8. Berkuda bersama Ayang

0 0 0
                                    

Keesokan harinya, adalah hari dimana hasil seleksi diumumkan. Pengumuman peserta yang terpilih akan diumumkan di lapangan sekolah. Hari itu juga akan dilaksanakan upacara penobatan 4 murid yang terpilih sebagai penyihir kerajaan, mereka akan bekerja dan mengabdi pada Raja dibawah bimbingan Putra Mahkota.

Semua murid sudah berkumpul dan 10 orang yang sudah mengikuti tes wawancara kini sudah berada di barisan paling depan. Panitia sudah membawa titah Raja dan memberikan nya kepada Kepala Sekolah untuk dibacakan.

Gong telah dibunyikan pertanda titah Raja akan segera dibacakan.

"Hari ini saya akan mengumumkan hasil seleksi Penyihir berbakat. 4 orang penyihir yang terpilih adalah.... "

Nala sangat gugup. Ia masih berharap jika rencananya untuk gagal akan berjalan dengan lancar. Namun tidak seperti Nala, Risa terlihat sangat bersemangat untuk mendengar hasil seleksi.

"Penyihir yang terpilih adalah Wisnu, Mahesa, Risa dan yang terakhir, Nala. Selamat kepada penyihir yang terpilih".

Risa sangat bahagia mendengarnya, ia melompat dan memeluk Nala. Sementara itu Nala hanya memasang wajah yang datar. Ia benar-benar merasa sial. Mulai besok hingga perang dengan Kerajaan Prambanan, ia harus berada di sisi Sang Putra Mahkota.

Tetapi Nala keras untuk mengingat cerita asli dari Legenda Roro Jongrang. Bahwa Pangeran Bandung Bondowoso akan jatuh cinta pada Putri Roro Jongrang dari Kerajaan Prambanan. Ia berpikir akan lebih baik jika Sang Pangeran bisa segera bertemu dengan Putri dari Kerajaan musuh itu agar Pangeran Bandung Bondowoso berhenti mengganggunya.

"Ya, aku harus menyusun strategi nya", ucap Nala di dalam hatinya.

Nala berpikir bahwa terpilihnya ia menjadi Penyihir berbakat bukan lah akhir dari segalanya, ia masih bisa menyusun rencana yang lainnya.

****

Satu minggu kemudian tiba lah hari dimana 4 orang penyihir terpilih akan diberangkatkan ke perbatasan antara Kerajaan Pengging dengan Kerajaan Prambanan. Para keluarga penyihir terpilih bersama dengan seluruh murid sekolah sihir berkumpul untuk melepas 4 orang penyihir itu. Tidak terkecuali keluarga Nala yang masih belum rela melepas putri satu - satunya mereka.

"Nak, tolong kirimi ayah surat setiap hari, kau harus melaporkan kondisi kesehatan mu setiap hari", ucap Ayah Nala.
"Ibu akan mengirimkan makanan seminggu sekali ke perbatasan", sambung Ibu Nala.
"Aku juga, aku akan menyusul mu jika sesuatu terjadi pada mu", ucap Aryo yang merupakan kakak laki - laki Nala.

Nala merasa sangat terharu dengan keluarganya yang begitu menyayanginya. Rasanya sangat berat bagi Nala untuk meninggalkan keluarganya hingga selesai tugasnya. Namun ia harus bertanggung jawab atas pilihannya demi lulus sekolah sihir tanpa ujian.

Kini saatnya para penyihir mengambil kuda masing - masing dan segera pergi menuju perbatasan. Karena perpisahan Nala dan keluarganya memakan waktu lama, akhirnya Nala menjadi yang paling terakhir datang ke barusan pasukan. Ketiga penyihir lainnya sudah mendapatkan kuda, sementara itu Nala masih mencari dimana Kuda miliknya.

"Aduh, padahal tadi disini, kok sekarang menghilang kuda nya".

Nala sangat kebingungan, ia bertanya pada ketiga temannya apakah mereka melihat Kuda milik Nala, tetapi mereka tidak melihatnya. Waktu keberangkatan sudah semakin dekat, tetapi Nala masih belum menemukan kudanya. Tidak lama kemudian Putra Mahkota datang dan menarik tangan Nala. Nala yang sedang dalam keadaan bingung tiba-tiba menjadi penurut.

Gong tanda keberangkatan para penyihir telah dibunyikan, tangis haru dan harapan keluarga mereka mengiringi perjalanan para penyihir. Keluarga Nala saling berpelukan karena terlalu sedih untuk berpisah dengan Nala. Nala yg menaiki kuda bersama dengan Putra Mahkota baru saja terlihat sehingga menjadi pusat perhatian. Aryo sangat terkejut melihat adiknya menunggang kuda bersama Putra Mahkota.

"Ayah, itu kan Nala kita. Kenapa dia bersama Putra Mahkota?" Kata Aryo sambil menunjukkan pada Ayahnya.
"Astaga, kenapa Putri ku berkuda bersama Pangeran Tiran itu?" Ayah Nala juga terkejut.
"Haduh, bagaimana ini suami ku jangan sampai Putri kita jadi incarannya" Ibu Nala terlihat sangat khawatir.

Sementara itu orang tua penyihir yang lainnya datang menghampiri keluarga Nala.

"Selamat ya Ki Demang, sepertinya anda akan jadi besan Raja"
"Hus! Jangan ngawur kamu, Putri saya masih kecil, belum waktunya untuk memilih pria" Tegas Ayah Nala.

Para bangsawan lain yang ada disana mendekati keluarga Nala, mereka semua menggoda keluarga Nala karena Putri keluarga Dierja menaiki kuda bersama Putra Mahkota. Sedangkan Putra Mahkota adalah sosok yang paling dihindari.

"Aduh suamiku, bagaimana ini. Putri kita satu-satunya dibawa Putra Mahkota".
"Kita pulang dulu ke rumah, mari kita diskusikan di rumah".

Sementara itu Nala masih tidak menyadari bahwa saat ini ia sangat dekat dengan Putra Mahkota. Nala masih memikirkan kemana perginya kuda miliknya. Putra Mahkota merasa kesal karena Nala sepertinya memikirkan hal lain. Ia berbisik ditelinga Nala.

"Sayang, apa yang sedang kau pikirkan dengan serius itu?" Bisik sang Pangeran dengan pelan.

Nala terkejut kemudian ia menoleh. Tidak disangka saat menoleh pipi Nala mengenai bibir Putra Mahkota.

"Aduh, maaf. Aku tidak sengaja" Ucap Nala yang terkejut.
"Sengaja juga tidak masalah".
" Yang Mulia, kenapa anda seperti ini?"
"Memangnya aku seperti apa?"

Nala berkata bahwa perilaku Putra Mahkota padanya sangat berbeda. Hal itu membuat Nala menjadi tidak nyaman. Dia ingin Putra Mahkota bersikap biasa saja seperti sikapnya pada penyihir lain, karena Nala takut kebaikan Putra Mahkota akan menimbulkan kecemburuan pada penyihir lain.

Namun Putra Mahkota berkata bahwa dia tidak bisa melakukannya karena Nala adalah orang yang mencuri malam pertamanya. Nala harus bertanggung jawab dan menikah dengannya.

"Bagaimana jika nanti anda bertemu dengan Putri dari Kerajaan Prambanan lalu jatuh cinta padanya, anda pasti akan menceraikan saya". Kata Nala.
"Itu tidak mungkin, mana mungkin aku tertarik dengan Putri dari musuh negara ku"
"Tapi bagaimana jika Putri itu sangat cantik?"
"Bagiku kau yang paling cantik".

Nala sedikit lelah setelah beradu argumen dengan Bandung Bondowoso. Ia pun akhirnya terdiam.

Tidak terasa waktu terus berlalu dan kini mereka sudah sampai di tengah hutan. Saat ini kuda yang ditaiki Putra Mahkota dan juga Nala, berhenti di padang rumput. Pemandangan matahari yang akan segera tenggelam terlihat sangat indah dari padang rumput itu.

"Wah indahnya", ucap Nala yang sedang mengagumi pemandangan.
" Apa kau menyukainya?" Tanya Putra Mahkota.
"Ya, pemandangan ini sangat indah".

Suasana berubah menjadi sangat romantis bagi mereka berdua.

Tidak lama kemudian, Nala menyadari bahwa tidak ada penyihir lain disekitarnya. Ini pasti ulah Putra Mahkota yang diam-diam  membelokkan arah ke padang rumput sehingga mereka terpisah dari rombongan. Namun kali ini Nala merasa terharu akan perjuangan sang Putra Mahkota. Tanpa sadar Nala berbalik dan menciun pipi sang Pangeran.

"Terima kasih Yang Mulia, ini sangat indah".

Putra Mahkota membalasnya dengan mencium bibir Nala.

Sementara itu keluarga Dierja yang baru saja tiba di kediaman mereka merasa sangat terkejut karena mereka melihat kuda Nala ada di depan pintu masuk kediaman mereka.

"Ini pasti ulah Putra Mahkota", ucap Ayah Nala.

One Night with My Villain PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang