Bab 02 || Lamaran Tiba-tiba

35 9 16
                                    

"Terkadang, ada takdir yang tetap harus diterima meski dengan keadaan hati yang patah. Perihal hikmah, itu rahasia. Bisa jadi, anugerah datang setelah badai kehidupan."

~Taruhan Cinta Badboy Tampan (75 Hari untuk Nayra) Bab 02~

***

"Tolong matikan kompor di dapur, Nak. Umi masih bicara sama bu Rt, ini," seru seorang wanita paruh baya yang sedang menelpon pada Nayra.

"Baik, Umi." Dengan segera, gadis belia yang sebelumnya sedang sibuk merapikan buku-buku di dalam kamarnya segera menghentikan aktivitasnya dan bergegas menuju dapur untuk mematikan kompor. Menurutnya, perintah orang tua adalah yang utama setelah perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Karena itu, sesibuk apapun ia ketika perintah itu datang, maka harus dilaksanakan.

Setelah mematikan kompor, Nayra berjalan menghampiri Kinara. Uminya itu baru saja menyelesaikan penggilan telponnya dan hendak bersiap-siap pergi. "Ada apa, Umi? Kelihatannya senang sekali habis dapat telpon," ucap Nayra kemudian ikut mendudukkan dirinya di sebelah Kinara.

"Aduh-aduh, Nayra. Sudah besar masih saja suka gelendotan begini." Kinara terkekeh melihat tingkah laku putri bungsunya yang suka sekali bergelayut manja jika sedang bersamanya. "Barusan bu Rt menelpon. Katanya, minta Abah buat ngisi pengajian di masjid tetangga komplek," jawab wanita paruh baya itu menanggapi pertanyaan Nayra sebelumnya.

Mendongakkan kepalanya, Nayra mengernyitkan kening. "Abah disuruh ngisi pengajian?" ulangnya yang langsung dibalas anggukkan kepala oleh Kinara.

"Iya, Sayang. Tapi, masih belum tahu juga bisa apa enggak. Kamu tahu sendiri, Abah itu sudah sibuk sama dakwahnya."

Naya manggut-manggut mengeri. "Iya juga, sih. Belum lagi, jadwal Abah di pondok juga full, ya, Mi," katanya seraya mengingat-ingat kegiatan Haikal yang padat.

Nayra adalah putri sulung dari pasangan Kiara dan Haikal. Abahnya, merupakan seorang kiyai yang sangat aktif dalam berdakwah di kampungnya. Di samping berdakawah, Haikal juga mengajar di sebuah pondok pesantren milik kakaknya. Sementara Kinara, merupakan seorang ibu rumah tangga yang bertugas mengurus anak-anak dan suami.

Memiliki tiga orang anak, Nayra menjadi satu-satunya gadis di antara kedua saudara laki-lakinya. Luqman, anak pertama telah menikah dan tinggal dengan keluarga kecilnya dan Afif, kakak kedua yang saat ini sedang dalam masa magang. Sedangkan Nayra, dia masih berada di bangku akhir aliyah dan akan lulus tahun depan.

Biasanya, Nayra tinggal di asrama di pesantren dan beberapa hari yang lalu, dia baru saja pulang untuk berlibur setelah sebelumnya menjalankan ujian semester. Ya, Nayra merupakan seorang santriwati dengan segudang prestasi. Yang mana, hal tersebut membuat Haikal dan Kinara merasa bangga kepadanya.

"O iya, Nayra. Mumpung kamu di rumah, gimana kalau temanin Umi belanja? Kebetulan, kebutuhan bulanan Umi sudah habis. Mau?" tawar Kinara pada sang putri.

"Gimana, ya, Umi." Nayra menampak berpikir. "Ya sudah. Boleh, deh, Umi, Nayra temani."

"Ya sudah, kalau begitu Umi siap-siap dulu, ya," ucap Kinara lalu bangkit dari tempat duduk.

"Iya, Umi. Nayra juga," balas Nayra kemudian segera beranjak menuju kamar tidurnya untuk bersiap-siap.

.

.

Kinara, masih sibuk memilih beberapa kebutuhan dapur mereka. Karena merasa bosan, Nayra sedang berjalan-jalan menyusuri setiap rak yang berada di supermarket guna melihat-lihat. Ada beberapa barang lucu yang Nayra sukai. Saat dia hendak membelinya, Nayra merasa terkejut dengan harganya yang cukup tinggi.

Bukan karena tidak mampu membeli barang tersebut. Hanya saja, menurut Nayra kebutuhan jauh lebih penting dari pada keinginan. Uminya selalu mengajari Nayra untuk berhemat. Selain untuk menjaga hawa nafsu, juga bisa mengirit pengeluaran. Tak ingin berlama-lama, Nayra pun memutuskan untuk kembali menghampiri uminya.

Sepasang ibu dan anak itu terus berjalan mengitari seisi supermarket. Tidak terasa, troli yang didorong Nayra telah penuh oleh belanjaan. Setelah dirasa cukup. Akhirnya, Kinara pun memutuskan untuk segera membawa belanjaan mereka ke kasir.

***

Nayra sedang berjalan menuju pintu keluar dengan belanjaan di kedua tangannya. Sementara Kinara, masih berada di dalam untuk membeli beberapa keperluan yang sempat terlupa. Baru saja ia melewati pintu keluar dan memilih menunggu sang umi di sana.

Terik mentari yang menyengat, membuat Nayra menyipitkan kedua matanya karena silau. Diletakkannya belanjaan miliknya bersandar pada pilar tinggi yang berada di dekatnya, ia mulai membenarkan letak hijabnya yang miring. Hampir setiap orang yang berlalu-lalang di sana melirik ke arah Nayra.

Mungkin, karena penampilannya yang cukup kontrans membuat banyak orang merasa tidak terbiasa. Setelan gamis dan hijab syar'i berwarna hitam serta kain cadar yang menutupi wajah. Nayra bisa mengerti, jika cara berpakaian seperti dirinya masih dianggap hal yang tabu bagi masyarakat umum dan dia harus bisa terbiasa dengannya.

Selagi sibuk menunggu, tanpa Nayra sadari seorang cowok yang sedang berjalan tergesa-gesa menuju ke arahnya. Menghentikan langkahnya, cowok itu terus menatap gadis bercadar itu hingga membuat sang empu merasa sedikit risi.

"Lo harus nikah sama gue," kata cowok asing itu tiba-tiba.

Menoleh ke arah sumber suara, ruang di antara kedua alis Nayra berkerut. "Maaf, kamu siapa?" Nayra tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi. Tidak ada angin tidak ada hujan, secara tiba-tiba seorang laki-laki asing datang dan melamarnya seperti ini.

"Gue Bara. Enggak peduli lo setuju apa enggak, pokoknya gue harus nikah sama lo!" Bukannya menjawab sosok jangkung itu kembali menegaskan keinginannya.

Sementara itu, tidak jauh dari tempat Nayra dan laki-laki itu berada terdapat empat sekawan yang terlihat shock dengan apa yang baru saja mereka lihat. Baru saja, seorang Bara Bintang Semesta melamar seorang gadis asing di tengah-tengah keramaian. Sampai-sampai, kejadian lamaran tiba-tiba itu membuat semua orang yang berlalu-lalang di sana berkumpul di depan pintu masuk untuk menyaksikan lebih lanjut.

Kedua mata Nayra terbelalak. Terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan oleh laki-laki asing di hadapannya itu. "Kamu mau nikah sama saya? Yang benar saja. Kita tidak saling mengenal!" tandas gadis bercadar itu membuat suasana di sana menjadi riuh.

Mengetahui jika saat ini ada banyak pasang mata yang sedang memperhatikana mereka, membuat Bima berpikir untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Ya, Bara hanya butuh gadis itu menerima lamarannya lalu taruhan ini berakhir. Berdeham pelan, sosok jangkung itu tiba-tiba berlutut di hadapan Nayra.

"Gue suka sama lo. Gue tahu, gue enggak bisa menjanjikan apa-apa. Tapi, asal lo tahu perasaan gue ke lo itu nyata. Jadi, lo mau jadi istri gue?" ucap Bara seketika membuat Nayra terkesima.

Bak guntur yang menggelegar di siang hari, Nayra dibuat tidak bisa berkutik dengan lamaran tiba-tiba yang ia dapatkan. 'Siapa laki-laki asing ini? Kenapa tiba-tiba saja dia datang melamarku?' Beribu-ribu bertanyaan memenuhi kepalanya.

Larut dengan pikirannya, gadis bercadar itu tersentak mendengar cuitan-cuitan dari orang-orang disekitar. Membawa atensinya ke sekeliling, Nayra menatap tidak percaya pada orang-orang yang tiba-tiba menyorakinya. Sampai pada beberapa detik kemudian, pandangan mata gadis itu berakhir pada sosok yang sedang berlutut di hadapannya. Laki-laki itu tersenyum penuh arti dan membuat Nayra terjebak dalam kebingungan.

"Terima."

"Terima."

"Terima!"

Sungguh, Nayra tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Haruskah ia menerima lamaran laki-laki itu atau pergi begitu saja dan mengakhiri semua ini? Mencengkram kedua sisi gamis yang dikenakan, perempuan bercadar itu pun mulai membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu ....

Taruhan Cinta Badboy Tampan (75 Hari untuk Nayra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang