04. Teamwork

54 11 4
                                    

Seungcheol mendesah pelan ketika dering telepon kembali terdengar pada ponselnya. Ia menatap kedua temannya yang sudah bercucuran keringat akibat membantunya di tengah siang terik.

Jeonghan merobek kertas terakhir yang tertempel di tiang listrik jalanan tersebut. Ketiganya tak habis pikir dengan tingkah usil yang menargetkan salah satu dari mereka saat ini. Bagaimana tidak? terdapat puluhan kertas yang tertempel di sepanjang jalan yang menawarkan sebuah pelayanan pijat gratis dan tertera begitu jelas nomor milik sang tertua.

"Maaf, pak. Tapi saya gak ngebuka pelayanan pijat gratis" Ujar Seungcheol lalu menutup panggilan tersebut.

Ia menatap kearah kedua temannya yang tengah terkekeh pelan sedikit merasa terhibur akan hal tersebut.

Seungcheol mendongak dengan keringat yang bercucuran dari pelipis miliknya. Di atas sana terdapat Jeonghan serta Jisoo yang tengah tertawa terbahak-bahak menatapnya yang tengah menerima sanksi dikarenakan keterlambatan.

Jeonghan yang menunjuk ke arahnya, Jisoo yang memegangi perutnya akibat keram.

"Berangkat lebih pagi lagi Choi! Atau kau akan berakhir seperti itu lagi" Teriak Jeonghan mengejek.

Seungcheol mendengus tak suka namun tak butuh waktu lama agar semesta kembali berpihak padanya. Kini jarinya terangkat untuk menunjuk ke arah keduanya, sementara tangan lainnya memegangi perutnya yang keram akibat tawanya. Telinga keduanya menjadi korban tarikan kuat dari sang guru, "Yoon?! Hong?! Saya rasa sekarang bukan jam untuk menonton hiburan"

"Awhs! maaf pak!"

"Sekarang dibanding kalian menganggu yang lain, turun ke lapangan. lari."

Keduanya sama-sama membulatkan matanya terkejut, Seungcheol bertumpu pada kedua lutut dengan tawa lepasnya.

"Choi! saya kira hukumannya belum selesai?"

Tawa lepas itu seketika terhenti dan terkonversi menjadi wajah cemas. Saat sang pengajar berjalan menjauhi ketiganya, tiga pasang manik mata itu hanya saling melemparkan pandangan sebelum pada akhirnya tertawa lepas bersamaan.

Tawa ketiganya terhenti, Jeonghan mengusap peluh yang menetes perlahan dari pelipisnya lalu mendongak menatap ke arah rintikan hujan yang perlahan membasahi pakaian ketiganya.

"Dulu siapa yang berani? sekarang banyak yang berubah dari tempat ini"

"Lebih buruk." Lanjut Seungcheol lalu meremas poster-poster yang baru saja dicabutnya.

"Kenapa?"

Keduanya berdehem lalu menatap yang satunya heran, "Apa yang berubah? Kenapa jadi lebih buruk?"

Jeonghan menghela nafasnya seraya menjulurkan tangannya untuk menampung air hujan yang mulai turun lebih deras, "Hong, dulu seorang guru layaknya tuhan di tempat ini."

"Siswa sekarang kehilangan moral" Seungcheol menimpali

Jisoo tersenyum tipis lalu berdiri dari tempatnya, "Berubah? Apa yang berubah. Semuanya sama. sebagai siswa kelas 12c dan pengajar kelas 12c, semuannya sama sejak sepuluh tahun yang lalu. bahkan sampai saat ini aku tidak tau apa rasanya dihargai"

"Bagiku tempat ini sama."

"Tapi- untuk apa terus menunggu pelangi setelah hujan? kenapa tidak nikmati saja hujannya selama masih turun?"

Jisoo kembali menunggingkan senyumannya sebelum berjalan pergi meninggalkan keduanya yang masih termenung di sisi jalanan.

Jeonghan sedikit mendecak, "Sampai kapan dia seperti itu? Siswa-siswanya bahkan tak memiliki akal dan hati nurani. Dulu dia memang lemah karena dia adalah seorang siswa. Kenapa sekarang ia tidak melawan?"

Wild Flower [SVT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang