Nala dengan semangat berlatih sihir setiap hari. Ia berlatih di taman belakang kediaman keluarga Dierja. Meskipun ia masih lemah dalam menguasai sihir, ia dengan gigih berlatih demi bisa lulus dari sekolah sihir tanpa ujian. Ayah, ibu, dan juga kakak laki - lakinya ikut menemani Nala berlatih. Ibu Nala sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk Nala. Sementara ayah dan kakak laki - lakinya sibuk berteriak menyemangati Nala. Ayah dan kakak laki - lakinya memang sangat berisik dan membuat Nala sakit kepala. Tetapi jika Nala mengingat kembali saat dirinya menjadi Carissa, tidak ada orang yang berteriak menyemangatinya seperti yang dilakukan oleh ayah Nala dan kakak laki - lakinya.
"Entah aku harus kesal atau bersyukur memiliki mereka", ucap Nala di dalam hatinya.
Setelah Nala selesai berlatih. Mereka sekeluarga langsung menikmati makanan yang sudah disediakan oleh Nyi Lara Ageng (ibu kandung Nala).
"Hwaa ini enak sekali", ucap Aryo (Kakak laki - laki Nala).
"Hei, mengapa kau yang makan duluan, kau kan tidak berlatih sihir", ucap Ayah Nala.
"Sudah - sudah, pria - pria ini, tiada hari tanpa bertengkar", kata Ibu Nala.Aryo berkata bahwa dia harus mencicipi makanannya sebelum Nala memakannya. Itu untuk memastikan bahwa tidak ada racun di dalam makanan itu. Keluarga Nala benar - benar menyayangi Nala.
"Aduh, sudah - sudah, ayo kita makan sama - sama", Nala berusaha mengakhiri pertengkaran kakak dan ayahnya.
****
Tidak terasa hari mulai gelap. Putra Mahkota Kerajaan Pengging sedang duduk di ruang kerjanya sambil membaca beberapa dokumen. Tidak lama kemudian seorang pengawal laki - laki datang ke ruangannya untuk melapor. Dia melaporkan seluruh kegiatan Nala hari itu dengan rinci. Ternyata Sang Putra Mahkota mengutus seorang mata - mata untuk mengawasi Nala kemanapun Nala pergi.
"Ternyata dia sangat ingin lolos audisi. Bagus lah kalau begitu. Tolong awasi terus wanitaku dan laporkan kembali padaku", ucap Bandung.
"Baik, Yang Mulia".Saat mata - mata yang diutus Putra Mahkota keluar dari ruangannya, Sang Putra Mahkota tersenyum. Tiba - tiba ia terbawa kenangan masa lalu ketika ia masih berusia 8 tahun. Saat itu ia tersesat karena pergi keluar istana sendirian. Saat ia merasa putus asa, ia bertemu seorang gadis kecil yang sedang bermain di taman bunga. Gadis kecil itu menghampirinya.
"Kenapa kau sendirian? Apa kau tersesat?"
"Ya, aku keluar rumah sendirian dan aku lupa jalan pulang", ucap Putra Mahkota kecil.Gadis kecil itu merasa kasihan, ia pun mengajak anak laki-laki itu ke rumahnya. Awalnya Sang Putra Mahkota terlihat waspada. Tetapi gadis itu meyakinkan dia bahwa keluarganya adalah orang baik. Gadis itu pun mengajaknya berkenalan.
"Nama ku Nala, aku Putri Kepala Desa disini"
"Aku Bandung, aku Pangeran negri ini"
"Apa? Pangeran? Kalau kau pangeran aku adalah Putri. Pangeran, mau kah kau menikah dengan ku?" Ucap Nala kecil sambil memberikan bunga yang ia petik sembarangan kepada Sang Pangeran kecil.Sang Pangeran hanya tersenyum. Matahari mulai tenggelam, ketika mereka sedikit lagi sampai di kediaman keluarga Dierja, pengawal Putra Mahkota berhasil menemukan Putra Mahkota yang tersesat. Akhirnya Putra Mahkota dan Nala pun berpisah.
"Nala, aku berjanji akan mengunjungi rumah mu lain kali", ucap Sang Pangeran kecil.
"Baiklah, hati - hati di jalan kak".Hari - hari terus berlalu, namun Sang Pangeran kecil tidak dapat menemukan dimana tempat tinggal gadis kecil itu. Ia sudah mendatangi rumah beberapa kepala desa, namun ia tetap tidak menemukan Nala.
" Sebenarnya siapa orang tuanya?"
Sang Pangeran bergumam di dalam hatinya. Sebetulnya Nala tidak dapat ditemukan dengan mudah karena keluarganya yang merupakan bangsawan tingkat rendah, mereka tidak tinggal di Ibu Kota. Nala dan keluarganya berada di pinggir kota. Ayahnya memimpin desa kecil yang jarang diperbincangkan oleh orang lain, meskipun di desa itu ada beberapa tambang emas yang membuat keluarga Nala memiliki banyak uang.
Setelah bertahun - tahun Putra Mahkota mencari Nala, akhirnya ia menemukan Nala di Sekolah Sihir. Saat itu, Nala baru saja tiba sebagai siswi tingkat 1. Putra Mahkota yang saat itu sedang berpidato untuk menyambut adik - adik kelasnya, tidak disangka ia melihat Nala yang sedang berdiri di barisan depan.
"Akhirnya, aku menemukanmu".
Putra Mahkota terus melihat ke arah Nala sambil tersenyum, meskipun saat itu Nala terus menunduk karena takut pada Sang Putra Mahkota.
Beberapa kemudian Putra Mahkota berusaha mendekati Nala, tetapi Nala sangat populer diantara teman - temannya sehingga Putra Mahkota tidak memiliki kesempatan untuk mendekati Nala. Selalu saja Nala didekati oleh siswa-siswi lainnya.
Pernah sesekali mereka dipertemukan dalam acara sekolah, namun sepertinya Nala tidak mengenali bahwa Putra Mahkota adalah laki - laki yang ia lamar ketika mereka masih kecil.
Sampai akhirnya, kecelakaan pun terjadi. Saat membuntuti Nala yang sedang berada di Pasar Rakyat, kereta kuda Sang Putra Mahkota menabrak Nala hingga Nala terjatuh dan pingsan.
****
Putra Mahkota yang sedang berada di ruang kerja nya baru saja tersadar dalam lamunannya. Ia terlihat seperti sedang gulana karena Nala yang terus melupakannya meskipun dia terus mencintai Nala.
"Aku terus mencintaimu dan kamu terus takut pada ku", ucap Bandung Bondowoso.
Satu minggu kemudian, waktunya audisi untuk penyihir berbakat. Dengan semangat Nala berada di barisan depan peserta audisi. Dia sudah sangat siap untuk berjuang melawan peserta lainnya.
Saat ini seluruh peserta sudah ada di aula sekolah. Kepala sekolah membuka audisinya.
"Selamat datang murid - murid ku yang berbakat, Terima kasih atas antusiasnya. Ekspedisi ini akan dipimpin langsung oleh Putra Mahkota negri ini", ucap Kepala Sekolahbisa dengan semangat.
Nala sangat terkejut mendengarnya. Padahal tujuannya mengikuti audisi adalah agar dia bisa menghindar dari Putra Mahkota. Tapi setelah dipikirkan kembali, ini belum terlambat karena Nala bisa saja tidak lolos audisinya. Ia pun mulai merencanakan untuk kalah dalam audisi.
"Aku harus pura - pura lemah!" Ucap Nala dalam hatinya.
Dari kejauhan terlihat wajah Putra Mahkota yang tidak berhenti memandang wajahnya. Tentu saja itu membuat Nala tidak nyaman. Ia hanya bisa menunduk.
Kini, audisi telah dimulai. Masing - masing murid maju ke depan untuk mendemonstrasikan ilmu sihir mereka. Sampai tiba lah saat Nala yang maju. Ia berjalan dengan senyuman dusta karena ada niat buruk di hatinya. "Ya, aku akan kalah kali ini. Lihat saja Putra Mahkota!" Ucapnya dalam hati dengan mata yang berapi-api.
Kepala sekolah sudah mempersilahkan Nala untuk memulai aksi sihirnya. Nala pun memulainya dengan mengangkat benda - benda yang ada di atas meja dengan kekuatan sihirnya. Nala pun mulai menjalankan aksinya. Ia berpura-pura terlihat lemah dan perlahan menjatuhkan barang-barang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night with My Villain Prince
RomanceCarissa, 19 tahun Mahasiswi Fakultas Sastra Jawa di Universitas Nasional Jawa Tengah tiba - tiba terjebak dalam cerita Legenda berjudul Roro Jongrang. Di dalam cerita tersebut, Carissa menjadi tokoh sampingan yang tidak pernah ada dalam legenda. Dia...