5. Penyihir berbakat

1 1 0
                                    

Nala berhasil melarikan diri dari cengkraman Putra Mahkota. Kali ini dia sudah berada di depan rumahnya. Saat ia tiba di rumahnya, semua penghuni rumah langsung menghampiri Nala. Sejak Nala tidak pulang tadi malam, kediaman keluarga Dierja sangat sibuk mencari nona mereka yang menghilang, namun hingga pagi hari, para prajurit kepala desa yang dipimpin oleh ayah Nala belum juga berhasil menemukan Nala, hingga akhirnya mereka bisa lega melihat Putri keluarga Dierja sudah kembali ke kediaman mereka.

"Putri ku, ayah sudah mencarimu sepanjang ibu kota tetapi tetap tidak bisa menemukan mu. Sebenarnya kemana kau pergi tadi malam?", tanya ayah Nala.
"Benar sayang, apa kamu di culik?" tanya ibu Nala.

Kakak laki - laki Nala juga tidak kalah panik nya dengan orang tua mereka.

"Jika ada orang yang berani mengganggu adik ku, akan ku bunuh dia!" Tegas tuan muda keluarga Dierja.

Nala mengela nafasnya. Meskipun ia sangat pusing karena dikelilingi oleh keluarganya tetapi ia merasa sedikit bahagia. Sebelumnya ketika dia menjadi Carissa, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang tulus seperti itu. Ayah ibu Carissa bercerai, lalu Kakak kandung Carissa pun tidak perduli padanya. Kali ini ia merasakan kasih sayang dari keluarga Nala. Ia sungguh berterima kasih kepada Tuhan.

Nala pun berusaha untuk menenangkan keluarganya.

"Ayah, ibu, dan kakak. Terima kasih atas kekhawatiran kalian. Aku sungguh-sungguh minta maaf karena tidak memberi kabar. Sebenarnya aku berkunjung ke Istana Putra Mahkota, tetapi aku ketiduran disana", jelas Nala.
" Benar kah? Apa Putra Mahkota tidak menyakitimu? Dia adalah pangeran paling kejam di negri ini", ucap Aryo yang merupakan kakak kandung Nala.
"Tidak, Putra Mahkota sangat baik, malah aku yang merepotkan dia".
"Baguslah kalau begitu, ayo masuk dan beristirahat lah", ajak Ayah Nala.

Sementara itu di Istana, Putra Mahkota pergi menghadiri rapat Istana yang dipimpin oleh Raja. Pada rapat itu, Patih Rohan melaporkan bahwa Kerajaan Prambanan telah menambah jumlah pasukan yang berjaga di perbatasan. Hal tersebut menjadi sangat menghawatirkan bagi Kerajaan Pengging karena Kerajaan Pengging memiliki wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan Kerajaan Prambanan.

"Jika kita tidak menambah pasukan, sewaktu-waktu kita bisa menerima serangan dari Prambanan", tegas Mahapatih.

Sementara itu Raja terlihat masih berpikir keputusan apa yang harus dia buat. Sebenarnya saat ini Kerajaan Pengging tidak memiliki cukup banyak tentara Kerajaan, sehingga sangat sulit bagi Raja untuk memutuskan menambah pasukan di perbatasan.

"Jumlah pasukan kita juga tidak banyak, jika menambah pasukan di perbatasan, itu akan mengurangi jumlah pasukan yang berjaga di ibu kota. Takutnya mereka sengaja agar kita lengah lalu menyerang ibu kota", ucap Raja.

Semua pejabat negara yang hadir saat itu pun tidak bisa mengelak pernyataan Raja. Karena pada kenyataannya Kerajaan Pengging memang tidak bisa menambah jumlah pasukan di Perbatasan.

Akhirnya, Raja bertanya pada Putra Mahkota mengenai pendapatnya.

"Tunggu sebentar, Putra Mahkota kita sudah pernah mengamati perbatasan, jadi apa usulan mu mengenai hal ini?" Tanya Raja.

Putra Mahkota yang sebelumnya duduk, kini ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke tengah - tengah para pejabat pemerintah.

"Kita memang tidak punya cukup pasukan untuk menambah penjagaan di Perbatasan, tetapi kita punya banyak penyihir berbakat. Menurut saya, bagaimana jika kita mengirim beberapa penyihir ke perbatasan untuk membantu pasukan kita?" Usul Putra Mahkota.

Terdengar suara gemuruh para pejabat yang saling berbisik untuk berdiskusi mengenai usul Putra Mahkota. Akhirnya, Mahapatih pun menyampaikan bahwa para pejabat setuju dengan usulan Putra Mahkota.

"Ide dari Yang Mulia Putra Mahkota merupakan ide yang bagus dan kami pikir bisa diterapkan, oleh karena itu, Mohon Yang Mulia Raja bisa menunjuk beberapa penyihir handal kerajaan ini untuk dikirim ke perbatasan", ucap Mahapatih.

Raja pun bertepuk tangan untuk mengapresiasi ide cemerlang yang diungkapkan oleh putranya. Ia langsung menunjuk Putra Mahkota sebagai ketua ekspedisi penyihir. Putra Mahkota diminta untuk mengumpulkan beberapa penyihir berbakat dan mengirim mereka ke perbatasan.

"Saya percayakan tugas ini kepada Putra Mahkota. Putra Mahkota akan bertanggung jawab dalam pemilihan penyihir berbakat", perintah Raja.
"Dengan senang hati saya menerima titah paduka", ucap Putra Mahkota sambil membungkuk seraya memberi hormat pada Raja.

Sementara itu semua pejabat juga turut serta memberi hormat pada Raja. Rapat hari ini pun telah selesai.

****

Ke esok anda harinya, audisi penyihir berbakat di sekolah sihir diumumkan. Semua murid sangat antusias saat membaca pengumuman yang tertempel di majalah dinding sekolah. Hanya Nala lah yang tidak tertarik dengan audisi itu.

"Nala, kita harus ikut audisi ini!" Teriak Risa.
"Kamu saja lah, aku tidak bisa jauh dari keluarga ku", ucap Nala.
" Tapi Nala, liat ini! Kalau kita mengikuti ekspedisi ini kita akan dibebaskan dari pembelajaran sekolah dan akan lulus tanpa ujian".
"APAAAAA?"

Nala sangat terkejut mendengarnya. Bagi Nala, ujian adalah hal yang paling menakutkan. Apalagi ujian universitas lah yang membuat dirinya yang dulu adalah Clara harus belajar keras hingga meninggal dan bermigrasi ke zaman ini sehingga ia masuk ke tubuh Nala.

"Luar biasa, ayo kita daftar" Ucap Nala dengan semangat.
"Nah, gitu dong".

Nala sangat antusias menyambut audisi. Selain bisa lulus tanpa ujian, dia berpikir bahwa ini juga cara yang tepat untuk menghindari Putra Mahkota.

"Raja tidak mungkin menyuruh putra satu - satunya untuk berada di garda depan medan perang, meskipun putra nya penyihir berbakat, tapi nyawa putranya pasti lebih penting", pikir Nala.

Nala tidak mengetahui jika sebenarnya Putra Mahkota lah yang akan memimpin ekspedisi ini. Mungkin dia akan sangat terkejut ketika mengetahui hal itu.

Putra Mahkota yang sedang berada di ruang panitia audisi, menerima pendaftaran Nala. Ia memegang kertas pendaftaran sambil tersenyum.

"Tulisannya buruk sekali, aku tidak bisa membacanya", ucap sang Putra Mahkota sambil tersenyum.
" Ya, Yang Mulia. Berikan pada saya, saya akan menyalin nya untuk anda", ucap rekan Putra Mahkota yang juga merupakan panitia audisi.

Rekan Putra Mahkota merasa sedikit aneh dengan sikap Putra Mahkota saat itu. Biasanya, jika dia menemukan tulisan yang jelek, ia akan langsung merobek-robek kertasnya. Namun berbeda dengan kali ini. Putra Mahkota malah tersenyum saat membaca tulisan itu.

"Mungkin Yang Mulia sudah berubah", ucap pria itu di dalam hatinya.

Tetapi ternyata ada lagi formulir pendaftaran yang diisi dengan tulisan yang buruk. Namun kali ini perlakuan Putra Mahkota berbeda. Dia terlihat sangat marah dan meminta rekan nya untuk membakar formulir pendaftaran itu.

"Saya tidak ingin melihat yang seperti itu lagi, tolong bakar itu", perintah Putra Mahkota.
"Baik, Yang Mulia".

Rekan Putra Mahkota pun menjadi sedikit kebingungan. Bagaimana bisa perilaku Putra Mahkota bisa berubah dalam hitungan menit. Tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain menuruti perintah Putra Mahkota.

One Night with My Villain PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang