1. Bertemu Tiran

5 1 0
                                    

Pada zaman ini, anak - anak yang bisa bersekolah di sekolah sihir hanyalah anak - anak dari bangsawan tingkat tinggi. Namun karena orang tua Nala memiliki bisnis tambang emas dan sangat kaya raya, dia bisa bersekolah di sekolah sihir itu. Saat itu Nala sudah berada di tingkat ke 2. Dia berada di level satu tingkat di bawah Putra Mahkota.

"Nala!"

Seorang gadis berlari menghampiri Nala.

"Katanya kamu sudah sembuh ya?" Tanya gadis itu.
"Itu benar, tapi maaf aku kehilangan ingatan ku. Kamu siapa yah?"
"Apa? Kamu melupakan aku?"

Gadis itu terlihat sangat kecewa. Kemudian dia menceritakan bahwa dia adalah Risa, sahabat Nala di sekolah.

"Oh, maaf aku tidak ingat, tapi aku akan berusaha menjadi teman yang baik", ucap Nala.

Tidak lama kemudian, Gong telah dibunyikan oleh penjaga sekolah, pertanda bahwa kelas akan segera di mulai. Nala dan Risa segera pergi ke kelas mereka. Namun ia tidak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh, maaf. Saya tidak sengaja".

Perlahan Nala mengangkat wajahnya untuk melihat wajah orang yang dia tabrak.

"Hei, beraninya kau menabrak Yang Mulia Putra Mahkota", ucap seseorang dibelakang pria yang ditabrak oleh Nala.

Nala sejenak berpikir dan akhirnya dia menyadari bahwa orang yang dia tabrak adalah Pangeran Bandung Bondowoso yang merupakan Putra Mahkota Kerajaan Pengging.

"Oh, my gawd!! Bisa - bisa aku di sihir jadi patung karena menabrak Bandung Bondowo", ucap Nala di dalam hatinya.

Namun balasan Bandung Bondowoso malah mengejutkannya.

"Apakah kau sudah sembuh? Saya dengar kau kehilangan ingatan mu". Tanya Sang Putra Mahkota.
" W ... What? "

Nala sangat terkejut karena selama ini dia berpikir bahwa tidak mungkin seorang Putra Mahkota akan mengenali Putri seorang bangsawan rendahan seperti dirinya. Dengan pertanyaan yang baru saja diucapkan Sang Pangeran membuat Nala menjadi sedikit ketakutan.

"Saya sekarang sudah sehat, Yang Mulia. Terima kasih anda telah menanyakan kondisi saya",  ucap Nala.
"Baik lah, istirahat yang cukup. Jangan datang ke sekolah jika kamu masih sakit".
"Baik, Yang Mulia. Kalau begitu saya pamit untuk pergi ke kelas".

Nala pun segera menarik tangan Risa. Ia berjalan dengan sangat cepat. Sementara itu Bandung Bondowoso hanya tersenyum ke arah Nala yang baru saja meninggalkan nya.

****

Nala sudah berada di kelas. Seorang guru laki - laki yang sudah paruh baya menjelaskan bagaimana caranya menggunakan sihir untuk memindahkan barang. Tetapi sayangnya hari itu Nala tidak fokus pada pelajarannya, ia terus mengingat wajah Bandung Bondowoso yang cukup tampan.

"Huh, tidak ku sangka dia sangat tampan. Bagaimana bisa dia menjadi Pangeran yang kejam dan mengutuk Putri Roro Jongrang menjadi batu. Tapi aku harus tetap waspada", ucap Nala di dalam hatinya.

Tidak disangka guru mereka menyadari bahwa Nala tidak fokus pada pelajarannya kali itu. Akhirnya Nala pun harus menerima hukuman. Nala harus mempraktikan ilmu sihirnya di depan kelas. Jika Nala gagal, ia akan dihukum untuk membersihkan kelas setelah selesai pelajaran

Nala pun terpaksa maju ke depan kelas. Hatinya sangat kacau. Ia takut jika sihirnya akan gagal. Di abad 21 dirinya hanyalah seorang mahasiswa biasa. Ia tidak mungkin bisa menggunakan sihir.

"Ayo Nala, tunjukan sihir mu" Ucap Guru itu.

Nala pun mulai membaca mantera yang ia ingat samar - samar saat guru menjelaskan nya. Nala mulai menggerakkan tangannya, tidak lama kemudian muncul api berwarna biru ditangannya. Ia mengarahkan api itu pada sebuah benda yang akan ia pindahkan. Percobaan sihir pun berhasil dilakukan. Teman - teman sekelas Nala pun memberikan tepuk tangan.

Nala sangat tidak percaya dengan yang baru saja ia lakukan. Ia sungguh tidak pernah mempelajari sihir di kehidupannya yang asli, tetapi kali ini dia berhasil melakukannya.

"Mungkin ini kekuatan Nala yang asli" Ucap di dalam hatinya.

Karena Nala berhasil mempraktikkan sihir memindahkan barang, ia pun telah dibebaskan dari hukumannya. Kini Nala dapat merasa lega. Kini guru dan para murid melanjutkan pelajaran mereka.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya. Bel tanda waktu istirahat pun telah dibunyikan. Semua murid keluar dari kelas mereka, dan pergi menuju kantin sekolah. Di perjalanan menuju kantin, Nala melihat Bandung Bondowoso yang sedang bermain panah sambil berkuda. Ia terlihat sangat gagah.

"Oh em ji! Benar - benar tampan! Bisa kah aku memiliki nya", gumam Nala di dalam hatinya.

Saat ia sedang melamun sendirian sambil menatap sang Putra Mahkota dengan tatapan kosong, tidak sengaja Sang Putra Mahkota menembakkan panah nya ke arah Nala.

"Awas!" Teriak orang - orang yang melihat panah itu melayang ke arah Nala.

Namun Nala hanya terdiam. Ia terlalu terkejut dengan kejadian itu. Bandung Bondowoso segera melompat dari kudanya dan terbang ke arah Nala. Ia menarik tangan Nala untuk menghindari panah itu, lalu memeluk Nala.

Semua yang melihat menjadi sangat terkejut. Bandung Bondowoso terkenal sebagai Putra Mahkota anti wanita. Jangankan bersentuhan secara sengaja, bahkan ia pernah menyihir seorang wanita yang tidak sengaja menyentuh tubuhnya. Namun kali ini, Putra dan Putri para bangsawan itu menyaksikan secara langsung bahwa Sang Pangeran secara nyata memeluk seorang gadis yang merupakan bangsawan tingkat rendah.

"Apa kau baik - baik saja? Apa ada yang terluka?" Tanya Sang Putra Mahkota.

Namun Nala masih terdiam karena ia begitu terkejut. Nala hanya memandangi wajah Bandung Bondowoso dengan terdiam. Lalu Bandung Bondowoso tersenyum.

"Syukurlah sepertinya kau baik - baik saja"

Nala tidak menjawab sama sekali, ia terus mematung.

"Nona, sepertinya anda menginjak kaki saya"
"What??"

Nala akhirnya tersadar. Ia telah sadar bahwa pria di hadapannya adalah seorang tiran yang sangat ahli dalam sihir. Nala sangat ketakutan, ia pun segera bersujud dihadapan Putra Mahkota dan memohon ampun.

"Ampun Gusti, saya tidak sengaja, saya pantas mati", ucap Nala.

Namun Sang pangeran malah meraih tangannya dan meminta Nala untuk bangun.

" jangan katakan mati, itu adalah hal yang paling aku benci", ucap Bandung Bondowoso.
"Ampun gusti, saya salah bicara lagi"
"Tidak, pokoknya jangan bilang mati. Aku benci jika harus kehilangan mu untuk kedua kalinya".

Bandung Bondowoso mengusap pundak Nala untuk menenangkannya. Lalu ia pergi meninggalkan Nala. Sementara itu Nala masih diam mematung.

Dari kejauhan Risa berlari ditengah keramaian untuk menghampiri Nala. Kemudian Risa mengajak Nala untuk segera pergi.

"Nala, ayo kita pergi! Semua orang memperhatikan kamu", ucap Risa.
" Hah, semua orang? "

Lalu Nala menoleh dan melihat ke sekitar, ia baru menyadari jika ia sedang menjadi tontonan para siswa.

"Oh my god"

Nala dan Risa pun segera pergi meninggalkan keramaian itu. Mereka pergi menuju kantin sekolah.

Sesampainya di kantin sekolah, seorang Putri Gubernur bernama Kemala menghampirinya.

"Hei wanita murahan, beraninya kau menggoda tunangan ku!" Ucap Kemala.

One Night with My Villain PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang