo kalau ditanya ngapain diem aja? Bisu lo?!" Taufan menjewer telinga Gentar hingga membuat cowok itu meringis.

"Ck, apaan sih? Lepasin, atau nggak gue colok mata lo!" Gentar menghunuskan sumpit ke mata Taufan, tanpa sengaja tadi Gentar melihat benda itu ada di mangkok mie Thorn yang sekarang anak itu sedang kedapur untuk mengambil air.

Taufan melepaskan tangannya dari telinga Gentar lalu setelahnya duduk disamping cowok itu.

"Galak amat, lagi PMS?" Taufan mengambil c*mory yang ada di atas meja lalu meminumnya dengan perlahan guna menikmati citarasa yang ada.

"Tadi gue jatuh dari motor pas ngehindarin soang," Gentar mengalihkan pembicaraan. Seraya mengobrol Gentar sekarang menempelkan plester pada luka yang sudah di obati.

"Soang doang, apa masalahnya sih?" Taufan menyandarkan punggungnya dan tangannya dengan sengaja merangkul Gentar sehingga membuat Gentar ikutan bersandar.

Gentar memutar bola matanya malas, dia menepis tangan Taufan yang menyentuh bahu kirinya, "lo pikir pake otak lah, gue bisa di amuk warga kalau misalkan tuh soang betina mati ketabrak.".

"Iyain." final Taufan karena dia lebih memilih untuk menonton film kartun berjudul SpongeBob SquarePants dari laptop Thorn.

Omong-omong Thorn sudah lama kembali dari dapur hanya saja dia tak berbicara karena sedang asyik makan.


"Papa gak ada lagi?" tanya Gentar saat kembali tak melihat keberadaan Boboiboy, tetapi syukurlah karena rasanya Gentar bahkan tak bisa bernapas dengan benar saat bertemu Boboiboy.

"Ke panti asuhan tadi, katanya mau ketemuan sama Tante Mara. Bukan sih tapi lebih tepatnya di ajak Tante Mara buat berkunjung," jelas Taufan.

"By the way sejak kapan Papa kenal Bu Mara sama Om Amato?" sudah  lama sekali Gentar ingin menanyakan hal ini namun tidak pernah diberi kesempatan.

"Mungkin sejak empat bulanan lalu. Saat lagi nyari kakak pertama lo, hari itu kita emang berhasil nemuin keberadaan dan tempat tinggal dia tapi saat sorenya kita jemput, ada kabar dari salah satu anak disana kalau dia kecelakaan,".

Taufan memberi tahu kan hal ini pada Gentar karena tahu jika anak itu tidak tahu apa-apa karena keseharian Gentar saja hanya mengurung diri dikamar.

"Siapa namanya?" Gentar tidak tahu jika ada juga anak Boboiboy yang nyasar ke panti asuhan. Gentar memang sempat beberapa kali mendengar tentang anak pertama keluarga ini yang hilang namun tidak tahu jika yang dimaksud ada disana.

"Halilintar,".

"Hah? Siapa?!!".

.
.
.


G

entar seolah melupakan kejadian tadi sore, sekarang dia malah asik bermain basket di lapang yang ada di belakang rumah. Walau sudah malam namun itu bukan penghalang bagi Gentar karena baginya kesenangan lebih penting dari kesehatan.

Padahal anak itu tahu sendiri jika sedang sakit tak enak rasanya.

Dia juga tak sendirian melainkan bersama Solar yang sedang melihat-lihat bintang melalui teleskop. Solar memang tidak mengajak Gentar bicara sama sekali begitupun dengan Gentar yang tak mengajak Solar bicara sebab dia memang lelah bicara terus hari ini.

Apalagi hubungan mereka yang masih belum bisa dikatakan baik.

Gentar menghela napas lelah. Dia melemparkan asal bola basket lalu melangkah untuk masuk ke rumah, meninggalkan Solar yang sama sekali tak berkomentar.

"Mau susunya Gen?" Thorn menawari susu hangat yang ada di gelas saat melihat Gentar melangkahkan kakinya kedapur. Gentar memang masih belum mengakatan dia memaafkan Thorn, tetapi Thorn akan tetap mendekati Gentar sampai cowok itu mau membuka hati.

Gentar melirik Thorn sekilas lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Gentar terus melangkah sampai akhirnya dia berpapasan dengan Boboiboy yang baru saja pulang. Wajah pria itu terlihat kacau, seperti habis menangis.

"Bisa galau juga ya?" begitu katanya sebelum akhirnya memilih abai dengan sekitar karena ada kasur yang menunggu dikamar.

TO BE CONTINUE

Two Sided Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang