03. Chemistry

63 12 5
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Jisoo menggelengkan kepalanya ketika kelima siswanya segera berlari menuju pintu keluar. Matanya membola ketika salah satu siswanya berjalan menghampiri dengan senyuman miliknya,

"Sampai ketemu besok, pak!" Seru Chan, lalu kembali berlari mengikuti langkah keempat temannya.

Minghao menatap yang lainnya dengan tatapan heran, "kita siapin semuanya hari ini kan?" Tanyanya memastikan. Ia segera meraih buku yang baru saja mereka curi dari perpustakaan siang tadi.

Mingyu menampilkan seringaiannya, "Berapa lama Pak Hong bisa bertahan disini?"

Chan segera mengeluarkan selembar uang kertas miliknya, "Dua hari"

"Satu minggu?" Ucap Hanni seraya ikut mengeluarkan selembaran uang kertas miliknya.

"Satu minggu lebih tiga hari" Lanjut Seokmin dengan tawa miliknya.

Mereka beralih menatap Minghao yang masih terfokus membaca buku kimia di genggamannya, "Boleh ikut tanpa uang?" Tanyanya membuat yang lainnya segera mendelikan mata.

Mingyu menerima semua uang yang digenggam oleh teman-temannya lalu menambahkan selembar uang di sana, "sampai besok." Ucapnya membuat yang lain segera bersorak terkejut.

Sorakan riuh milik kelimanya segera dihentikan akibat kehadiran dua figur lainnya disana. Yang bertubuh tinggi segera menyembunyikan uang taruhan milik keempatnya lalu tersenyum tipis ke arah kedua figur tersebut yang tengah menatap kelimanya tajam.

"Ada per-" Chan segera menutup mulutnya ketika salah satunya mengangkat tangannya mengisyaratkannya untuk tidak mengeluarkan sepatah katapun. 

Jeonghan berdiri menatap kelimanya bergantian, ia merogoh sakunya lalu memberikan selembar uang ke arah siswa yang diketahuinya sebagai pembuat onar.

"Hong Jisoo bertahan disini sampai ujian akhir sekolah." Ucapnya dingin lalu menaruh uang kertas itu di genggaman sang siswa.

Jeonghan sedikit menunggingkan senyumannya sebelum melanjutkan langkahnya untuk pergi menuju ruangan lainnya. Mingyu mendecih pelan, lalu mengalihkan pandangannya pada sosok guru lainnya di tempat tersebut,

"Saya gak akan ikut taruhan itu"

Seungcheol berjalan menghampiri Minghao lalu menatap buku yang disembunyikan dibelakang tubuh siswanya tersebut, "Anak kelas 12C dilarang masuk ke perpustakaan. Kenapa bahan ajar itu ada di-"

"Kalau gitu kenapa kita gak dapet hak belajar yang sama?" Ujar Minghao menimpali

"Memangnya kamu melakukan kewajiban yang sama? Seungcheol dan Keluarganya selalu bayar administrasi sekolah, kamu? Jeonghan selalu berhasil mendapat gelar di setiap perlombaan, kamu? Kamu cuman anak pinggiran yang dapet kesempatan untuk sekolah di Effergrin Hong Jisoo. Kalau bukan karena pemerintah, orang-orang pinggiran gak mungkin bisa lanjut sekolah"

"Saya bisa buktiin kalau saya punya prestasi yang jauh lebih baik dibandingkan Seungcheol. Mungkin gak sebaik penguasaan Jeonghan tapi saya tau saya bisa."

"Oke, saya tunggu pembuktian omong kosong kamu di hari kelulusan nanti"

Choi Seungcheol kini kembali mematung, pertanyaan yang terlontar dari sang siswa membuat sebuah memori kembali terputar di kepalanya. Diawali dengan si Hong yang menuntut haknya, dilanjut dengan sang guru yang meremehkannya, dan berakhir dengan munculnya rasa takut dalam diri seorang siswa yang bersembunyi dibalik sebuah dinding akibat mendengarkan percakapan tersebut.

Siswa yang tidak lain adalah dirinya sendiri. 

Siswa payah yang hanya bermodalkan uang.

Rasa bersalah kembali mencuat di dalam dirinya, apakah ia berhak untuk merebutkan kesuksesan disaat ia curang di masa lalu. Ia menjegal kaki kedua temannya disaat mereka tengah berusaha mengejar garis akhir.

Wild Flower [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang