12 || Pengakuan

12.3K 1.3K 163
                                    

Halo, terimakasih kamu masih bertahan sampai chapter ini. Sampai ending book nanti aku bakal terus berharap dapat feedback dalam bentuk vote & komentar dari kalian guys, meskipun tulisan aku masih amburadul 🙏.
Seenggaknya ada motivasi buat lanjutin ide yang suka datang dan pergi sesuka hati ini.
🥲😭💚
.
.
.

Setelah bel pulang berbunyi, Raka dan Cello melangkah keluar dari gedung sekolah bersama-sama. Udara sore yang sejuk menyapa mereka. Namun, hoodie abu-abu Raka sudah melekat erat di tubuhnya, melindunginya dari angin sepoi-sepoi. Sambil berjalan, mereka asyik mengobrol tentang pelajaran terakhir dan rencana untuk akhir pekan, meski nyatanya mereka baru masuk hari pertama dalam sepekan alias masih hari senin.

Tiba-tiba, Cello menangkap sesuatu yang menarik pandangannya. Ia menghentikan langkahnya, membuat Raka juga berhenti.

Raka langsung menoleh padanya, "Kenapa? Ada yang ketinggalan di kelas?"

"Bukan~," Cello menjawab sambil memalingkan wajah Raka untuk melihat apa yang ia lihat. "Si Sherina tuh. Yang sama dia itu si anak pindahan bukan sih?"

Cello menoleh pada Raka. "Dia anggota club futsal, kan?"

Raka tak bersuara. Tatapan matanya terkunci pada dua insan di halaman sekolah. Mereka jelas menjadi pusat perhatian.

Di tengah keriuhan rendah di halaman sekolah, Sherina terlihat cemas di saat Panji mulai berlutut di depannya, seolah tahu apa yang akan dilakukan pemuda itu.

"Waduh, dia mau ngapain tuh? Nembak Sherina lagi? Bukannya dia sempat ditolak, ya, kemarin?" celetuk Cello tanpa sadar membuat Raka semakin tidak nyaman.

Sherina terlihat berusaha meminta Panji untuk berdiri, tetapi pemuda itu tak peduli. Tanpa diduga, temannya tiba-tiba menghampiri mereka dengan buket bunga yang cantik. Panji mengulurkan bunga itu pada Sherina, wajahnya penuh dengan keberanian yang menggetarkan hati.

"Sher, kita emang baru kenal beberapa hari, tapi perasaan gue buat lo nggak bisa gue pendam lagi," ujar Panji, suaranya tegas namun penuh kerendahan hati.

Di tempatnya, Raka membuang muka. Gelisah menghampirinya, karena ia tahu apa yang akan diucapkan oleh Panji selanjutnya.

"Lo mau gak, jadi pacar gue?" tanya Panji pada Sherina.

Gadis itu membeku, kontras dengan riuhnya sorakan di sekitar mereka.

"Wahh, ada yang nyalinya gede, ya!" seru Cello tiba-tiba, mengundang perhatian dari mereka. Di sampingnya, Raka hanya menggeleng, tetapi dalam hatinya, ia merasakan campuran antara kebingungan dan ketidaknyamanan, tak tahu apa yang seharusnya ia rasakan di tengah drama cinta di hadapannya.

Sherina dan Raka bertatapan dalam sekejap sebelum akhirnya Raka memilih memalingkan wajahnya. Saat adik Sakala itu hendak melenggang pergi, gadis bersurai panjang itu dengan berani memanggilnya.

"Raka!"

Pemuda jangkung itu langsung terhenti, keheranan tergambar di wajahnya ketika dia menoleh bersamaan dengan Sherina yang menghampirinya. Dengan tangan yang memegang erat lengannya, Sherina menarik dirinya ke tengah halaman sekolah.

"Hmm?" Raka hanya menaikkan alis dengan senyum tipis di saat Sherina melihat ke arahnya, masih dengan posisi tangan yang sama.

Di antara keramaian halaman sekolah, suasana terasa tegang. Panji, yang sebelumnya begitu yakin dengan tindakannya, kini terdiam, melihat pertukaran tatapan antara Raka dan Sherina.

"Panji, gue udah bilang, kan? Gue itu punya pacar," ungkap Sherina. Ia menoleh pada Raka untuk kedua kalinya, matanya seolah meminta bantuan.

Raka yang menyadarinya, dengan percaya diri, ia menimpali sembari menatap Panji yang mulai berdiri. "Sherina itu pacar gue. Sesulit itu, ya, buat percaya?"

Geng Bratadikara (MASA PRE-ORDER) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang