33 || Kegelisahan Saudara

8.1K 1.2K 646
                                    

Kalo kamu suka ceritanya jangan lupa vote dan komentar yaa. Yuk bisa yuk 1K vote & 600 komen aja✨ kita sama-sama ngasih feedback. Aku semangat nulis dan kalian juga gak harus nunggu lama 💞
.
.

Saka duduk di sofa ruang keluarga yang nyaman dalam balutan kaos putih dan celana jeans yang robek dibagian lututnya. Rambutnya yang hitam menutupi sebagian wajahnya. Di tangan, ia memegang ponsel, sepertinya sedang memeriksa sesuatu dengan serius. Dengan satu kaki terangkat ke meja dan bantal berwarna kuning pucat yang setia menopang tubuhnya, Saka tampak tenggelam dalam pikirannya, sesekali menggigit jari, entah mencoba memecahkan masalah atau hanya sekadar melamun. Di meja yang ia jadikan pijakan satu kakinya, terdapat laptop yang menyala dan tumpukan kertas yang cukup tebal di sampingnya, pun secangkir kopi yang tak lagi panas.

Di sofa yang sama, Naka terbaring dengan santai. Masih mengenakan kaus hitam longgar dan celana training dengan garis putih di samping. Posisi tidurnya terlihat sangat nyaman dan lepas dari segala beban. Wajahnya tertutup sebagian oleh rambut hitamnya yang berantakan. Kaki kanannya sedikit ditekuk, sementara kaki kirinya menimpa paha sang kakak.

Dari arah tangga, Raka muncul dengan wajah segar dan penuh semangat. Siswa SMA itu sudah rapi dengan seragam abu-abu putihnya yang bersih dan disetrika dengan rapi. Dasi berwarna senada terikat sempurna di lehernya.

"Mas, Mas Naka kenapa?" tanya Raka dengan nada cemas, sembari menyapu rambutnya yang sedikit berantakan setelah menuruni tangga.

Saka melirik sekilas ke arah Naka, wajahnya masih tampak begitu tenang, seolah dunia luar tidak pernah mengganggunya. "Tidur," jawab Saka dengan suara datar.

Raka mengerutkan kening. "Kenapa tidur?"

Saka menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Ya karena ngantuk, Raka," katanya sambil mengangkat bahu, seperti itu adalah hal yang paling wajar di dunia. Dia kemudian menatap kembali layar ponselnya.

"Maksud gue kenapa tidur jam segini, nggak kuliah? Ini Senin loh, minggunya udah kemarin," tanya Raka, bingung sambil melirik jam di pergelangan tangannya, memastikan dirinya tidak salah hari.

"Dia kelas agak siang katanya," jawab Saka.

"Terus Mas sendiri? Tumben belum berangkat."

"Bentar, masih benerin tugas, sambil nungguin Pram yang masih sarapan di rumahnya," jawab Saka tanpa mengangkat pandangan dari ponselnya, jari-jarinya sibuk mengetik.

"Oooo."

"Sarapan gih, Mas bikin nasi goreng tadi, hari ini upacara kan? Nggak lucu kalo lo pingsan," kata Saka.

"Mas nggak sarapan?"

"Udah," jawab Saka seraya menunjuk secangkir kopi di atas meja.

"Sarapan nasi, Mas, bukan kopi."

"Udah coba tadi, tapi rasanya mau muntah, jadi Mas bikin kopi aja."

"Asam lambung naik ya?" tanya Raka seraya berjalan menuju dapur.

"Mungkin. Bapak kok belum keluar kamar?"

"Bapak di sini," sahut Pak Brata yang disusul suara gebrakan pelan dari pintu.

Saka otomatis menoleh. "Sarapan dulu, Pak. Saka bikin nasi goreng tadi."

"Iya. Kamu dari subuh tadi di situ, Mas?" tanya Bapak.

"Iya," jawab Saka singkat, senyum kecil menghiasi wajahnya, sementara Raka mulai menyantap nasi goreng di meja makan dengan tenang.

"Terus adekmu itu?"

"Dia semalem tidur di kamar Saka, terus abis subuh tadi ikut di sini juga."

"Walah, ada apa nih? Naka kayaknya lagi nempel banget sama kamu, Mas," celetuk Pak Brata dengan nada menggoda, sambil kini duduk bersama Raka di meja makan. Senyumnya lebar, mencoba mencairkan suasana pagi yang tenang.

Geng Bratadikara (MASA PRE-ORDER) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang