03 || Weekend

19.7K 2.1K 212
                                    

Jangan lupa vomen yang banyak ya guys. Spam boleh asal sesuai isi cerita yaa💚
.
.
.

Malam itu, suasana di ruang keluarga Bratadikara terasa hangat dan penuh kebersamaan. Pak Brata bergabung dengan kedua putranya, Naka dan Raka, di ruang keluarga. Kedua putranya itu terlihat fokus menonton serial drama di televisi yang tersambung dengan ponsel Naka. Dalam keheningan malam, suara dialog dari drama itu mengisi ruangan.

Pak Brata duduk tanpa suara di sofa yang berbeda dengan Naka yang berbaring dengan beberapa bantal sofa yang ditumpuk sebagai sandaran kepalanya, sementara Raka duduk di karpet tepat di depan Naka sembari memeluk setoples keripik yang dibeli Sakala beberapa hari sebelumnya. Sesekali tangan Naka ikut menguras isi toples tersebut.

Pak Brata memperhatikan ekspresi anak-anaknya yang terbawa dalam alur cerita yang sedang mereka tonton. Senyuman kecil terukir di wajahnya melihat kekompakan mereka berdua.

Naka memegang ponselnya dengan teliti, mengontrol perangkat televisi agar drama yang mereka tonton tetap lancar. Sementara Raka terlihat begitu terikat dengan cerita yang sedang berlangsung, matanya tak lepas dari layar televisi.

Raka memiringkan kepalanya sedikit, matanya tertuju pada layar televisi yang menampilkan adegan penting dalam drama yang mereka tonton. "Eh, Mas. Itu siapa? Kok tiba-tiba jadi musuhnya tokoh utama?"

Naka menghela napas dengan pelan, lalu mencoba menjelaskan alur ceritanya. "Jadi, dia itu karakter baru yang muncul di episode terakhir. Dia punya dendam sama si tokoh utama karena—"

"Kenapa dia dendam?" potong Raka, wajahnya penuh dengan rasa ingin tau.

Naka mencoba memberikan penjelasan, "Dia dendam karena dulu tokoh utamanya tanpa sengaja jadi penyebab kecelakaan yang merenggut nyawa adiknya."

"Oh, gitu," sahut Raka seraya mengangguk. "Terus, gimana dia balas dendamnya?"

Naka memutuskan menjelaskan lebih detail, meskipun rasa kesalnya mulai terlihat. "Dia nyoba buat ngerusak reputasi tokoh utama, nyiptain konflik di antara temen-temennya tokoh utama, dan—"

"Tapi kenapa dia nggak bicara baik-baik sama tokoh utama aja? Kan lebih bagus ngomongin masalahnya," Raka kembali menyela.

Naka merasa kesabaran mulai menipis. "Raka, dia itu karakter fiksi dalam drama. Itu skenario yang ditulis sama penulisnya. Kita nggak bisa request alur cerita."

Raka mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ya udah, tapi kan seru kalau ceritanya nggak terlalu rumit. Gue suka cerita yang simpel aja."

Naka mencoba menahan rasa kesalnya, lalu berkata dengan suara agak terdengar tertekan, "Setiap orang punya selera cerita yang beda, Raka. Kita nggak bisa ngubah selera penonton, kalo nggak mau nonton, lo merem aja."

Raka memandang Naka sebentar, kemudian berpaling lagi dengan muka cemberutnya, lalu keduanya kembali fokus pada layar TV. Di tempat duduknya, Pak Brata hanya bisa tersenyum melihat interaksi antara kedua putranya.

"Udah makan, Pak?" tanya Naka menoleh pada Pak Brata. Pria itu menggeleng.

"Kenapa?"

"Nunggu masmu dulu," jawab Pak Brata dengan senyum lembut.

"Pak, nungguin mas Saka itu ibaratnya kayak nunggu kurir paket yang dari pagi notifnya udah 'paket sedang diantar' tapi ternyata datengnya besok sore. Percuma nunggu mas Saka. Paling cepet pulangnya ntar tengah malem pas udah masuk jam operasionalnya tante kun di pohon asem depan gang," jelas Raka dengan nada santai.

Naka melirik Raka, yang tanpa ragu memberi analogi kocak tentang menunggu Saka. Naka mengangguk setuju sambil menambahkan, "Makan dulu aja, Pak. Mas Saka udah Naka sisihin lauk kok."

Geng Bratadikara (MASA PRE-ORDER) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang