11. Kakak vs Kekasih

0 0 0
                                    

"Apa? Ini tidak bisa, Yang Mulia" Teriak Nala.
"Tetapi kau sudah menandatangani kontraknya, dan kontrak ini dibuat dengan sihir, jika aku tidak tidur di tenda mu, kau akan kesakitan"
"Sial, aku tidak membaca isi kontraknya dan langsung menandatanganinya".

Putra Mahkota tersenyum dengan puas karena telah berhasil mengikat Nala dengan kontrak sihir.

Sementara itu di tenda tentara, Aryo merasa khawatir dengan adiknya yang belakangan ini selalu digoda oleh Putra Mahkota. Ia benar-benar tidak bisa meninggalkan adiknya sendirian. Ia pun segera keluar dari tenda miliknya dan pergi menuju area penyihir untuk memeriksa keadaan Nala. Sesampainya disana, Aryo melihat keributan yang terjadi di depan tenda Nala.

Aryo bergegas menghampiri tenda milik adik perempuannya itu dan memeriksa apa yang terjadi sehingga banyak pelayan yang berkumpul di depan tenda Nala.

"Ada apa ini?" Tanya Aryo pada pelayan yang berada di depan tenda Nala.
"Anu, Tuan Senopati, Putra Mahkota ingin pindah ke tenda Nona", jelas seorang pelayan perempuan.
"APA????"

Aryo sangat terkejut mendengarnya. Ia segera masuk ke dalam tenda Nala.

"Yang Mulia, apa yang sedang anda lakukan disini?" Tanya Aryo dengan tatapan tajamnya.

Putra Mahkota meminta Aryo untuk tidak ikut campur, karena diantara Nala dan Putra Mahkota ada perjanjian, dan perjanjian itu sudah disegel dengan sihir, hanya Putra Mahkota yang bisa membatalkan perjanjiannya.

"Apa - apaan ini? Yang Mulia pasti menjebak adik ku yang polos ini".

Aryo langsung menarik kertas kontrak yang dipegang oleh Putra Mahkota. Ia membacanya dengan seksama.

"Tunggu dulu, di kontrak hanya tertulis bahwa Yang Mulia akan tidur di tenda Nala, tetapi tidak ada klausul kontrak yang menyebutkan bahwa anda akan tidur berdua saja dengan Nala disini. Jadi!!!!"

Aryo mengangkat alisnya sepertinya dia memiliki niat bagus untuk menghalangi Putra Mahkota.

"Jadi apa?" Tanya Putra Mahkota.
"Jadi saya juga akan tidur disini! Saya akan melindungi Nala dari lelaki buaya darat seperti anda!" Tegas Aryo
"Wah, ide bagus kak" Teriak Nala yang kali ini sungguh berterima kasih pada kakak laki-laki nya itu.
"Tunggu, mana bisa seperti itu" Putra Mahkota masih tidak puas.

Putra Mahkota masih tidak bisa menerima bahwa mereka akan tidur bertiga di tenda Nala. Tetapi Nala menyetujui ide Aryo. Lagipula Nala tidak membaca dengan benar isi kontraknya, ia juga tidak bersedia jika harus tidur berdua saja dengan Putra Mahkota.

Melihat Nala yang kali ini berada di pihak Aryo, membuat Aryo merasa menang. Ia pun menunjukkan ekspresi kemenangan nya pada Putra Mahkota, dan itu membuat Putra Mahkota semakin kesal.

Nala pun segera mencairkan suasana dengan mengajak kakak laki-lakinya dan juga Putra Mahkota untuk segera tidur. Awalnya, posisi tidur Nala ada ditengah mereka, lantas Aryo membayangkan jika dimalam hari ada kejadian yang merugikan adik perempuan nya. Ia pun berpindah ke tengah dan menggeser Nala tanpa sepengetahuan Putra Mahkota.

Di malam hari ketika Nala dan Aryo sudah tertidur pulas, Putra Mahkota terbangun. Ia berpikir bahwa ini saatnya untuk mengambil kesempatan agar ia bisa memeluk Nala. Namun ketika dia memeluk tubuh orang yang berada disampingnya, ia menyadari sesuatu yang aneh.

"Kenapa tubuh wanita ku menjadi sangat keras", ucap Sang Pangeran di dalam hatinya.

Putra Mahkota mulai meraba bagian dada, ternyata dada yang ia raba sangat keras. Ia pun mulai sadar bahwa itu adalah tubuh Aryo. Ia pun sangat kesal.

"Sial!! Aryo si pengganggu!"

Putra Mahkota bangun lalu pindah ke samping Nala, ia akhirnya bisa tidur sambil memeluk Nala.

Keesokan paginya Nala bangun paling awal. Ia tersadar bahwa Putra Mahkota tidur sambil memeluknya. Ia menyingkirkan tangan Putra Mahkota secara perlahan, lalu segera kabur dari tenda.

"Haduh, kedua pria itu benar-benar menyusahkan ku, tidak bisa kah mereka akur sebentar saja", ucap Nala sambil berjalan menuju dapur untuk pergi mengambil sarapan.

Sementara itu Putra Mahkota dan Aryo masih tertidur pulas, bahkan Putra Mahkota tidak sadar jika Nala sudah bangun dan pergi dari tenda itu. Putra Mahkota memeluk Aryo, dan tidak disangka Aryo membalas pelukannya.

Tidak lama kemudian Nala datang bersama pelayan yang akan menyiapkan sarapan untuk mereka. Nala dan pelayan itu tidak kuasa menahan tawa karena melihat Aryo dan Putra Mahkota saling berpelukan.

Suara Nala dan pelayan yang sedang menyiapkan sarapan terdengar oleh Putra Mahkota, ia pun terbangun. Melihat Nala yang ada dihadapannya membuat dia terkejut. Ia langsung menyingkirkan tubuhnya dari pelukan Aryo.

Mengetahui Putra Mahkota dan Aryo sudah bangun, Nala meminta mereka untuk duduk dan menikmati sarapan yang sudah ia siapkan. Namun sepanjang sarapan berlangsung Putra Mahkota hanya diam. Ia terus menekuk wajahnya, ia bahkan mengabaikan Nala yang mencoba berbasa-basi dengan nya.

"Yang Mulia, apakah sarapannya sesuai dengan selera anda?" Tanya Nala kepada Putra Mahkota.

Tetapi Putra Mahkota tidak menjawabnya. Ia segera menyudahi sarapannya, lalu kembali ke tenda miliknya. Nala mulai merasa cemas, ia bertanya pendapat Aryo, namun Aryo meminta Nala untuk mengabaikannya.

Hari terus berlalu dan Putra Mahkota sama sekali tidak muncul dihadapan Nala. Bahkan ketika Nala pergi ke tempat latihan para Prajurit, ia tidak menemukan Putra Mahkota. Akhirnya, Nala kembali ke tempat latihan para penyihir.

Ketika ia sedang berlatih sihir, tiba-tiba terdengar bunyi alarm pertanda pasukan musuh memasuki wilayah perbatasan. Suara hentakan kaki prajurit yang berlari kesana kemari mulai terdengar.

"Ayo bersiap, kita harus menggunakan sihir untuk mengalihkan perhatian musuh", tegas kepala penyihir.

Nala dan 3 temannya yang merupakan sesama penyihir pergi berlari. Mereka berpencar untuk menyebarkan sihir pengalihan agar tentara musuh terkecoh saat tiba di perbatasan.

Sementara para tentara perbatasan berjuang di depan untuk menahan tentara musuh, para penyihir mulai melancarkan aksinya. Penggunaan sihir ini menjadi kurang efektif karena jarak penyihir dengan tentara musuh sangat jauh, akhirnya Nala berinisiatif untuk maju ke arah yang lebih dekat. Ia pun bersembunyi dibalik pohon dibelakang tentara perbatasan.

Namun tidak disangka salah seorang tentara musuh melihat Nala yang bersembunyi sambil memegang panah sihir. Meskipun tentara musuh tidak mengetahui bahwa Nala adalah penyihir. Ia menduga bahwa Nala adalah salah satu kesatria wanita yang mendukung tentara perbatasan Kerajaan Pengging dari belakang, tentara musuh itu akhirnya melapor pada Jendral perang Kerajaan Prambanan, dan Jenderal pun memerintahkan untuk memanah Nala.

Nala tidak sadar jika ia menjadi incaran musuh, ia tetap fokus pada pasukan musuh yang ia incar. Tidak lama kemudian panah ditembakan ke arah Nala. Tiba-tiba Putra Mahkota muncul dan melindungi Nala dengan tubuhnya. Panah itu menusuk perut Putra Mahkota.

Nala sangat terkejut, ia langsung menyihir Jendral Kerajaan Prambanan dan membuatnya tertidur. Pasukan tentara musuh yang panik akhirnya menarik pasukan mereka dan kembali ke wilayah mereka.

Sementara itu Putra Mahkota Bandung Bondowoso tidak sadarkan diri.

"Yang Mulia, ku mohon sadar lah".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Night with My Villain PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang